Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Surat untuk Generasi

15 Januari 2023   22:35 Diperbarui: 15 Januari 2023   22:59 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin untuk memberitahunya adalah dengan mengatakan, bahwa kami sudah hidup di rumah kaca ini cukup lama. Tak ada manusia yang suka apabila kebebasannya dibatasi, oleh sebab itu ada banyak pergerakan pembebasan diri di negeri ini, begitupun dengan apa yang ingin kami lakukan sekarang. Kami memberontak! Berontak untuk kebebasan kami! Berontak untuk masa depan kami! Namun kau masih tak mengerti, bahwa kami memberontak bukan karena darah di dalam kami mendidih oleh kebencian, tapi rasa cinta. Cinta yang bukan untuk kalian, cinta yang bukan untuk masa depan yang kalian agung-agungkan, bukan cinta akan masa lalu yang kalian bilang menyedihkan, tapi ini tentang sebuah cinta untuk diri kami sendiri, karena sesuatu yang kalian bilang cinta itu bukanlah cinta bagi kami, melainkan tali yang lain yang siap untuk mencekik kami di tiang gantung. 

Aku ingin kalian membuka mata, lihatlah sekelilingmu, masa sudah berganti. Begitupun seharusnya dengan kata-kata dan cara didikmu yang menyedihkan itu. Bukankah ini semua sudah menyiksa kita berdua cukup lama? Aku tak peduli apabila kata-kataku ini akan kau sumpah serapahi, lakukanlah segala yang kau suka, tapi aku berbicara tentang kebenaran. Betapa kami banyak bermimpi suatu saat akan membesarkan seorang anak yang terbang bebas, dan ketika kami berkata rumah, yang kami maksud adalah kasih sayang. Kita berdua terjebak dalam paranoid ini bertahun-tahun, bukankah begitu? Kalian takut kami gagal, kami takut tidak menjadi sesuatu seperti yang kalian mau. Sesuatu yang kalian mau, tidakkah kami itu menyedihkan, telah hidup bukan untuk diri kami sendiri. 

Aku yakin akan datang kebebasan yang kami maksudkan, saat anak-anak kecil benar-benar akan menjadi anak kecil, bukan boneka dengan tali-tali, yang disiksa dengan kehalusan dan cerita sedih yang lain. 

Aku inginkan kebebasan itu! Dan aku kan berkata kepada anak-anakku bahwa, ada banyak impian di dunia ini, untukmu, tentukanlah sendiri! Apa yang akan kau lakukan kepada hidupmu, aku kan bantu sebisaku. Dan ketika hal buruk menimpamu, kau bisa pulang dan menangis kepadaku. Aku berjanji akan memberikan satu pelukan yang kau rindukan dariku. Kau adalah anakku tersayang, aku tak peduli sehebat apa teman-temanmu itu, karena kaulah anakku, darah dagingku sendiri, hanya itu yang kupedulikan, dan kau jangan merasa rendah diri dengan itu. Setiap orang memiliki keahliannya masing-masing. Aku hanya ingin kau menjalani kehidupan yang kau senangi, sehingga kau bisa mempertanggung jawabkannya untuk dirimu sendiri. Dan saat kau bertanya padaku tentang kakek nenekmu, aku kan berkata, mereka sudah berjuang dengan baik, dan mereka sudah mendidik ayahmu ini dengan baik dan penuh kasih sayang, dan aku ingin kamu merasakan juga kasih sayang itu. 

Iya, kami adalah anak-anakmu yang senang berbohong, kami adalah generasi pembohong. Kau heran kenapa kami suka sesuatu yang instan? Karena kalian selalu melihat kami dari hasil, bukan dari usaha yang telah kami kerjakan. Dan saat kami pulang dari hari yang melelahkan itu, saat orang-orang dan teman tak mau mendengarkan kesedihan kami, kami hanya bisa bersembunyi di kamar atau warung kosong, dan melewatkan makan malam bersama, sehingga kami bisa memendamnya seorang diri. Karena kami sudah muak mendengar masa lalumu yang menyedihkan itu. Kami sudah cukup mendengarnya. 

Bisakah kalian yang mendengarkan kami sekarang? 

"Kami adalah putra putri kerinduan kehidupan terhadap diri kami sendiri. Kau boleh memberi kami cintamu, tetapi bukan pikiranmu. Kau bisa memelihara tubuh kami, tapi bukan jiwa kami. Sebab, jiwa kami tinggal di rumah masa depan, yang takkan bisa kau datangi, bahkan dalam mimpimu. Kehidupan tidak berjalan mundur, tidak pula tinggal bersama hari kemarin. Kau adalah busur yang meluncurkan anak-anakmu sebagai panah hidup. Pemanah lebih mengetahui sasaran di jalan yang tak terhingga, dan Ia melengkungkanmu sekuat tenaga-Nya, agar anak panah melesat cepat dan jauh. Biarlah tubuhmu yang melengkung di tangan-Nya yang merupakan kegembiraan. Sebab, seperti cinta-Nya terhadap anak panah yang melesat, Ia pun mencintai busur yang kuat."

Catatan: 

(1) Lirik lagu Paranoid Android oleh Radiohead.

(2) Puisi On Children karya Kahlil Gibran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun