"Aku bahagia, kau bahagia, kita semua bahagia!" Itulah yang sering kita dengar ketika berbicara tentang suatu hubungan asmara. Namun, apa jadinya jika kebahagiaan ini ternyata membahayakan hubungan kita? Inilah yang disebut dengan toxic positivity dalam hubungan asmara.
Apa itu Toxic Positivity?
Apakah kalian pernah mendengar istilah "toxic positivity"? Jika belum, kalian mungkin akan terkejut mengetahuinya. Pada dasarnya, toxic positivity adalah konsep yang menggambarkan ketidakseimbangan emosi dalam sebuah hubungan asmara. Konsep ini mengacu pada pandangan bahwa semua emosi negatif harus dihilangkan dan hanya emosi positif yang boleh dirasakan. Namun, dalam sebuah hubungan asmara yang sehat, perasaan negatif juga harus diakui dan dihargai.
Sebenarnya gak ada yang salah dengan ingin selalu bahagia dan positif dalam suatu hubungan. Namun, ketika kita terlalu berlebihan dalam berpikir positif, kita mungkin mengabaikan permasalahan yang sebenarnya ada dalam hubungan tersebut. Kita bisa meremehkan dan meminimalkan perasaan negatif yang timbul, baik dari diri kita sendiri maupun dari pasangan kita. Misalnya, ketika pasangan kita mengungkapkan perasaan kecewa atau marah, reaksi kita yang terlalu positif bisa membuat mereka merasa tidak dihargai. Kita mungkin akan mengatakan, "Jangan sedih, pasti semuanya akan baik-baik saja" atau "Jangan marah, kan kita masih bisa mencoba lagi". Padahal, yang mereka butuhkan bukanlah sebuah pepatah motivasi melainkan rasa empati dan dukungan. Padahal, ini dapat membuat perasaan pasangan terabaikan dan membuat hubungan semakin renggang.
Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang tidak mengakui emosi negatif masing-masing cenderung memiliki komunikasi yang buruk dan kesulitan untuk memecahkan masalah. Mereka lebih mungkin terlibat dalam pertengkaran yang berulang karena kebutuhan emosi mereka tidak terpenuhi. Tapi, bukan berarti semua emosi negatif harus diutarakan tanpa henti dalam sebuah hubungan asmara. Masalah ini perlu diseimbangkan dengan menghadirkan emosi positif yang juga penting. Jadi, bagaimana cara mencapai keseimbangan ini?
Cara mengimbangkannya dalam suatu hubungan asmara
Pertama, penting bagi pasangan untuk saling mendukung dan menghadirkan empati ketika mengalami emosi negatif. Mendengarkan dan memahami perasaan satu sama lain adalah langkah penting dalam membangun kedekatan yang lebih dalam dalam hubungan. Jika salah satu pasangan kesulitan dalam mengungkapkan emosi negatifnya, komunikasi terbuka dan pemahaman adalah kunci untuk menembus dinding tersebut.
Selanjutnya, penting juga untuk melihat sisi positif dalam situasi yang sulit. Alih-alih mengabaikannya, pasangan dapat mencari solusi bersama untuk menghadapi masalah dan mencapai kebahagiaan bersama. Bersama-sama, mereka dapat mencari hal-hal yang mungkin bisa diterapkan secara positif dalam keadaan yang sulit.
Terakhir, kita perlu menghargai dan menghormati perasaan dan kebutuhan pasangan kita. Kebahagiaan pribadi penting, tetapi bukan berarti kita harus mengorbankan perasaan dan kebutuhan pasangan. Kita perlu belajar untuk mendukung dan hadir saat mereka membutuhkan dukungan, baik itu dalam keadaan bahagia maupun sedih.
Intinya adalah, toxic positivity adalah sesuatu yang perlu dihindari karena dapat merusak komunikasi dan keseimbangan dalam hubungan asmara. Pasangan harus saling mengakui emosi negatif dan mendukung satu sama lain dalam menghadapinya. Dengan demikian, mereka dapat membangun hubungan yang kuat dan sehat yang didasarkan pada keseimbangan antara emosi negatif dan positif. Ingatlah bahwa kebahagiaan sejati dalam sebuah hubungan bukanlah tentang menghilangkan segala kelemahan, tetapi tentang bagaimana kita bersama-sama tumbuh dan belajar dari mereka. Jangan sampai kebahagiaan kita sendiri menjadi ancaman bagi hubungan kita.
Yuk, kita jaga kebahagiaan kita dengan cara yang sehat dan positif!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H