Mohon tunggu...
Nur Dini
Nur Dini Mohon Tunggu... Buruh - Find me on instagram or shopee @nvrdini

Omelan dan gerutuan yang terpendam, mari ungkapkan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pekerjaan dan Depresi

15 Mei 2019   11:08 Diperbarui: 15 Mei 2019   11:10 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hallo,
Ini adalah tulisan pertama saya di Kompasiana.  Semoga saya bias rutin mengupload tulisan disini.  Dulu, saya pernah mencoba buat blog untuk menyalurkan apa yang ada di pikiran saya, tapi karena saya bukan orang terkenal dan kayanya ga ada yang rela untuk baca tulisan saya di blog, saya batalin deh niat nge-blog.  Tulisan ini saya buat untuk pelampisan perasaan aja. Semoga ada yang bersedia baca.


Saat menulis ini saya masih berstatus sebagai karyawan di sebuah perusahaan.  Saya sudah kerja disana 3,5 tahun dan saya bosan.  Saya tidak tahu apakah perasaan bosan saya itu wajar atau tidak, karena teman-teman saya yang sudah bekerja lebih lama sepertinya betah-betah aja.  Entah sebenarnya mereka bosan juga atau tidak, saya kurang tahu, saya juga ga nanya.


Saya merasa kurang cocok dengan lingkungan kerja saya sejak tahun pertama saya bekerja.  Saya selalu berpikir kalau seharusnya saya melakukan pekerjaan ini, seharusnya saya bisa dapat pekerjaan lain yang bisa lebih menyenangkan hati saya.  Selalu ada perasaan ingin redign sejak hari pertama saya bekerja sampai sekarang saat saya menulis artikel ini.  Tapi entah kenapa selalu ada trigger untuk membuat saya bisa bertahan lebih lama, seperti ganti atasan, job desc baru, sampai terakhir pindah bagian.  Kalau pindah bagian otomatis ganti atasan dang anti job desc.  Awalnya agak seneng, tapi entah kenapa si bosan dating lagi dengan lebih parah.  


Pernah suatu kali saya membaca artikel tentang depresi, tentang tanda-tanda depresi dan penyebab serta cara penanggulangannya.  Saya kurang tahu apa benar saya depresi atau tidak, tapi kalau dari artikel itu kayanya saya fix depresi. Tapi kita kan ga boleh melakukan diagnosis asal-asalan hanya berdasarkan artikel random, perlu pemeriksaan untuk benar-benar tahu saya depresi atau tidak.

Dari artikel yang saya baca, saya tahu beberapa tanda-tanda depresi, antara lain perasaan bosan, keinginan menyendiri, malas bersosialisasi, emosi yang gampang berubah-ubah, perasaan hampa, malas melakukan apapun, dan banyak lagi. 

Tanda-tanda yang tidak saya sebut berarti tidak muncul pada saya.  Kalau tanda-tandanya saya hapal, berarti saat baca saya sadar bahwa saya mengalaminya dan jadi saya inget-inget terus.  Jangan-jangan saya sebenarnya Cuma bosan biasa tapi lama kelamaan jadi fix depresi karena kepercayaan saya sendiri? Saya juga kurang tahu, hehehe....


Saya juga pernah nonton video yang membahas public figure Indonesia yang pernah mengalami masalah psikologis.  Ada yang secara terang-terangan cerita tentang pengalaman depresinya, dan dia menyampaikan ada semacam campaign "It's okay to be depressed".  Dari kata-kata itu saya jadi punya kepercayaan, " oh, iya, depresi itu boleh kok.  Artis aja depresi ga malu".  Public figure lain pernah cerita tentang anxiety attack.  

Gejalanya beda dengan yang mengalami depresi, tapi sebagai orang awam saya cuma bisa bilang kalau dua public figure ini sama-sama stress terhadap sesuatu.  Tapi yang mengalami anxiety attack ini ngeri banget sih, saya ga ngimpi dan berharap mengalami itu.  Masalah psikologis yang menumpuk tapi serangannya muncul ke fisik, sesak napas, kesemutan, badan kaku kaya kena stroke ringan.  Ga deh, makasih.

Hal itu yang bikin saya jadi mikir kalau depresi dan stress itu wajar, artis-artis yang lebih kaya dan hidupnya kayanya lebih bahagia dar saya aja bisa stress.  Jadi wajar kalau saya kena juga.  Apalagi kalau artis kan jelas melakukan yang mereka sengangi dan mendapatkan income dari hal itu.  

Nah, kalau saya kan ga suka dengan kerjaan saya, jadi kalau stress ya lumrah sih harusnya.  Pemikiran itu selalu muncul dan membuat saya jadi makin bosan dengan pekerjaan saya.  Keinginan untuk resign juga makin besar.  

Tapi saya ga tahu itu hanya bosan biasa, sudah masuk ranah stress, atau mungkin depresi.  Mungkin suatu saat nanti saya akan ke psikolog untuk tahu masalah saya untuk menjawab pertanyaan "saya depresi atau ga?"  

Kalau memang ternyata dedepresi, masih termasuk ringan atau sudah menengah cenderung berat? Sekalian Tanya kira-kira sebabnya apa dan cara penyelesaiannya.  Kelak kalau sudah dapat jawaban dari psikolog, saya update lagi. 

Semoga pembaca tidak terintimidasi dan tiba-tiba jadi merasa stress atau depresi setelah membaca tulisan saya.  semoga pembaca yang merasa bosan dengan rutinitas atau pekerjaan tidak mengecap diri sendiri mengalami depresi seperti saya.  Bye !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun