Sekeping hati dibawa berlari
Jauh melalui jalanan sepi
Jalan kebenaran indah terbentang
Di depan matamu para pejuang
Tapi jalan kebenaran
Tak akan selamanya sunyi
Ada ujian yang datang melanda
Ada perangkap menunggu mangsa
Akan kuatkah kaki yang melangkah
Bila disapa duri yang menanti
Akan kaburkah mata yang meratap
Pada debu yang pastikan hinggap
Mengharap senang dalam berjuang
Bagai merindu rembulan di tengah siang
Jalannya tak seindah sentuhan mata
Pangkalnya jauh hujungnya belum tiba
(lirik lagu milik Saujana), Suci skeping hati
Lirik ini, bukan hanya membuatku teringat dan menikmati nasyidnya Saujana, tapi juga membuatku teringat akan seseorang, yang mampu memberi inspirasi buat ku atas lirik lagu itu.
Seseorang yang kutemui saat aku masih bekerja sebagai seorang operator komputer, di sebuah usaha digital printing. Pekerjaan sehari - hari adalah mengetik dan mengeprint... dan kebetulan aku mengetik sebuah buku jurnal romadhon dimana ada kisah - kisah indah terselip yang mampu membuatku termangu saat mengetiknya.
Sebuah lirik lagu.... yang dihiasi dnegan penjelasan - penjelasan panjang yang sangat inspiratif,
tentang perjuangan untuk sampai di sekolah dengan berjalan kaki berkilo - kilo meter, di jaman sekarang, dimana teman - temannya mayoritas bersepeda motor dan tidak sedikit pula yang diantar dengan mobil mewah...
tentang hidup yang harus berhemat dan "pas - pasan" dimana harus mengerti kebutuhan pribadi dan tidak banyak permintaan kepada orang tua (padahal teman - teman seangkatan banyak yang suka berlomba - lomba untuk ke-modis-an seragamnya, untuk penampilannya dan untuk kegengsian di mata orang lain.
tentang hidup yang harus penuh perjuangan walaupun kemampuan ekonomi tidak mencukupi. bahwa hidup adalah perjuangan, bukan kesempatan untuk menghabiskan uang orang tua, bukan untuk merengek - rengek ini itu untuk hal - hal yang sekiranya bisa ditunda, dan memanfaatkan semua yang dimiliki untuk tujuan yang baik...
tentang prestasi yang harus tetap lebih dari teman - teman seangkatan, dan pasti mampu menonjolkan diri sebagai anak yang kompeten, yang pantas dianggap mampu dan memang benar – benar anak yang sekolah. Yang tidak hanya pamer baju yang setiap hari ganti – ganti model, pamer hape yang tiap hari diisi dengan lagu – lagu dan sms terupdate, yang memikirkan dunia fashion berlebih di dalam sekolahnya (pakaiannya). Tapi memang benar – benar paham dan mampu sekolah, apa gunanya, bagaimana menjadi the real student.
Sekar, dirimu memang bunga yang menginspirasi, terima kasih....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H