Mohon tunggu...
Nuzul Karima
Nuzul Karima Mohon Tunggu... Mahasiswa - FK UPNVJ

Nuzul Karima Ramadani, Jurusan Kedokteran, Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta 2022

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pola Makan Tidak Sehat sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2

2 Oktober 2023   16:03 Diperbarui: 3 Oktober 2023   07:19 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah adalah akibat umum dari diabetes yang tidak terkontrol yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah.


Secara global, diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dianggap sebagai salah satu penyakit yang paling umum. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-6 dengan jumlah penyandang diabetes yang berusia 20-79 tahun sekitar 10,2 juta orang pada tahun 2017 dan diperkirakan meningkat menjadi 16,7 juta orang pada tahun 2045. 

Penyebab DMT2 sangat kompleks dan berhubungan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti usia, genetik, ras, dan etnis, serta faktor yang dapat diubah seperti pola makan, aktivitas fisik, dan merokok. Kebiasaan pola makan dan gaya hidup merupakan faktor utama meningkatnya insiden DM dengan cepat di negara-negara berkembang. 

Kesadaran akan komplikasi diabetes dan peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik diet akan meningkatkan pengendalian penyakit ini.Sebuah penelitian menunjukkan terdapat kaitan antara kualitas karbohidrat, yang disebut dengan glycemic index (GI) atau glycemic load (LD), dengan faktor risiko terhadap DMT2. 

Hal ini diyakini akibat adanya sekresi berlebih insulin atau sel B berubah menjadi toksik akibat kondisi hyperglycemia. Secara teori, kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DMT2 disebabkan oleh tingginya pembentukan gula yang berasal dari karbohidrat dan rendahnya reseptor insulin. 

Hal ini didukung dengan pernyataan seorang peneliti bernama Edgren yang mengungkapkan bahwa kadar insulin pada pasien DMT2 bisa normal atau tinggi, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel berkurang. Maka dari itu, konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah.

Asupan protein yang tidak maksimal juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya DMT2. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Mardhiyah di Makassar pada 2014 menunjukkan 69,6% pasien dengan konsumsi protein yang rendah sebagian besarnya, sebesar 81,2%, memiliki kadar glukosa tubuh yang tidak normal. 

Kurangnya asam amino dapat melemahkan kerja sel yang bertugas dalam metabolisme gula dan protein ini juga dibutuhkan untuk proses regenerasi sel yang rusak akibat kondisi hyperglycemia. Selain itu, kurangnya asam amino dapat menyebabkan peningkatan kadar insulin karena asam amino berlaku sebagai neurotransmitter di otak.

Konsumsi lemak berlebih diketahui dapat menjadi faktor risiko dari DMT2. Tubuh sejatinya membutuhkan lemak untuk menjalankan fungsi sel dan melakukan aktivitas lainnya. Namun, apabila kadar lemak buruk di dalam tubuh terlalu banyak dapat menyebabkan terjadinya peradangan. Salah satu pemicu terjadinya kegagalan tubuh memproses gula adalah akibat adanya peradangan. 

Penelitian yang dilakukan oleh Sutanto menyimpulkan bahwa orang yang memiliki berat badan berlebih berisiko lebih tinggi terkena DMT2 dibanding orang dengan berat badan normal karena lemak jahat bisa mengganggu kemampuan sel tubuh untuk menggunakan insulin.

Kurangnya asupan sayur dan buah-buahan turut berkontribusi sebagai peningkat faktor risiko DMT2. Sayur dan buah mengandung banyak vitamin, mineral, dan serat. Konsumsi serat yang terpenuhi dengan baik akan membuat seseorang merasa lebih kenyang sehingga dapat menurunkan selera makan yang selanjutnya bisa menurunkan kadar konsumsi makanan. Tidak hanya itu, sayur dan buah merupakan makanan rendah kalor yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan lemak di dalam tubuh.

Selain dari pola makan sehari-hari, penurunan aktivitas fisik dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya DMT2. Aktivitas fisik diperlukan untuk mengolah karbohidrat dan lemak yang dikonsumsi. 

Pada orang yang jarang melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, makanan yang dikonsumsi tidak dapat dibakar atau diolah menjadi energi. Akhirnya, makanan tersebut akan ditimbun menjadi penumpukkan lemak dan gula. Apabila insulin yang dimiliki tubuh tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan terjadinya penyakit diabetes melitus.

Untuk mencegah terjadinya penyakit DMT2, diperlukan kesadaran dari masing-masing individu untuk memperhatikan asupan nutrisi dan makanan yang masuk ke dalam tubuh. 

Gaya hidup mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak seimbang misalnya mengkonsumsi terlalu banyak karbohidrat, seperti fast food, junk food, karbohidrat tinggi, dan minuman manis dan kurang asupan sayuran menjadi faktor terjadinya penyakit DM. 

Selain itu, aktivitas fisik yang kurang juga menjadi faktor terjadinya DM karena terjadi resistensi insulin sehingga darah tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh, dan mengakibatkan kurangnya energi. Sementara gula menumpuk di darah dan terjadilah diabetes.

Referensi

Korat, Andres. Willett, Walter C., Hu, Frank B. 2014. Diet, Lifestyle, and Genetic Risk Factors for Type 2 Diabetes: A Review. Diakses melalui https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4295827/

Idris, Andi Mardhiyah., Jafar, Nurhaedar., Indriasari Rahayu. 2014. Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Sami, Waqas., Ansari, Tahir., Butt, Nadeem Shafique., Hamid, Mohd Rashid Ab. 2017. Effect of Diet on Type 2 Diabetes Mellitus: A Review.  Diakses melalui https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5426415/

Vena, Rutri., Yuantari, MG Catur. 2022. Kajian Literatur: Hubungan Antara Pola Makan dengan Kejadian Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan Masyarakat. STIKES Cendekia Utama Kudus. Diakses melalui  https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/view/672/375

Zulkarnaini, Aryaldy., Mahatma, Gangga., Puspita, Dian., Vani, Ade Teti., Abdullah, Dessy. 2022. Aktivitas Fisik, Pola Makan, dan Konsumsi Makanan Glikemik Tinggi Meningkatkan Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Vol. 15, No.2.

Artikel ini ditulis oleh Nuzul Karima Ramadani dan Rania Artanty Rahma Hutagalung, mahasiswa jurusan kedokteran UPNVJ.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun