Olimpiade merupakan pesta olahraga terakbar yang digelar empat tahun sekali. Edisi 2024 ini giliran Paris, Prancis yang jadi tuan rumahnya.Â
Sejak dulu, Olimpiade selalu menjadi tontonan menghibur bagi masyarakat Indonesia yang paling dinantikan setiap edisinya.Â
Namun sayangnya, tak semua (cabor) cabang olahraga Olimpiade Paris 2024 ditayangkan di televisi.
Emtek Group selaku pemegang hak siar Olimpiade Paris 2024, hanya memasukkan dua cabor yang dijadwalkan tayang di SCTV yakni bulutangkis dan sepak bola, serta satu cabor tayang di Moji TV yaitu voli.
Sementara seluruh pertandingan dari cabor lainnya ditayangkan melalui live streaming Vidio (itupun tidak gratis, karena harus membayar biaya langganan).
Indonesia sendiri berhasil meloloskan 29 atletnya ke Olimpiade Paris 2024 yang bertanding di 12 cabang olahraga.
Antara lain bulutangkis, angkat besi, atletik, balap sepeda, dayung, judo, menembak, panahan, panjat tebing, renang, surfing, dan senam artistik.
Bulutangkis yang menjadi salah satu cabor favorit sukses mengirimkan wakil Indonesia terbanyak dengan total 9 atlet.
Selain itu, bulutangkis merupakan satu-satunya penyumbang medali emas Olimpiade sehingga menjadi cabor yang diunggulkan untuk bisa kembali merebut medali emas.
Basis penggemar yang cukup banyak juga mungkin bisa jadi alasan lain memilih bulutangkis, ditayangkan di tv.
Lalu apa permasalahannya?
Bagi orang yang gaptek atau dibilang bukan orang yang mampu finansial, tentu ini jelas masalah.
Tidak sedikit netizen mengeluhkan tentang kebijakan penayangan Olimpiade Paris 2024 ini. Sebagian dari mereka pun lebih menyarankan hak siar pindah ke televisi lain.
Seperti kita tahu, tampil di Olimpiade merupakan kebanggaan setiap atlet, juga kebanggaan seluruh publik tanah air.
Tapi bagaimana caranya kita memberi dukungan dan doa, kalau melihat penampilannya di layar kaca saja tidak bisa.
Pasalnya, pencinta olahraga tidak sebatas hanya bulutangkis, sepak bola, ataupun voli.
Mengapa hanya cabor favorit Olimpiade yang mendapat keistimewaan tayang di televisi? Bukankah dukungan untuk seluruh atlet berhak disamaratakan?
