Mohon tunggu...
Nuzulia faiqotul himmah
Nuzulia faiqotul himmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - perempuan

ubah pola pikir, teriak lewat usaha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budhha

2 Juni 2022   08:16 Diperbarui: 2 Juni 2022   08:18 10540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak berbagai macam agama di dalam Indonesia, salah satunya yaitu budha. Agama Buddha merupakan salah satu agama yang muncul dan berkembang pesat di daratan India. Agama ini mulai muncul pada abad ke-6 SM. Sebagai agama yang muncul pada masa itu, secara historis agama tersebut masih mempunyai kaitan erat dengan agama pendahulunya, yaitu agama Hindu. Pembawa ajaran agama ini adalah Sindharta Buddha Gautama, yang sebelum memperoleh pencerahan merupakan seorang pangeran kerajaan Maghada dan pemeluk agama Hindu.

Pedoman dan hukum-hukum yang diajarkan oleh Sindharta mempunyai tujuan akhir untuk melepaskan nafsu dan penderitaan dalam hidup manusia sehingga dapat mencapai nirvana. Sebagai agama, ajaran Buddha tidak bertitik tolak kepada Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta dan seluruh isinya. Agama Buddha justru bertitik tolak kepada keadaan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya tentang tata susila manusia agar terbebas dari lingkaran sukkha yang selalu mengiringi hidupnya.

 Di dalam budha sembahyang nya setiap hari minggu untuk anak- anak yang masih sekolah. Sedangkan untuk ibu- ibu dan bapa- bapa sembahyang nya setiap malam senin dan malam kamis. Alasan kenapa ibadahnya dilakukan di malam hari karena pada malam hari bapa- bapa dan ibu- ibu sudah menyelesaikan aktifitasnya. Sehingga mereka mencari waktu ibadah yang mereka bisa. Umat budha menyembah sang hyang adi budha yang merupakan sebutan untuk tuhan yang maha esa dalam agama mereka. Adapun umat budha yang menyembah altar atau patung budha. cara ibadahnya dengan datang ke vihara namaskara dan dilanjutkan dengan membaca kitab tripitaka. Sebelum mereka membaca kitab, mereka akan menyalakan lilin dan dupa sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada para leluhur. Lilin sendiri melambangkan penerangan sedangkan dupa melambangkan harumnya kebajikan. Bunga melambangkan ketidak kekalan. Air melambangkan kerendahan hati. Rupang buddha melambangkan ketenmgan batin. Dan yang terakhir makanan melambangkan perbuatan atau keberhasilan yang telah dilaksanakan. Ada juga yang beribadah dengan cara sikap Anjali dengan timpuk.

Larangan-larang yang tidak boleh dilakukan oleh umat buddha terdapat dalam kitab Tripitaka, yaitu Panatipata veramani sikkhapadang samadiyami yang artinya tidak boleh membunuh makhluk hidup. Jadi orang-orang yang memeluk agama budhha mereka tidak boleh memakan hewan yang mereka bunuh sendiri seperti ayam, ikan dan lain- lain.

Kitab suci agama Buddha yang paling tua ditulis dalam bahasa Pli dan Sansekerta bernama Tripitaka, yang terdiri dari 3 pitaka atau keranjang. kitab ini terbagi atas 3 kelompok besar, yakni:

  • Vinaya Pitaka

Vinaya Pitaka memuat segala hal terkait peraturan para bhikkhu dan bhikkhuni, yang terdiri dari 2 bagian, yakni:

  • Kitab Sutta Vibhanga

Kitab Sutta Vibhanga yang berisi 227 peraturan bagi para bhikkhu dan bhikkhuni, yang mencakup 8 jenis pelanggaran. Di antaranya ada 4 pelanggaran yang menyebabkan dikeluarkannya seorang bhikkhu dari Sangha dan tidak pernah bisa menjadi bhikkhu lagi.

  • Kitab Khandhaka

Kitab Khandhaka yang terbagi atas Mahvagga dan Cullavagga. Kitab Mahvagga memuat deretan peraturan dan uraian tentang upacara penahbisan bhikkhu, upacara uposatha saat bulan purnama dan bulan baru di mana dibacakan Ptimokkha (peraturan disiplin bagi para bhikkhu), peraturan tentang tempat tinggal selama musim hujan, upacara akhir musim hujan, deretan peraturan tentang jubah Kathina setiap tahun, deretan peraturan bagi bhikkhu yang sakit, tentang tidur, bahan jubah, pelaksanaan sanghakamma, dan cara jika terjadi perpecahan.

  • Sutta Pitaka
  • Sutta Pitaka terdiri dari 5 kumpulan (nikya) atau buku, yakni:
  • Dgha Nikya: terdiri dari 34 Sutta panjang, dan terbagi menjadi 3 vagga, yakni: Slakkhandhavagga, Mahvagga dan Ptikavagga.
  • Majjhima Nikya: memuat berbagai khotbah menengah. Terdiri atas 3 bagian (pannsa), 2 pannsa pertama terdiri atas 50 sutta dan pannsa terakhir terdiri atas 52 sutta. Jadi, semuanya berjumlah 152 sutta.
  • Anguttara Nikya: terbagi atas 11 nipta (bagian) dan meliputi 9.557 sutta.
  • Samyutta Nikya: terdiri atas 7.762 sutta. Bagian ini dibagi lagi menjadi 5 vagga utama dan 56 bagian yang disebut Samyutta.
  • Khuddaka Nikya: terdiri atas kumpulan 15 kitab, yakni: Khuddakaptha, Dhammapada, Udna, Itivuttaka, Sutta Nipta, Vimnavatthu, Petavatthu, Theragth, Therigth, Jtaka, Niddesa, Patisambhidmagga, Apadna, Buddhavamsa, dan Cariypitaka.

  • Abhidhamma Pitaka
  • Abhidhamma Pitaka memuat uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara analitis dan mencakup berbagai bidang, sehingga terdiri dari 7 pakarana, yakni: Dhammasangani, Vibhanga, Dhtukatha, Puggalapaatti, Kathvatthu, Yamaka, dan Patthana.
  • Maka dari itu, kitab suci agama Buddha disebut sebagai Tipitaka di dalam bahasa Pli atau Tripitaka di dalam bahasa Sansekerta.

Pemuka agamanya itu ada bikhu dan bikhuni. perbedaan bikhu dan bikhuni yaitu, bikhu untuk laki- laki dan bikhuni untuk perempuan. Umat Buddha sendiri merayakan beberapa hari besar seperti Hari Raya Waisak, Hari Suci Kathina, Hari Suci Asadha, dan Hari Magha Puja. Pada saat perayaan hari besar, umat budha Pada malam perayaan puncak Waisak, biasanya semua acara akan dilakukan di Candi Borobudur, di mana umat Buddha berkumpul dan menyalakan lilin dan memasukkannya ke dalam lentera. paginya biasanya dilakuin pradaksina, yaitu memutari candi sebanyak 3 kali sambil bawa kembang. Bisa juga dilakukan di vihara, tradisi nya pun sama seperti yang di lakukan di Borobudur. Biasanya umat budha setelah melakukan upacara pada hari raya waisak itu memasang bendera di depan rumah masing- masing, nama bendera nya adalah bendera buddhis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun