Mohon tunggu...
Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Mohon Tunggu... Editor - Editor/Penulis

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mengajarkan Anak tentang Responsible Travel Sejak Dini

17 April 2023   23:12 Diperbarui: 17 April 2023   23:17 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawah Gunung Tangkuban Parahu (dok. pribadi)

Musim liburan telah tiba. Biasanya hari kedua lebaran menjadi puncak kunjungan wisatawan ke beberapa destinasi wisata di Indonesia. Tidak perlu ke luar negeri, Indonesia memiliki banyak destinasi wisata menarik yang layak dikunjungi. Keindahan alamnya tak tertandingi. Dari Sabang sampai Merauke, seolah keindahan pemandangan alam di Indonesia tak ada habisnya untuk dinikmati. Mulai dari gagahnya pemandangan gunung api, sampai sejuknya hamparan laut Nusantara. Alih-alih luar negeri sebagai destinasi wisata, sejatinya kita sebagai warga negara Indonesia, harus bangga berwisata di Indonesia.

Hari raya Lebaran memiliki liburan sekolah dan cuti bersama yang merupakan hari libur yang panjang dan menjadi momen berkumpulnya keluarga. Biasanya, masyarakat akan memilih berekreasi ke tempat wisata, sekaligus merayakan lebaran bersama sanak saudara. Tempat wisata akan sangat ramai dikunjungi. Demikian juga dengan transporasi umum, seperti pesawat, kereta api, dan bus tentunya akan penuh dengan penumpang.

Salah satu destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi, terutama oleh warga Jabodetabek adalah Wisata Gunung Tangkuban Parahu.

Ya, Tangkuban Perahu adalah salah satu objek wisata populer di Jawa Barat, Indonesia. Lokasinya terletak sekitar 30 kilometer di utara Kota Bandung. Tangkuban Parahu terkenal dengan Tangkuban keindahan alamnya yang menakjubkan, terutama dengan pemandangan kawah dan gunung berapi yang masih aktif. 

Gunung Tangkuban Parahu yang konon berasal dari Legenda Sangkuriang yang jatuh cinta kepada Dayang Sumbi, ibunya sendiri. Untuk menggagalkan Sangkuriang, Dayang Sumbi pun meminta anaknya membuat perahu besar yang harus selesai selama satu malam. Ketika Sangkuriang hampir selesai, Dayang Sumbi melakukan tipu daya agar jin yang membantu membuat perahu lekas pergi karena mengira hari sudah pagi. Sangkuriang pun marah dan menendang perahu yang sudah berhasil dibuat, hingga tengkurap, yang akhirnya menjadi Gunung Tangkuban Parahu.

Di kawasan Tangkuban Parahu, para wisatawan dapat menikmati pemandangan dari kawah dengan berjalan di pinggirannya atau menggunakan jasa transportasi yang disediakan. Selain itu, ada juga area perbelanjaan dan restoran yang menjual makanan khas daerah tersebut.

Karena status gunung berapinya yang masih aktif, wisatawan perlu selalu memperhatikan peringatan dari pihak berwenang dan mengikuti aturan keselamatan yang ditetapkan.

Namun, apakah rencana berwisata yang kita susun telah disertai dengan rencana wisata yang bertanggung jawab?

Sebenarnya, etika berwisata harus sudah diterapkan sejak masa anak-anak. Tidak perlu jauh-jauh woro-woro ke masyarakat umum, tetapi mulailah dari lingkungan keluarga. Memberikan contoh kepada anak-anak dan mengajarkan mereka untuk melakukan praktik sustainable dan responsible travel yang merupakan konsep pariwisata yang bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan budaya, serta memberikan manfaat positif bagi masyarakat setempat dan ekonomi lokal.

Mulai dari yang terkecil, kita bisa memberi contoh kepada anak-anak agar lingkungan di sekitar pariwisata selalu tetap terjaga.

1. Membuang Sampah pada Tempatnya.

Hal yang terlihat sepele, tetapi kerap diabaikan oleh banyak orang. Tak jarang tempat-tempat wisata hanya terlihat serpihan sampah kecil yang tersebar sejauh mata memandang. Gelas air mineral, sebungkus makanan ringan, selembar tisu berukuran kecil, bahkan puntung rokok yang tersisa pangkalnya tergeletak begitu saja di satu bagian tempat wisata. Memang sedikit, tetapi jika setiap orang membuang sampah sembarangan, rumput yang tadinya berwarna hijau segar menjadi warna warni karena banyak bertebaran sampah-sampah kecil di sekitarnya.

Tidak hanya di tempat wisata. Di halte bus, di dalam transportasi beberapa sampah-sampah kecil kerap terlihat di setiap sudutnya. Kecil, tetapi berdampak negatif untuk lingkungan.

Oleh karena itu, mulai dari anak-anak kita, ajarkan mereka untuk tidak membuang sampah sembarangan. Sediakan satu wadah kecil agar ketika tidak menemukan tong sampah, anak-anak akan menampungnya terlebih dahulu di wadah tersebut. Bahkan jika tidak ada wadah, buatlah anak-anak untuk menyimpannya sendiri sampah tersebut sesuai cara mereka sampai menemukan tong sampah agar dapat membuangnya.

2. Menjaga Kelestarian Lingkungan.

Ajak anak-anak untuk bersama-sama menjaga lingkungan dengan tidak merusak atau memetik tanaman di sekitar kawah. Tidak merusak fasilitas tempat wisata. Bahkan jika menginap di hotel, ajarkan anak-anak untuk menjaga fasilitas hotel dan tidak membawa pulang barang-barang yang ada di kamar hotel. Jika ke toilet, gunakan air secukupnya, serta mengurangi sampah plastik. Bawalah botol minuman yang dapat diisi ulang, serta tas belanja yang bisa dipakai kembali.

Kawah Gunung Tangkuban Parahu (dok. pribadi)
Kawah Gunung Tangkuban Parahu (dok. pribadi)
3. Memperhatikan Keselamatan

Meskipun PPKM sudah berlalu, minta anak-anak untuk tetap menggunakan masker karena virus bisa saja datang sewaktu-waktu. Cucilah tangan dengan sabun dan perhatikan aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak berwenang untuk ditaati. Jangan biarkan anak-anak berkeliaran tanpa didampingi. Tidak berdiri di kawah terlalu dekat atau tidak melanggar batasan-batasan yang telah ditetapkan. Apalagi pagar pembatas di pinggir kawah Gunung Tangkuban Parahu memiliki rongga yang cukup besar yang rawan dilewati anak-anak.

4. Menghormati Nilai Budaya Setempat

Ajarkan anak-anak untuk menghormati adat dan tradisi setempat. Lebih baik lagi jika orang tua bersama anak-anak mempelajari budaya dan kebiasaan lokal. Hindari perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai setempat. Jika menginap di hotel, selalu ingatkan anak-anak untuk menjaga ketenangan agar tidak mengganggu tamu yang lain.

Anak-anak beli mainan di kawasan wisata Tangkuban Parahu
Anak-anak beli mainan di kawasan wisata Tangkuban Parahu
5. Menyejahterakan Perekonomian Lokal

Kalau yang ini, tentu saja anak-anak pasti senang. Mengajak anak-anak berbelanja untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarkat setempat, selain bisa menyenangkan mereka, tanpa disadari kita juga mendukung perekonomian lokal dengan membeli beberapa mainan yang diproduksi oleh masyarakat setempat.

Jika kita mengajarkan anak-anak mempraktikkan sustainable dan responsible travel sejak dini, kelestarian alam di sekitar pariwisata akan selalu terjaga, sehingga wujud kekayaan alam di Indonesia akan selalu menjadi kebanggaan anak cucu kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun