Siapa yang tidak menyukai bakso? Saya yakin 8 dari 10 orang menjadikan bakso sebagai makanan favorit yang bisa disantap di kala lapar, tetapi tidak terlalu berat. Setelah dua hari merayakan Idulfitri dengan sajian rendang, opor, dan ketupat, saatnya menikmati sajian bakso sebagai pengisi liburan setelah lelah berkeliling mengunjungi sanak saudara.
Bakso menjadi salah satu favorit keluarga saya sebagai andalan untuk menikmati kebersamaan. Sambil makan bakso, saya, suami, dan anak-anak berdiskusi tentang sekolah, pekerjaan, pelajaran, atau hal-hal yang menyenangkan. Tentu saja hal itu harus didukung dengan tempat yang nyaman agar kebersamaan tersebut tidak terdistraksi.
Bakso adalah makanan yang populer dan dikenal di seluruh dunia. Terbuat dari daging sapi atau ayam yang dihaluskan dan dicampur dengan tepung kanji, kemudian diberi  bumbu, seperti bawang putih, garam, lada, dan bahan lainnya. Bahan-bahan tersebut kemudian dibentuk bulat-bulat seperti bola dan direbus ke dalam air mendidih.
Biasanya bakso lebih nikmat jika disajikan dengan mi, kuah kaldu, irisan daun bawang, dan sambal. Lebih lengkap lagi jika diberi pugasan sawi hijau, tauge, dan bawang goreng.
Seiring perkembangan zaman, variasi bakso begitu beragam. Ada variasi bakso urat yang menggunakan daging sapi urat. Bakso telur yang di dalamnya terdapat bulatan telur utuh. Beberapa waktu belakangan muncul yang namanya bakso beranak.
Sebagian orang menyajikan bakso dengan lontong. Namun, di kota-kota besar sudah jarang sekali warung bakso yang menyediakan lontong sebagai campuran. Selama tinggal di Kabupaten Bogor, saya baru menemukan  dua warung bakso yang terdapat lontong sebagai tambahan.
kuliner Cileungsi yang layak dikunjungi.Â
Salah satunya ada di sekitar tempat tinggal saya di Cileungsi, Kabupaten Bogor. Di sana terdapat warung bakso favorit yang kerap saya kunjungi setiap akhir pekan. Bahkan warung bakso tersebut menjadi tempat persinggahan ketika saya lelah mengantar jemput anak sekolah. Karena posisinya ada di tengah-tengah antara sekolah anak-anak dan rumah, saya kerap mampir ke sana daripada harus jauh-jauh pulang ke rumah. Warung bakso tersebut juga berada di antara jajaran khasBakso khas Ponorogo ini menawarkan sajian khusus bakso urat dan bakso lava. Meskipun saya tidak pernah membelinya, bakso lava disajikan berukuran jumbo dengan berbagai isian yang cukup untuk satu keluarga berjumlah 4-5 orang, tergantung muatan perut masing-masing. Seperti namanya, bakso lava katanya memiliki tingkat kepedasan yang luar biasa.
Satu lagi yang menjadikan bakso di warung ini tampak spesial adalah proses pembuatannya yang diklaim tanpa vetsin atau micin. Meskipun dibuat tanpa penyedap, kaldunya begitu terasa. Orang pun tak akan mengira kalau bakso ini dibuat tanpa tambahan perisa dan boraks. Ketika menyantapnya, gurih dan aroma kaldunya sangat menggugah selera. Â Kehalalannya juga tidak diragukan karena pemiliknya adalah seorang muslim taat yang memperhatikan bahan makanan.Â
Menu favorit saya adalah bakso urat dan bakso tetelan. Tidak lupa saya menyantapnya dengan menambahkan satu atau dua buah lontong agar lebih nikmat dan mengenyangkan. Tentu saja tak lengkap rasanya jika tidak disajikan dengan sambal. Dengan memilih meja di lantai dua yang diatur secara lesehan, kita bisa leyeh-leyeh sebentar setelah selesai menyantap bakso.
Soal harga, bakso ini masih dalam kisaran yang rata-rata. Terbukti pengunjungnya mulai dari tingkat menengah ke bawah sampai orang berada bisa makan bakso di warung ini. Artinya tidak perlu merogoh kocek yang terlalu dalam untuk bisa menikmati bakso khas Ponorogo di tempat ini.