Semasa muda, Barat pernah dua kali menenggelamkan dirinya ke sungai. Dia melompat dari jembatan. Yang dia tidak tahu adalah, di sungai itu sedang ada orang yang memancing.Â
Maka lekas mereka menolong Barat---padahal Barat tidak meminta untuk ditolong, tapi tetap ditolongnya. Barat sempat memberontak saat ditarik oleh para pemancing itu, sebelum akhirnya dia marah-marah di pinggir sungai. "Saya ingin mati," itu katanya.
"Biarkan saya mati. Mengapa kalian menolong saya?"
Barat tidak marah sebenarnya, hanya terpacu adrenalin. Dia juga tidak sedih. Dia bahkan tertawa seusai memuntahkan air sungai yang sempat tertelan.Â
Sementara para pemancing itu paniknya bukan main. Benar-benar merepotkan, katamu? Bukankah mereka yang sebenarnya merepotkan Barat?
Dia hanya ingin mati, bukankah begitu?
Tidak, Barat tidak gila. Meskipun ibu tirinya sempat membawa Barat ke psikolog untuk menemui saya, tapi bisa saya katakan dari setiap pertemuan kami, sebenarnya Barat tidak gila atau mengalami gangguan jiwa.Â
Dia sehat pikiran, jiwa, bahkan raganya, kecuali matanya yang tak bisa melihat. Orang-orang bilang bahwa Barat depresi karena tak bisa melihat.Â
Tapi faktanya, Barat bahagia dengan kondisinya. Dia memiliki dunia yang indah di dalam kepalanya, tidak seperti dunia yang kita rasakan sekarang. Dunia kita ini kejam, bukan begitu?
Lantas kenapa dia ingin bunuh diri? Sederhana saja, dunianya sudah terlalu indah, tak ada cacat barang sedikitpun, dan itu membuatnya bosan. Dia ingin menciptakan badai, bencana, dan kekacauan untuk dunianya. Tapi dia tidak bisa melakukannya.Â
Barat memang jenius, karena dia tidak bisa menghancurkan dunia yang ada di dalam kepalanya dengan angan-angan, maka dia menghancurkan dirinya pula.