Hari Raya Idul Fitri. Ucapan selamat. Permohonan maaf. Menjadi sesuatu yang seolah wajib diucapkan. Seremonial yang selalu berulang tiap tahun.
Media sosial pun begitu semarak. Dua kata itu yang bertebaran di linimasa. Tak afdhal memang bila tak menuliskannya. Tak ketinggalan instansi-instansi pemerintah sipil dan militer. Pejabat sipil dan militer juga.
Ada yang biasa. Ada yang tak biasa. Ada yang luar biasa.Â
Yang biasa kalau netizen receh yang menuliskan. Kayak saya semisal. Biasa jadi silent reader. Tiba-tiba nytatus bertubi-tubi saat lebaran. Itu tak biasa.
Ada satu contoh yang luar biasa. Semoga hal ini tak dianggap sebagai percobaan makar. Yang sistematis, terstruktur, dan  sistematis. Hahaha...
Ketika Panglima TNI menyampaikan ucapan Selamat Idul Fitri. Di akun facebook TNI-AD. Komentar-komentar yang muncul sungguh di luar dugaan. Ketika yang mengucapkan sang panlima. Eh, yang mendapat ucapan selamat malah sang mantan panglima. Sedih tak?
Inilah suara netizen. Mewakili realitas yang tak akan tersampaikan. Bila melewati jalur yang biasa. Ekspresi tak tertahankan atas tekanan sosial yang mereka hadapi. Ketika media televisi, radio, atau berita daring tak mampu menyajikan realita yang terjadi.
Kenyataan politik seringkali tidak berjalan linear dengan kenyataan sosial. Inilah yang terjadi. Media sosial ternyata 'lebih kejam'. 'Menghukum' siapa saja yang dianggap tak sejalan dengan nilai-nilai kelaziman. Pun yang menimpa Panglima TNI.
Sampai dengan pagi ini, jam 06.30 WIB. Tak kurang telah dikomen 5.189. Dibagikan 2.048 kali. 5.189 yang memberi reaksi.Â
Jangan-jangan, Anda juga sudah ikutan like, comment, dan share. Hahaha...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H