Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Music

Komparasi Album "Efek Rumah Kaca" (2007) dan "Kamar Gelap" (2008)

17 Mei 2023   07:30 Diperbarui: 17 Mei 2023   07:32 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover album "Kamar Gelap" dan "Efek Rumah Kaca" (kiri-kanan). Sumber gambar: spotify.com yang diedit pribadi.

Pendengarnya seakan-akan diajak untuk merekonstruksi ulang terkait prinsip cinta yang tertanam sebagai suatu bentuk yang menggebu-gebu. Atau lagu self-titled "Efek Rumah Kaca" yang memberi peringatan terkait global warming, dan ini adalah apa yang kita rasakan akhir-akhir ini, bukan? Gelombang panas datang menyerang beberapa negara di Asia.

Di album pertamanya ini, Efek Rumah Kaca mengeksplorasi berbagai tema seperti cinta, sosial, politik, dan kehidupan sehari-hari dengan cara yang sangat introspektif, seperti "Sebelah Mata", "Insomnia", "Belanja Terus Sampai Mati". Lirik-liriknya juga memiliki kedalaman filosofis yang kuat, salah satunya adalah lagu "Melankolia", yang mengantarkan para pendengarnya untuk menyelami segala kesedihan dan kegundahan yang menyelimuti hari-hari terang. Di lagu itu, Efek Rumah Kaca dengan indah menyampaikan bahwa: murung itu, sungguh indah, lagu ini berhasil meneteskan air mata saya, terutama penggalan lirik: Nikmatilah saja kegundahan ini, segala denyutnya yang merobek sepi, kelesuan ini jangan lekas pergi, aku menyelami sampai lelah hati.

Dalam segi komposisi suara, musik-musik di album ini menciptakan suasana yang indah dan emosional dan langsung menusuk jantung pendengar dengan nada-nada yang melankolis. Album debutan ini nyatanya tak hanya menonjolkan kepiawaian Efek Rumah Kaca dalam menghadirkan pesan-pesan yang dalam dan kompleks melalui musik mereka, namun juga menjadi album yang meramaikan musik alternatif di permusikan Indonesia.

Sementara itu, album "Kamar Gelap" yang dirilis pada tahun 2008, menandai perubahan dalam pendekatan grup musik ini. Saya menemukan bahwa album ini memiliki atmosfer yang lebih gelap dan lebih eksperimental dibandingkan dengan album sebelumnya. Lagu-lagunya mengeksplorasi tema-tema yang lebih kompleks seperti ketidakpastian (Lagu Kesepian), kecemasan (Laki-laki Pemalu), dan lebih patriotis, seperti lagu-lagu "Mosi Tidak Percaya" dan "Menjadi Indonesia".

Secara umum, lagu-lagu yang ditawarkan cukup interpretatif. Artinya, dari perspektif manapun kita melihatnya, ada saja makna yang ditemukan. Namun bagi saya pribadi, album ini lebih banyak menyentil era-era Orde Baru yang mengalami degradasi kemanusiaan dan kebebasan. Seperti para aktivis yang ditangkap (Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa), dan kritik atas kejadian pelarangan dan pembakaran buku-buku (Jangan Bakar Buku), sedangkan lagu "Kamar Gelap", sekilas saya menemukan bahwa ini tentang foto-foto, namun karena saya yakin sekali bahwa tema major dari album ini adalah tentang aktivisme, maka "Kamar Gelap" pun dapat dimaknai sebagai ruang interogasi para aktivis yang ditangkap: Yang kau jerat adalah riwayat, tidak punah jadi sejarah. Begitupula dengan lagu "Lagu kesepian" dan "Tubuhmu Membiru...Tragis" juga dapat mengarah kepada para aktivis.

Nyatanya album ini menciptakan suara yang lebih atmosferik, yang memberikan kesan lebih hidup dan sering kali menggunakan efek suara yang lebih eksentrik.  Kerap pula telinga saya terpusat pada permainan drum dari Akbar yang lebih jazzy ketimbang album sebelumnya. 

Saya senang kepada Akbar Faisal, selaku tulang punggung Efek Rumah Kaca. Saya sangat mengindolakan permainan drum-nya, yang pelan, rapi, tidak menggebu-gebu, tapi tetap rocky dan groovy, sehingga melankolis yang disumbangkan oleh suara Cholil yang merdu dan sendu menjadi seru untuk didengarkan. Begitupun dengan album-album yang mereka rayakan selanjutnya, musik-musik Efek Rumah Kaca kian ramai dan hangat untuk didengarkan.

Secara keseluruhan, "Kamar Gelap" memberikan kesan yang lebih eksperimental dan misterius, memperlihatkan perkembangan dan eksplorasi musikalitas grup ini.

Dalam segi lirik, album "Efek Rumah Kaca" cenderung lebih klasik dan introspektif, dengan bahasa yang puitis dan reflektif. Sementara, album "Kamar Gelap" menggunakan bahasa yang lebih kiasan dan terkadang abstrak, menciptakan suasana yang lebih suram dan teatrikal.

Keduanya merupakan karya yang menggugah dan menyajikan pemikiran yang mendalam, tetapi memiliki nuansa yang berbeda. Menunjukkan perkembangan dan eksplorasi Efek Rumah Kaca dalam menciptakan musik yang berbeda-beda, namun tetap memiliki ciri khas mereka sendiri.

Lantas album mana yang lebih baik? Saya akan menjawab "Kamar Gelap", karena segala yang ada di album "Efek Rumah Kaca", baik dari segi musikalitas dan isu-isu yang diangkat, dapat kita temukan pada album "Kamar Gelap". Bahkan pembahasannya di album 2008 ini lebih tajam dan menyelekit. Sehingga keberanian ini jangan lekas pergi, Efek Rumah Kaca ingin menyelami sampai lelah hati. Sekiranya begitulah representasi album "Kamar Gelap" bagi saya, adalah Efek Rumah Kaca yang lebih asyik (Balerina, Kenakalan Remaja di Era Informatika, Laki-laki Pemalu) dan berani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun