Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Music

Menikmati Keemasan Rock 'n Roll Melalui The Nude Party

8 Juli 2021   15:43 Diperbarui: 8 Juli 2021   15:48 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sebenarnya tidak asik bila band-band jaman sekarang sering dikaitkan dengan band-band lama. Tetapi susah untuk mendeskripsikan sesuatu tanpa merujuk pada elemen-elemen yang memang terkandung di dalamnya. 

Sama halnya yang terjadi pada The Nude Party. Dengan beranggotakan enam orang anak muda, mereka berhasil melahirkan album-album yang mengingatkan kita pada era keemasan Rock 'n Roll.

Pada 2 Oktober 2020, Midnight Manor dirilis, album kedua mereka. Tetapi untuk memperkenalkan mereka, saya rasa tidak tepat untuk langsung membahas album itu, melainkan album self-titled mereka, The Nude Party. 

Dirilis pada 6 Juli 2018 silam. Sebelum itu, saya akan menceritakan bagaimana saya mengenal band The Nude Party, itu disebabkan oleh dua anggota band asal Inggris, Arctic Monkeys. 

Saya sangat berterimakasih kepada mereka. Dalam sebuah interview bersama Apple Music, mereka diminta untuk merekomendasikan lagu-lagu baru yang sedang mereka dengar kala itu. Judul 'Astral Man' dan 'Chevrolet Van' muncul. 

Lantas saya langsung membuka Youtube dan mendengarkannya, dan sayang sekali harus penulis katakan, The Rolling Stones adalah hal pertama yang muncul ketika mendengarnya. Tetapi bukan berarti mereka mencoba menjadi The Rolling Stones, tetapi mereka hanya membawa elemen-elemen 60-an dan 70-an ke era yang moderen ini dan tentu dengan nuansa yang baru.

Seks, narkoba, dan blues, itulah Rock 'n Roll. Seks adalah senang-senang, narkoba adalah menikmati hidup, dan blues untuk groove. Mereka mengandung tiga elemen penting itu dalam musik-musik mereka yang akan saya bahas satu persatu. 

Seks adalah kegiatan bersenang-senang, biasanya digunakan untuk melepas keresahan dan kejamnya hidup ini, lebih tepatnya mencurah kesedihan. Namun pada pembahasan ini, seks tidak melulu soal bersetubuh, melainkan kegiatan yang menimbulkan kesenangan.

 'Chevrolet Van' adalah salah satu lagu mereka yang mengandung elemen seks yang begitu kental. Dapat dilihat bagaimana lagu dibuka dengan jrengan gitar yang sangat groove (Blues) yang perlahan-lahan akan membuka instrument-instrumen lain yang akan menambah lagu ini semakin groove. Elemen seks dapat dilihat dari bagaimana lirik dan musik dipadu menjadi satu. 

Bercerita tentang seorang pemuda yang suka bersenang-senang yang sebentar lagi akan beranjak dewasa, kemudian mendapatkan beragam-macam saran dari orang-orang sekitarnya, mulai dari sanak famili sampai pegawai bank yang sudah 25 tahun bekerja di sana. "Carilah pekerjaan!" begitulah intinya, yang mana ini sangat bertentangan dengan konsep kehidupan yang penuh dengan pesta, jalan-jalan, dan kegiatan lain yang menyenangkan, dan tokoh utama sangat tidak menyukai ide itu, prinsipnya adalah senang-senang selalu. 

Dari sudut pandang musiknya, mereka menggunakan dua gitar, satu bass, satu drum, satu piano, dan steel guitar. Oh tentu tidak hanya itu, ada satu lagi yang tak boleh dilupakan, yang terkadang dipandang remeh oleh orang-orang padahal esensial di dalam sebuah musik, perkusi; Djembe dan Maraca. Dua alat itu tidak akan tidak terasa ketika mendengarkan lagu-lagu The Nude Party.

Bagi mereka yang pernah menggunakan narkoba atau lebih parah masih menggunakannya hingga detik ini, saya doakan agar segera berhenti. 

Saya sendiri belum pernah merasakan sensasi dari narkoba, dan saya rasa saya cukup hanya menikmatinya dengan membaca buku-buku psikedelik dan mendengarkan lagu yang mengandung unsur psikedelik. 

Bagi yang penasaran seperti apa narkoba dalam musik, saya sarankan untuk mendengar lagu-lagu Black Sabbath (Planet Caravan, War Pigs, dll), The Doors (The End, Light My Fire, dll), Jimi Hendrix (Purple Haze, If 6 Were 9, dll), Cream (Sunshine of Your Love, Tales of Brave Ulysses, dll), untuk versi psikedelik Indonesianya teman-teman bisa mendengarkan Panbers, Duo Kribo, Benny Soebardja & The Lizard, dan lain-lain. Untuk akar dari psikedelik tidak mungkin dapat saya tulis satu persatu, karena ada banyak, tetapi satu yang menurut saya yang oke sekali untuk mendeskripsikan akar psikedelik rok adalah Rumble-nya Link Ray.

Dan "Astral Man" adalah salah satu lagu psikedelik di zaman moderen yang patut saya rekomendasikan. Kesan saya pertama kali ketika mendengar lagu ini itu seperti saya tengah duduk di sofa, memegang sebotol whisky dan merokok. 

Di luar salju tengah turun (saya tidak pernah merasakan salju, tetapi saya seakan-akan merasakannya, dan itulah psikedelik) dan angin yang berhembus kencang masuk melalui jendela yang sedikit terbuka. Kedinginan saling bertumpang tindih dengan kehangatan dari whisky dan rokok. Ditambah lagu ini tentang perjalanan yang saya tak tahu pasti apa. Tetapi yang saya tahu hanya sebuah petualangan. 

Dan berhasil, mereka menarik  saya untuk ikut berpetualang ke dalam lagu itu. Imajinasi saya berulang kali dipermainkan dan saya mau tak mau harus ikut, dan itu adalah pengalaman psikedelik yang luar biasa, terlebih saya juga baru mencemplungkan diri ke dalam dunia musik psikedelik.

Terakhir, blues, saya bukan pemain musik handal, jadi saya tidak tahu bagaimana menjelaskan definisi blues secara cerdas, tapi saya bisa mengenali musik blues dari alunan gitar dan gebukan drum. Blues adalah akar dari segala musik menurut saya, walaupun jikalau ditimang lebih jauh lagi, classical piece adalah akarnya. 

Untuk mengenal musik blues menurut saya, adalah bagaimana reaksi tubuh kita ketika mendengarkan sebuah musik rok, yang mana bila kita secara tidak sadar ikut berjoget, baik itu mengikuti jrengan atau petikan gitar, ataupun tabuhan drum, maka lagu itu dapat dikatakan mengandung unsur blues yaitu groovy, jikalau dilihat dari groove atau tidaknya, walaupun sebenarnya blues lebih dari itu. 

Sekali lagi saya tidak bisa menjelaskannya secara cerdas, karena ketika saya baca tentang seperti apa musik blues yang keluar justru penjelasan yang begitu rumit, teman-teman bisa baca di blog ini: https://blog.metromusicmakers.com/blog/what-is-blues-music

Musik-musik The Nude Party semuanya mengandung unsur blues yang kental, ketika saya mendengar lagu-lagu mereka secara tidak sadar tubuh saya ikut berjoget, atau di lubuk hati saya ada hasrat untuk berjoget (Ini terjadi bila didengar sambil tidur, karena susahnya berjoget sambil tiduran haha).

Kesimpulan saya, The Nude Party adalah band yang pantas mendapatkan panggung besar, dalam kata lain perhatian lebih oleh para penikmat musik. Saya yakin, bila marketing mereka bagus, nama mereka akan sering dibicarakan dalam beberapa tahun kedepan, dan saya punya harapan suatu hari saya bisa menyaksikan penampilan mereka secara langsung, ya paling tidak bila itu tak kunjung tercapai saya bisa menonton live mereka di panggung piramida Glastonbury melalui Youtube (Sedih).

Bagi teman-teman sesama penikmat musik, saya persilahkan dan harapkan untuk memberikan pendapat kalian juga pada postingan ini, karena saya sendiri juga memerlukan sudut pandang orang lain tentang band yang saya suka ini. Karena sering kali apa yang orang-orang lihat dan rasakan, tidak terlihat dan terasa oleh saya.

BIODATA BAND:

THE NUDE PARTY. Dibentuk di asrama North Carolina pada tahun 2012, The Nude Party merayakan musik rock yang berdentang dari tahun 60-an. Mereka memulai debutnya dengan Hot Tub EP pada tahun 2016. Debut album band ini tiba di New West Records pada tahun 2018. Beranggotakan sekelompok teman masa kecil dan saudara tiri yang memutuskan untuk memulai sebuah band dan kemudian mulai belajar memainkan alat musik, The Nude Party berakar di Appalachian State University di Boone, North Carolina. Vokalis dan gitaris mahasiswa baru Patton Magee akhirnya mengumpulkan gitaris Shaun Couture, organis/pianis Don Merrill, pemain bass Alec Castillo, pemain perkusi Austin Brose, dan drummer Connor Mikita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun