Mohon tunggu...
Nur Dini
Nur Dini Mohon Tunggu... Buruh - Find me on instagram or shopee @nvrdini

Omelan dan gerutuan yang terpendam, mari ungkapkan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kerja di Pabrik Sama dengan Aib?

10 Juni 2019   13:01 Diperbarui: 20 April 2021   13:05 3082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja yang tanya adalah ibunya Budi, jadi ibu saya balik tanya, "kalau bapak Budi kerja di mana?" Wajar dong ibu saya balik tanya, bukan kepo, tapi ya setahu saya sopan santunnya gitu. Ibu Budi menjawab kerja di sebuah universitas.

Suatu hari, guru adik saya sedang mendata murid yang bisa mendapat bantuan BOS. Saat itu dana BOS diberikan pada beberapa orang saja, yang lain masih bayar sekolah normal.

Saat itu Bu guru mencari ibu Budi karena saat mengisi data pendaftaran katanya di bagian pekerjaan wali ditulis "swasta". Bu guru berpikir siapa tahu orang tua Budi butuh bantuan untuk biaya sekolah, tapi harus ditanyakan dulu ke orangnya karena jenis pekerjaan yang diisikan kurang spesifik.

Baca Juga: Sebab Buruh Bukan Tomat Busuk

Saat itu ibu Budi tidak ada, yang ada ibu saya dan beberapa ibu-ibu lain yang tahunya kalau bapak Budi kerja di universitas. Saat Bu guru tanya, ibu-ibu menjawab kalau bapak Budi kerja di universitas.

Bu guru langsung bilang yang sebenarnya adalah ekspektasinya sendiri, "wah, kalau staf universitas itu kalau kerjanya udah lama juga gajinya lumayan. Berarti bisa bayar sekolah sendiri."

Siangnya, saat ibu Budi menjemput Budi, ibu-ibu cerita tentang pertanyaan Bu guru tadi dan maksud pertanyaan itu. Diceritakan pula kalau mereka menjawab kerja di universitas. 

Ternyata, kerja di universitas itu hanya sementara selama ada proyek renovasi. Kalau tidak ada proyek di universitas, ya kerja, tapi di proyek tempat lain. Kebetulan dulu saat cerita proyeknya di universitas.

Hasilnya saat itu sepertinya Budi tidak jadi dapat bantuan biaya sekolah karena sudah diberikan pada anak lain. Jadi hilang kan kesempatan dapat rezekinya?

Saya tidak menyalahkan orang yang ingin terlihat keren di depan tetangga. Tapi emang apa sih pentingnya? Ngga ada! Kalau susah juga kita tanggung sendiri, jadi buat apa kita harus berusaha menyenangkan tetangga dengan cerita sukses palsu kita?

Deddy Corbuzier dalam video di youtubenya pernah berkata, "90% hidup kita habis untuk membahagiakan orang lain". Bersikap seolah sukses dan kaya agar tetangga seneng aja dengar cerita kita. Aslinya ya, mana tahu. Di sebelah mana manfaatnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun