Garis pantai di Indonesia sangat panjang, yaitu sekitar 95 ribu kilometer yang menjadikannya negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Garis pantai di Indonesia terbentang dari Sabang di Provinsi Aceh di ujung barat hingga Merauke di Provinsi Papua di ujung timur. Garis pantai ini meliputi banyak jenis pantai, mulai dari pantai pasir putih, pantai batu, pantai karang, pantai berpasir hitam, dan pantai berlumpur.
Sebagai anak yang lahir dan besar di Jakarta, jujur saja saya tak terlalu menyukai suasana pantai. Panasnya membakar kulit. Seolah sia-sia saya setiap hari rutin mengoles skincare karena baru ke pantai sebentar saja, kulit sudah gosong.
Pantai juga tak membuat saya leluasa karena ketidakmampuan saya dalam berenang. Selain itu, setiap ke pantai di Jakarta, saya selalu mendapati banyak pelancong tumpah ruah berkumpul dan berenang. Pokoknya, kurang nyaman dan tidak tenang. Jika ke pantai, saya hanya bisa menikmati lautnya. Namun, suara deburan ombaknya yang konon baik untuk terapi, tak mampu saya nikmati. Suaranya buih air laut yang menabrak pantai tenggelam oleh celoteh para pelancong yang bercengkerama dan berbincang-bincang di kanan kiri saya. Untuk berwisata, saya lebih menyukai pegunungan yang hijau dan sejuk, serta suasana yang sepi dan menenangkan.
Namun, ternyata ada satu pantai favorit yang saya sukai di daerah Jawa Timur. Setiap mudik ke Banyuwangi, kami pasti sempatkan mampir ke pantai itu. Setiap berkunjung ke sana, suasana pantai tak tampak ramai. Hanya ada beberapa pengunjung seperti kami yang memanfaatkan pantai tersebut untuk rehat setelah melakukan perjalanan jauh. Di sana anak-anak asyik bercengkerama di pesisir bermain air atau mencari kerang.
Namanya Pasir Putih di Pantai Situbondo. Sebuah pantai yang populer dan menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Situbondo, Jawa Timur, Indonesia. Seperti namanya, tempat ini memiliki pantai yang landai dengan pasir putih yang halus dan air laut yang jernih, serta ombak yang tenang. Pantai ini juga dikelilingi oleh bukit-bukit yang hijau dan indah. Cocok untuk kaum introver seperti saya. Sepi dan menenangkan. Tak perlu berinteraksi dengan orang banyak.
Di sana, saya bisa duduk tenang menikmati suara deburan ombak yang bergulung mencapai bibir pantai. Menikmati buihnya dan birunya air laut yang menenangkan. Pokoknya, nyaman banget. Memejamkan mata, duduk bersila, hanya mendengar suara air laut yang menabrak bibir pantai.
Selain bisa menikmati pemandangan pantai yang indah, Pasir Putih Situbondo sangat cocok untuk tempat berenang, berjemur, dan menyewa perahu. Bahkan beberapa pengunjung juga memanfaatkan pantai ini untuk surfing, snorkeling, dan diving.
Di sana saya ditawari menyewa perahu untuk berkeliling di laut. Harganya beragam tergantung kebaikan penyedia jasanya. Mulai dari 60 ribu sampai 100 ribu. Waktu itu saya dapat harga 60 ribu. Lumayan, kan.
Setelah bersenang-senang di pantai, kami pun makan siang dengan menikmati kuliner seafood di warung yang berada di sekitar pantai. Di sana kita bisa membakar sendiri ikan yang telah kita pilih. Menurut saya, sih, seru dan menyenangkan.
Setelah makan, anak-anak minta dibelikan oleh-oleh khas Pantai Situbondo, yaitu kerajinan tangan terbuat dari kerang. Ada gantungan kunci kura-kura, kelinci, bunga, panda. Ada juga kalung dan gelang yang semuanya terbuat dari kerang. Harganya terbilang sangat terjangkau.
Harga tiketnya pun cenderung murah, sih. Kalau tidak salah per orang itu seharga 10 ribu rupiah. Untuk mobil dibebankan retribusi 10 ribu. Jadi waktu itu kami membayar 70 ribu untuk 6 orang dan 1 mobil.
Bermain di Pasir Putih Pantai Situbondo juga tidak dibatasi. Kita bisa bermain air sepuasnya sampai kulit gosong pun tidak mengapa. Namanya anak-anak, meskipun habis perjalanan jauh, energinya selalu terisi penuh. Apalagi kalau ketemu air. Seakan tak ada kata lelah untuk mereka.
Karena hari sudah siang dan kami masih harus melanjutkan perjalanan, anak-anak harus dipaksa untuk masuk mobil agar bisa berangkat secepatnya. Mungkin karena lelah duluan, di mobil pun mereka tertidur. Hingga sampai di Taman Baluran, mereka pun terjaga untuk melihat sekumpulan monyet liar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H