Harusnya Bapak malu. Saat ke sana- ke mari memberikan wejangan yang baik-baik. Sementara mengurus hal 'kroco' saja Bapak telah gagal. Tsumma na'udzubillah, apakah Bapak tidak takut menghadapi pertanyaan akhirat nanti? Bahwa dengan jabatan Bapak telah mendzolimi anak negeri yang tak berdosa ini?
Kalau toh memang Bapak tak sanggup. Kan masih bisa meminta tolong kepada Pak SBY. Sebab beliau adalah Presiden Republik Indonesia yang masih memiliki kekuasaan penuh untuk memerintah negeri ini. Perintahkan kepada siapa saja yang bisa menyiapkan ijazah dalam waktu satu minggu. Saya yakin, dengan kecanggihan bangsa ini, 10 jutaan lembar ijazah pun bisa dibuat dalam waktu seminggu. Lalu seminggu untuk mendistribusikan. Seminggu lagi untuk mengisi, menandatangani dan menyiapkan fotokopi legalisir. Seminggu kemudian membagikan kepada yang berhak menerima.
Cuma sebulan sebenarnya Bapak untuk membereskan urusan 'kroco' ini. Jangan lagi kami disodori berbagai alasan yang tak masuk akal. Bahan kertas belum tersedialah. Tender belum dilakukanlah. Atau bla bla bla yang kami tak butuh itu semua. Semua kewajiban telah kami tunaikan. Biaya UN dan tetek bengek pun telah kami bayar lunas. Meski kami harus berhutang untuk membayar itu.
Sekali lagi maaf Bapak. Curhatan saya terlalu panjang. Sebab untuk kedua kali saya dikecewakan oleh Bapak. Setelah setahun sebelumnya menggantung Ijazah Kejar Paket A anak saya yang mondok di Gresik Jawa Timur. Saya biayai anak saya tidak dengan bantuan BOS, Bapak. Apakah salah jika saya menuntut?
Akhir kata, semoga Bapak dimudahkan untuk menjawab pertanyaan saya ini. Mungkin banyak PR besar Bapak. Tapi saya mohon, selesaikan PR kecil ini terlebih dahulu. Matur nuwun.
Jazaakumullah khairan.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hormat saya,
Mochamad Nuzulul Arifin
NB: Surat ini saya sampaikan secara terbuka. Sebab saya yakin, meski terbuka begini, Â belum tentu akan sampai juga di meja Bapak. Sebab telah disensor terlebih dahulu oleh para staff Bapak di ring I atau ring II.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H