Selain rujak soto, Banyuwangi terkenal dengan sego tempongnya. Sajiannya mirip pecel ayam. Namun, kalau pecel ayam itu pakai lalapan selada, kol, dan timun. Sementara itu, sego tempong menggunakan kangkung rebus dengan sambel tempong. Lauknya sama, yaitu ayam goreng.
Dinamakan sego tempong karena sambalnya yang super pedas. Makanya kalau makan itu serasa ditempong (ditampar). Itu versi suami, sih. Resep sambelnya itu hanya ranti (tomat kecil), garam, gula, dan cabe rawit merah. Kalau saya, sih, skip gula.
Yang saya heran, kenapa di Banyuwangi selalu pakai kangkung, ya? Bahkan sayur asem saja pakai kangkung. Kalau di sini sayur asam menggunakan berbagai macam sayuran. Lain lagi di Banyuwangi yang menggunakan kangkung dan kacang panjang.
Sebenarnya masih banyak kuliner khas Banyuwangi selain rujak soto dan sego tempong dengan rasa yang khas dan unik, setidaknya untuk lidah saya yang terbiasa hidup di Jakarta. Ada sego cawuk, sale pisang, tahu walik, sego janganan, dan lain-lain. Namun, sayangnya, tahun ini kami tidak mudik ke Banyuwangi sehingga tidak bisa menikmati masakan khas mertua tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H