Ramadan. Bulan yang identik dengan berlipatnya pahala. Bulan mulia yang selalu dirundukan. Oleh siapa saja. Utamanya bagi orang-orang yang beriman.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam TQS Al-Baqarah: 183. Bahwa perintah puasa (Ramadan) wajib bagi orang-orang yang beriman. Salah satu ciri orang beriman adalah mendirikan salat. Utamanya adalah kewajiban mendirikan salat wajib lima (5) waktu.
Mengapa sebegitu penting dan pokoknya ibadah salat? Karena salat adalah Rukun islam ke-2. Karena salat adalah tiang agama. Karena ibadah salat adalah amalan kita yang pertama kali dihisab di akhirat nanti.
Tak heran 17 kali Allah menyebut perintah salat dalam Al-Qur'an. Tak heran juga berapa ribu. Bahkan berapa juta orang berlomba-lomba. Mendirikan sarana penunjangnya berupa masjid maupun musala (surau). Hal tersebut tak lain, agar umat Islam bersemangat untuk mendirikan salat. Secara berjamaah tentu saja.
Meski kenyataan berbanding terbalik. Betapa ratus, bahkan ribu masjid atau musala. Saat usai azan berkumandang. Hanya beberapa orang saja yang bergegas untuk mendatanginya.
Hingga masyhur satu kisah pada masa Khalifah Umar ibn Khattab radiallahu 'anhu. Ketika beliau ketinggalan salat berjamaah. Hingga 'menghukum' dirinya sendiri dengan menyedekahkan kebun kurmanya. Kebun kurma yang membuat beliau lena. Hingga tertinggal salat jamaah. Betapa zuhudnya sikap salah seorang khalifah ini. Beliau tak mau urusan dunia. Membuat lalai akan kewajibannya kepada Allah Ta'ala.
Satu sikap teladan seorang pemimpin. Sebab dengan salat sikap dan watak seseorang dapat dinilai. Orang beriman yang menegakkan salat. Tentu akan tegak juga dalam menjalani hidupnya. Menghargai waktu. Menghargai jamaah. Serta taat terhadap aturan agama yang dianutnya.
Kemudian kita coba kembali melihat diri kita sendiri. Apakah kita lelaki yang suka salat jamaah? Sudah berapa waktukah kita dirikan salat berjamaah hari ini? Lima kali? Tiga kali? Satu kali? Atau malah tidak sama sekali?
Berat ya, Bro?
Sebagaimana yang saya alami. Terkadang tuntutan pekerjaan. Kita jadikan alasan untuk menunda salat. Ini belum selesai. Itu harus segera dikerjakan. Hingga terkadang, waktu salat pun lewat begitu saja. Astaghfirullah...
Padahal Khalifah Umar, ketika ketinggalan salat jamaah. Kebun kurmanya disumbangkan untuk fakir miskin. Lalu apa yang bisa kita tebus untuk menggantikan kekhilafan kita itu? Tentu berat bukan? Menebus ketinggalan kita akan salat jamaah. Dengan harta terbaik kita.
Mumpung Ramadan. Ayo kita lebih semangat! Mencharge kadar keimanan kita lagi. Sedikit meninggalkan 'kenikmatan dunia'. Yang telah kita usahakan susah-payah. Selama 11 bulan berselang. Membuat track lurus kembali. Sebagai lelaki pecinta masjid. Sebab usia tak selalu berdamai dengan kita.
Sembari sesekali. Meringankan hati dengan kajian-kajian Islam. Menerangkan hidup dengan ilmu agama. Sebab ilmu itulah yang akan membimbing kita. Menuju jalan yang diridhaiNya. Bukan jalan yang kita sendiri tak tahu. Akan ke mana diri kita dibawa.
Jadikan Ramadan kali ini adalah bulan Ramadan terakhir kita! Sehingga tak ada kata lengah. Untuk sekalipun tinggalkan salat lima waktu berjamaah. Atau penyesalan akan menunggu kita. Karena kita telah melalaikannya. Kitapun telah terlambat menyadarinya. Tsumma na'uzubillah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H