Mohon tunggu...
Nuur Aini Farikhatun
Nuur Aini Farikhatun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya

Aku adalah aku, bukan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Perempuan dalam Mensejahterakan Perempuan Lainnya

3 Oktober 2024   11:30 Diperbarui: 3 Oktober 2024   11:31 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bidang Immawati Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Surabaya mengadakan Pendidikan Khusus Immawati atau yang biasa disebut Diksuswati, Jumat 23/08/2024).

Diksuswati telah dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan tema “Shine for Change, Empower for Justice”, acara berlangsung selama tiga hari dua malam yang sangat berkesan. Dimulai dengan pembukaan yang sudah dibuka dengan Ketua Bidang Immawati Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Surabaya, Ketua Umum Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Surabaya dan menghadirkan narasumber luar biasa dari DPRD Kota Surabaya, Ning Ais dan juga Ketua BK3S Jawa Timur, dr. Pinky Saptandari, Dra. Ma.

Peserta Diksuswati ini berasal dari komisariat-komisariat yang ada di kampus Surabaya, diantaranya Universitas Muhammadiyah Surabaya, Univesitas Airlangga, Institus Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Negeri Surabaya, dan Univesitas Islam Negeri Sunan Ampel juga sangat antusisas dengan acara ini.

Kesetaraan gender merupakan aspek krusial dalam mencapai keadilan sosial. Dalam banyak budaya, perempuan masih menghadapi berbagai tantangan, seperti diskriminasi dalam pendidikan, pekerjaan, dan pengambilan keputusan. Bidang Immawati Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Surabaya ini menyoroti isu-isu ini dengan mengadakan sesi khusus yang membahas bagaimana kesetaraan gender dapat dicapai melalui pendidikan dan pemberdayaan.

Perempuan adalah setengah dari populasi jadi suara mereka itu harus tengah dari kebijakan kita kita tahu bahwa kebijakan-kebijakan atau aturan-aturan di Indonesia itu sedikit sekali yang berpihak kepada perempuan padahal kita tahu bahwa perempuan adalah sumber dari kehidupan tapi kenapa aturan-aturan yang di Indonesia itu jarang sekali ada aturan yang kiranya memang harus berpihak kepada perempuan. Seperti contohnya ada undang-undang kekerasan seksual, undang-undang sistem melahirkan, itu adalah undang-undang yang memang perempuan haknya harus memiliki itu perempuan harus memiliki aturan-aturan yang dikehendaki oleh perempuan itu sendiri.

Peserta diberikan pemahaman mendalam tentang hak-hak perempuan dan bagaimana peran mereka dapat diperkuat dalam berbagai sektor. Sesi-sesi ini tidak hanya menghadirkan narasumber perempuan dan laki-laki yang inspiratif, tetapi juga mendorong diskusi terbuka mengenai tantangan yang dihadapi perempuan di masyarakat. Melalui pendekatan ini, peserta didorong untuk lebih peka terhadap isu gender dan berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.

Salah satu dampak paling nyata dari Diksuswati adalah peningkatan kesadaran sosial di kalangan peserta. Sebelum acara ini, banyak peserta yang mungkin hanya memiliki pengetahuan dasar tentang isu-isu keadilan sosial. Namun, setelah terlibat dalam diskusi yang mendalam dan interaktif, mereka mulai memahami betapa rumitnya permasalahan yang dihadapi masyarakat. Misalnya, sesi tentang keadilan ekonomi memberikan wawasan tentang bagaimana ketidakadilan distribusi sumber daya dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat.

Acara ini juga menciptakan ruang untuk berbagi pengalaman pribadi, di mana peserta dapat mendengar kisah-kisah inspiratif dari narasumber yang telah berjuang melawan ketidakadilan. Hal ini membangkitkan empati dan motivasi untuk bertindak. Kesadaran yang terbentuk ini tidak hanya menjadi pengetahuan teoretis, tetapi juga dorongan untuk berpartisipasi aktif dalam perubahan sosial.

Diksuswati ini tidak hanya berhenti pada penyampaian materi, tetapi juga mendorong partisipasi aktif dari setiap peserta. Peserta diajak untuk berdiskusi dan merumuskan solusi atas isu-isu yang diangkat. Ini menciptakan atmosfer kolaboratif yang memungkinkan setiap individu untuk merasa memiliki peran dalam menciptakan perubahan.

Melalui aktivitas interaktif, peserta belajar bagaimana cara menyampaikan pendapat, memimpin diskusi, dan mengambil keputusan yang berdampak. Keterampilan ini sangat penting untuk mempersiapkan perempuan agar lebih berdaya dan mampu bersaing di berbagai bidang. Selain itu, dengan memperkuat jaringan antar perempuan, Diksuswati ini menciptakan platform di mana mereka dapat saling mendukung dan berkolaborasi dalam proyek-proyek yang bertujuan untuk mengatasi ketidakadilan gender.

Selain itu, Diksuswati ini juga berfungsi sebagai platform untuk membangun jaringan di antara peserta. Pertemuan ini menghadirkan berbagai individu dari latar belakang yang berbeda—mahasiswa, aktivis, dan profesional—yang memiliki visi dan misi yang sama dalam memperjuangkan keadilan sosial. Melalui interaksi ini, banyak peserta yang menjalin hubungan baru, berbagi pengalaman, dan menjalin kolaborasi untuk proyek-proyek ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun