KARYA ILMIAHÂ
PERAN INFORMATIKA MEDIS DALAM MELINDUNGI IDENTITAS DIGITAL PASIENÂ
Oleh: NUZUL RAFFI ISHAQÂ
jurusan: informatika medisÂ
Fakultas sains,sosial dan pendidikan universitas prima Nusantara BukittinggiÂ
Pendahuluan
Informatika medis menjadi salah satu teknologi yang sangat berperan dalam memajukan layanan kesehatan modern. Dengan rekam medis elektronik (RME) yang terintegrasi, tenaga kesehatan dapat meningkatkan efisiensi dalam memberikan perawatan. Namun, perkembangan ini juga diikuti oleh tantangan besar, yaitu melindungi identitas digital pasien. Dalam sistem kesehatan digital, data pasien yang berisi informasi sensitif sangat rentan terhadap serangan siber, pelanggaran privasi, dan penyalahgunaan.
Tantangan dalam Melindungi Identitas Digital Pasien
Identitas digital pasien meliputi data pribadi, riwayat medis, hingga informasi keuangan. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi.
1.Serangan Siber
Menurut Health IT Security, serangan ransomware terhadap institusi medis meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Data pasien menjadi target karena nilai ekonomisnya yang tinggi di pasar gelap.
2.Kurangnya StandardisasiÂ
Sistem yang berbeda dalam berbagai rumah sakit sering kali tidak memiliki standar keamanan yang seragam, sehingga menciptakan celah keamanan.
3.Privasi dalam Analisis Data
Data medis sering digunakan untuk penelitian, namun anonimasi yang kurang sempurna dapat mengancam privasi pasien.
Solusi Melindungi Identitas Digital Pasien
1.Teknologi Blockchain
Blockchain dapat digunakan untuk mencatat dan memvalidasi perubahan data medis secara aman. Teknologi ini menyediakan transparansi tinggi dengan tingkat keamanan yang lebih baik.
2. Autentikasitor Multifak (MFA)
Penggunaan autentikasi berbasis biometrik, seperti sidik jari atau pengenalan wajah, dapat memperketat akses ke sistem informasi kesehatan.
3.Enkripsi Data
Mengadopsi teknologi enkripsi memastikan bahwa data pasien tidak dapat diakses oleh pihak yang tidak berwenang, bahkan jika terjadi kebocoran.
4.Kepatuhan terhadap Regulasi
Regulasi seperti GDPR di Eropa dan HIPAA di Amerika Serikat memberikan panduan dalam melindungi identitas digital pasien.
Inovasi Teknologi
Kecerdasan buatan (AI) menjadi alat yang potensial dalam mendeteksi pola ancaman keamanan. Sistem berbasis AI dapat memonitor aktivitas mencurigakan dan mencegah serangan sebelum terjadi. Selain itu, teknologi cloud yang aman memungkinkan pertukaran data antar-institusi tanpa mengorbankan privasi.
Penutup
Informatika medis memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Namun, upaya untuk melindungi identitas digital pasien harus menjadi prioritas. Melalui implementasi teknologi canggih dan regulasi yang tepat, tantangan ini dapat diatasi. Kolaborasi antara tenaga kesehatan, pengembang teknologi, dan regulator sangat penting untuk menciptakan ekosistem kesehatan digital yang aman dan terpercaya.
Referensi Pustaka
1. Kruse, C. S., Frederick, B., Jacobson, T., & Monticone, D. K. (2017).Cybersecurity in Healthcare: A Systematic Review of Modern Threats and Trends. Technology in Health Care, 25(1), 1-10.
2. Bardhan, I. R., Thouin, M. F., & Lin, S. (2017).Health Information Technology and Its Impact on the Quality and Cost of Healthcare Delivery. Decision Support Systems, 101, 1-11.
3. European Union. (2016).General Data Protection Regulation (GDPR): Regulation (EU) 2016/679.
4. HIPAA (Health Insurance Portability and Accountability Act). (1996).Standards for Privacy of Individually Identifiable Health Information.
5. Rindfleisch, T. C. (1997).Privacy, Information Technology, and Health Care. Communications of the ACM, 40(8), 92-100.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI