Tahukah Anda, berapa pengguna media sosial (medsos) di negeri ini?
Riset yang dilakukan Wearesosial Hootsuite menunjukkan 150 juta populasi penduduk menggunakan medsos. Atau sekitar 56% dari populasi penduduk negeri ini eksis di medsos. Sementara pengguna medsos melalui media gawai mencapai 130 juta. 48% dari populasi penduduk. Meningkat 20% dibanding hasil survei tahun sebelumnya.
Tentu hal ini merupakan perkembangan yang menggembirakan. Sebab separuh lebih masyarakat Indonesia menyadari pentingnya medsos. Di sisi lain, perkembangan menggembirakan ini sekaligus menjadi peringatan. Bahwa pengguna medsos tak mengenal strata usia, gender, pendidikan, maupun status sosial.
Tak heran, dibalik tumbuh pesatnya pengguna medsos. Implikasi sosialnya pun kini bermunculan. Di satu sisi, nilai positif patut disematkan. Dengan tumbuhnya pengguna medos. Dunia e-commerce pun ikut mengunduh keuntungan. Kini siapapun bisa berdagang. Meski tak punya lapak konvensional. Mereka bisa membuka lapak di dunia maya.
Sementara sisi negatifnya pun tak kalah banyaknya. Aksi-aksi negatif yang memanfaatkan medsos. Bak cendawan tumbuh di musim hujan. Hingga istilah kekinian yang bernama 'hoaks'. Mulai ngetren di dunia permedsosan.Â
Ibarat soto ayam. Medsos adalah sambalnya. Jika terlalu pedas membuat pedih di mata. Mulas di perut. Bila kurang pedas. Rasa menjadi kurang nampol.Â
Facebook. twitter, instagram, whatsApp, line, blackberry messengger, kini menjadi 6 teratas medsos paling populer. Ibarat siomay, tak akan lengkap rasanya bila tak ada parea, telur, kentang. Atau siomay itu sendiri. Ditambah dengan bumbu kacang, kecap, jeruk nipis, atau saus tomat sebagai penyedapnya.Â
Demikianlah mungkin yang kita rasakan bila kita tak bermedsos ria. Terutama bagi mereka yang pekerjaannya memang sangat tergantung medsos. Pandai-pandainya kita untuk memanfaat menu yang ada. Agar tetap bisa menumbuhkan selera.
Medos pun kini bak kopi. Ada yang konservatif. Berjalan di 'jalur keras'. Menafikan krim, susu, bahkan gula. Ada pula yang di jalur moderat. Tetap menyeduhnya dengan gula. Meski tak begitu menyukai krim dan susu. Sementara progresif menjadi kelompok terakhir. Sah-sah saja kopi dikombinasikan dengan krim, susu, dan coklat. Yang penting bisa ngopi dengan hepi.
Demikian juga dengan medsos. Ada penikmat konservatif, moderat, atau progresif. Masing-masing individu akan ngeh dengan taste yang diidamkan. Bagi barista, tentu hanya akan memberikan referensi. Kita cocok dengan tipe apa. Dengan melihat apa yang kita suka.
Prinsipnya, kitalah yang menjadi panglimanya. Di bulan mulia ini. Ada baiknya kita introspeksi diri. Kadar apa yang kita tampilkan di dinding medsos kita. Kepedasan atau kepahitan kitalah yang bisa rasakan.
Telah cukup banyak tips-tips bermedsos yang baik. Tanpa melukai tanpa menyakiti. Pun menjaga hati di bulan Ramadan ini. Melukai dan menyakiti orang atau pihak lain lewat medsos. Mungkin tak akan menggugurkan puasa kita. Tapi mungkin akan mengurangi pahala. Serta keberkahan puasa kita sendiri.
Satu lagi. Kita menjaga hati di bulan suci Ramadan. Akan lebih baik lagi, bila kebiasaan itu kita lakukan juga di bulan-bulan yang lain. Berinternet yang baik adalah bertanggungjawab, aman, inspiratif, dan kreatif. Termasuk di dalamnya saat bermedsos.
Mau?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H