Mohon tunggu...
Nuzila Fatmawati
Nuzila Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mempunyai hobi tidur dan bermain game Mempunyai Kepribadian ambivert

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gelombang Boikot Produk Israel Menguat, Solidaritas Global untuk Palestina

27 Oktober 2024   00:52 Diperbarui: 27 Oktober 2024   00:52 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah eskalasi konflik Israel-Palestina yang semakin memanas, gelombang aksi boikot produk Israel kembali muncul di berbagai negara di seluruh dunia. Boikot ini adalah bagian dari gerakan yang dikenal dengan nama BDS (Boycott, Divestment, and Sanctions), yang didirikan pada tahun 2005 oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil Palestina. 

Tujuan utama gerakan ini adalah memberikan tekanan ekonomi dan politik kepada Israel, dengan harapan dapat mengakhiri pendudukan di wilayah Palestina dan memberikan hak yang sama kepada seluruh warga Palestina. Gerakan BDS mendorong warga global untuk berhenti membeli produk-produk buatan Israel sebagai bentuk solidaritas.

Respon terhadap seruan boikot ini meluas di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Beberapa negara bahkan memberlakukan undang-undang yang mendukung hak untuk memboikot sebagai bentuk protes politik. 

Di Prancis, Belgia, dan Inggris, boikot produk Israel dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil, aktivis, hingga selebriti. Mereka mengarahkan kampanye untuk menekan perusahaan-perusahaan besar yang dianggap mendukung Israel, seperti perusahaan teknologi, produk pertanian, dan manufaktur lainnya.

Di Asia dan Afrika, boikot ini juga mendapatkan dukungan besar dari masyarakat. Negara-negara dengan mayoritas Muslim, seperti Malaysia, Indonesia, dan Pakistan, gencar mengadakan kampanye boikot terhadap produk Israel. 

Di Afrika Selatan, dukungan terhadap BDS cukup kuat mengingat sejarah panjang negara tersebut melawan apartheid. Banyak aktivis di sana yang melihat paralel antara perjuangan Palestina dengan perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan, sehingga boikot produk Israel dianggap sebagai langkah moral yang perlu diambil.

Aksi boikot juga dilakukan secara digital melalui media sosial, di mana aktivis menggunakan platform seperti Twitter dan Instagram untuk menyebarkan informasi tentang perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel. 

Kampanye ini menggunakan tagar seperti #BoycottIsrael dan #FreePalestine untuk meningkatkan kesadaran global. Di beberapa kasus, boikot berhasil mempengaruhi keputusan perusahaan besar untuk menghentikan operasinya di Israel atau menarik investasi dari wilayah tersebut.

Namun, tidak semua negara atau individu mendukung gerakan boikot ini. Beberapa negara, terutama Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, menganggap BDS sebagai gerakan anti-Semitisme, yang dilarang di wilayah mereka. 

Mereka berpendapat bahwa memboikot produk Israel bukanlah solusi efektif untuk menyelesaikan konflik dan justru dapat memperburuk ketegangan antarnegara. Di lain pihak, pendukung BDS menegaskan bahwa boikot adalah cara damai untuk menekan Israel agar menghormati hak asasi manusia.

Meskipun banyak pro dan kontra terkait gerakan boikot ini, tidak dapat disangkal bahwa aksi ini telah mendapatkan momentum yang besar di berbagai belahan dunia. 

Boikot produk Israel menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan pemerintah Israel di Palestina, sekaligus mengajak masyarakat global untuk berperan dalam perjuangan panjang menuju keadilan dan perdamaian di Timur Tengah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun