Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mayat di Kaki Bukit

30 Mei 2023   16:22 Diperbarui: 30 Mei 2023   16:31 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai di rumah, dibukanya pintu, dan melihat si anak terbaring lemas di atas karpet plastik. Matanya bengkak bekas tangis. Perutnya kosong tanpa makanan, badannya dingin tanpa peluk kasih. Si ayah tak mendengar ada suara, tapi ia merasakan masih ada kehidupan di dada anak perempuannya. Dia mengendongnya dengan hati-hati, mengelus keningnya, menyapu rambut lurusnya yang menutupi mata, dan mengusap air matanya yang mengeras. Dia membisikkan, bapak sudah pulang, ke telinga mungil anaknya yang di dalam gendongan. Namun, si anak terlalu pulas atau terlalu lemas untuk terjaga, sehingga petani itu meneteskan air matanya.

Ditimang-timang anaknya sambil berjalan keluar rumah. Dengan melihat bintang, dia menyanyikan sebuah lagu penghantar tidur. Bukan hanya untuk anaknya, tapi juga untuk dia yang sedang diselimuti derita. Pikirannya berkecamuk ke beragam rupa, cangkul yang tergeletak entah, belati yang terjatuh, dan bulan sabit yang mengantarkannya menuju esok yang masih jadi misteri. Kini yang ia tahu, bahwa semua sudah begitu terlambat untuknya. Bilapun sang anak terjaga esok pagi, dia tetap gagal menjadi seorang bapak. Dia juga sudah menjadi bentuk kegagalan seorang suami. Dan mungkin esok, ia juga akan gagal menjadi manusia, selepas opsir-opsir itu mengetahui bahwa, si badan tak bernyawa adalah tentara.[]

2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun