film religi anak asal Iran mulai digemari di Indonesia. Para remaja yang aktif dalam kegiatan remaja masjid atau organisasi Rohis kerap menyelenggarakan acara nonton bersama memutar film yang berjudul "Children of Heaven".Â
Sekitar tahun 1999-2000, sebuahPertama kali dirilis pada tahun 1997 di Iran. Film ini menceritakan tentang kakak beradik di Iran yang bergantian menggunakan sepatu setelah sepatu milik sang adik hilang terbawa kumpulan barang bekas. Setiap hari mereka saling berlarian untuk bertukar sepatu.Â
Sepulang sekolah, sang adik yang bernama Zahra berlari untuk memberikan sepatu kepada Ali. Setelah berhasil menerima sepatu, Ali pun berlari agar tidak terlambat ke sekolah.
Saya menonton film ini di setelah rapat Rohis di sekolah. Waktu itu tahun 2000. Film yang mengundang tangis meraih banyak simpati dan tentu saja mengandung pelajaran yang sangat bermanfaat.
1. Bahagia di Tengah Kesederhanaan
Meskipun hidup miskin, kakak beradik itu bahagia meskipun hanya dengan bercengkerama dan bermain gelembung sabun bersama. Mereka juga mengenakan sepatu biasa yang bahkan hampir rusak. Padahal, sepatu milik teman-temannya di sekolah bagus-bagus.
2. Tanggung jawab
Adegan Ali yang berusaha mencari sepatu adiknya yang hilang sampai berusaha mengikuti lomba agar Zahra mendapatkan sepatu baru adalah contoh tanggung jawab seorang kakak atas adik perempuannya.
3. Kasih sayang
Hubungan kakak beradik dalam film ini sangat lekat. Kasih sayang Ali sebagai kakak sangat tergambar ketika ia meyakinkan Zahra bahwa dia akan menang dan mendapatkan sepatu untuk adiknya. Ali juga ikut mengantar ketika sang adik menemukan sepatunya yang hilang, yang ternyata dipakai seorang anak perempuan.
 4. Pengorbanan
Pengorbanan Ali sebagai kakak ketika meminjamkan satu-satunya sepatu miliknya untuk Zahra. Dia juga rela menggunakan sepatu basah ketika Zahra menjatuhkan sepatu miliknya ke selokan. Bahkan kaki Ali melepuh setelah berlari sejauh 400 meter.
5. Kerukunan
Hubungan erat antara Ali dan Zahra sangat tergambar rukun dan harmonis. Mereka saling membantu dan mendukung satu sama lain. Mereka juga saling melindungi agar salah satunya tidak mendapat amarah dari orang tua mereka.Â
6. Optimisme
Meskipun keluarga Ali hidup miskin dan menghadapi banyak kesulitan, mereka masih memiliki sikap optimis dan senantiasa bekerja keras agar solusi mereka teratasi. Hal itu tergambar ketika Ali dan ayahnya berjalan untuk mencari orang yang membutuhkan jasa sang ayah sebagai tukang kebun.Â
7. Empati.
Ketika Ali dan Zahra mengetahui siapa yang mengambil sepatu, mereka tidak lantas tega mengambil kembali sepatunya karena rasa empati mereka melihat ayah dari si anak yang mengambil sepatu itu, buta. Rasa empati juga tergambar ketika keluarga Ali membagi makanannya kepada tetangga, padahal mereka pun kekurangan.Â
8. Kegigihan
Kegigihan Ali untuk meraih juara ketiga tergambar ketika dia berusaha berlari, padahal sudah hampir putus asa karena lelah. Dia juga berusaha memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk mengambil juara pertama dan kedua.
9. Percaya Akan Takdir
Meskipun Ali sudah berusaha untuk mendapatkan juara ketiga, takdir yang menentukan dia menjadi juara pertama.Â
Mungkin dari sembilan poin yang saya sebutkan, masih banyak hikmah tersembunyi  yang tersebar di seluruh adegan film tersebut. Misalnya adegan terakhir ketika akhirnya ayah Ali dan Zahra membeli sepatu untuk mereka. Itulah hikmah tentang konsep rezeki.Â
Bagaimanapun film religi sangat bermanfaat untuk kita dalam meningkatkan pemahaman ilmu agama. Menyelami makna terdalam dari film tersebut bahwa anak-anak memiliki hati yang fitrah. Menyemai rasa syukur dan empati agar tak menjadi manusia yang sombong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H