Namun, salah satu tantangan terbesar adalah kesenjangan digital, terutama di pedesaan dan daerah terpencil. Infrastruktur yang tidak memadai, kurangnya akses internet, dan rendahnya tingkat literasi digital menjadi penghalang bagi banyak masyarakat untuk merasakan manfaat dari ekonomi digital. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur digital dan peningkatan literasi teknologi di seluruh pelosok negeri harus menjadi prioritas untuk memperkuat ekonomi kerakyatan.
Pendidikan dan pelatihan juga memainkan peran krusial dalam memastikan bahwa masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini. Investasi dalam pelatihan keterampilan, kewirausahaan, dan literasi keuangan akan membantu masyarakat menjadi lebih mandiri dan mampu bersaing dalam ekonomi modern. Selain itu, dukungan terhadap inovasi lokal dan riset berbasis masyarakat dapat membuka peluang baru bagi pengembangan produk-produk lokal yang memiliki nilai tambah tinggi, sekaligus memperkuat identitas ekonomi berbasis kerakyatan.
Kesuksesan ekonomi kerakyatan pada akhirnya akan bergantung pada seberapa kuat komitmen semua pihak dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan usaha kecil dan menengah. Dengan komitmen yang tepat dan dukungan dari seluruh elemen bangsa, ekonomi kerakyatan tidak hanya menjadi alat untuk mengatasi kemiskinan, tetapi juga menjadi fondasi bagi terciptanya masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan mandiri. Dalam jangka panjang, ekonomi kerakyatan dapat menjadi model pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, yang tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi membawa manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lebih jauh lagi, dalam mewujudkan ekonomi kerakyatan yang inklusif dan berkelanjutan, diperlukan adanya pergeseran paradigma dalam cara pandang terhadap pembangunan ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata seringkali tidak mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan jangka panjang. Ekonomi kerakyatan, sebaliknya, mengedepankan prinsip keberlanjutan, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun ekologi.
Dalam konteks sosial, ekonomi kerakyatan mengakui pentingnya keadilan dan kesetaraan akses bagi seluruh lapisan masyarakat. Ini berarti pemerintah harus memastikan bahwa tidak ada kelompok masyarakat yang terpinggirkan dari proses pembangunan. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat jaminan sosial, menciptakan lapangan kerja yang layak, serta memberikan akses terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Dengan demikian, rakyat kecil memiliki peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Secara ekonomi, ekonomi kerakyatan menekankan pentingnya membangun kemandirian. Ini bukan berarti menutup diri dari globalisasi, melainkan memanfaatkan potensi lokal secara optimal. Pengembangan sektor pertanian, perikanan, dan industri kreatif berbasis lokal merupakan langkah konkret yang bisa diambil. Peningkatan produktivitas di sektor-sektor ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan terhadap impor, tetapi juga memberikan lapangan kerja bagi banyak orang, terutama di daerah-daerah pedesaan yang seringkali terabaikan oleh pembangunan.
Dari sisi lingkungan, ekonomi kerakyatan harus berkomitmen pada kelestarian alam. Pembangunan ekonomi yang berbasis eksploitasi sumber daya alam tanpa memikirkan dampak lingkungan akan berujung pada bencana jangka panjang, seperti kerusakan ekosistem, perubahan iklim, dan menurunnya daya dukung alam terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu, prinsip keberlanjutan harus menjadi landasan utama dalam setiap kebijakan ekonomi kerakyatan. Penggunaan teknologi ramah lingkungan, efisiensi energi, dan pelestarian sumber daya alam merupakan langkah yang perlu ditempuh agar generasi mendatang tetap bisa menikmati hasil pembangunan tanpa merusak alam.
Pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam menciptakan sistem ekonomi yang berkeadilan tidak bisa dipandang sebelah mata. Perlu adanya kebijakan yang mendukung sektor-sektor produktif yang melibatkan rakyat banyak, seperti reformasi agraria, pemberdayaan koperasi, dan dukungan terhadap UMKM. Pemerintah juga harus tegas dalam mengatasi masalah-masalah struktural, seperti korupsi dan monopoli, yang sering kali menghambat distribusi kekayaan yang lebih merata.
Dalam penutup, ekonomi kerakyatan bukanlah konsep yang mudah diwujudkan. Namun, dengan tekad dan komitmen dari semua pihak, ia bisa menjadi fondasi yang kuat untuk pembangunan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. Konsep ini menempatkan rakyat sebagai pusat dari pembangunan ekonomi, di mana kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi. Hanya dengan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan inilah kita dapat mengatasi kemiskinan dan menciptakan kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai kesimpulan, ekonomi kerakyatan menawarkan jalan keluar yang komprehensif untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan yang masih menjadi masalah besar di Indonesia. Dengan menempatkan rakyat sebagai pusat dari pembangunan, ekonomi kerakyatan berupaya menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Namun, untuk mencapai visi ini, dibutuhkan komitmen kuat dari pemerintah, partisipasi aktif masyarakat, dan dukungan dari sektor swasta. Hanya dengan kerjasama yang solid, kebijakan yang inklusif, dan penerapan prinsip keberlanjutan, ekonomi kerakyatan bisa menjadi solusi nyata bagi terciptanya kesejahteraan yang lebih adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H