Ramadan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam. Bulan diturunkannya Al-Qur'an. Bulan ketika umat muslim berbondong-bondong menjalankan rukun Islam yang ketiga. Kewajiban puasa Ramadan mulai disyariatkan secara wajib pada tahun 2 Hijriyah. Selama hidup, Nabi shalallahu'alaihi wassalam melakukan puasa pada bulan Ramadan sejak disyariatkannya kewajiban puasa hingga tahun kesepuluh Hijriyah. Pada tahun 11 Hijriyah, beliau pun meninggal dunia.
Makna Ramadan adalah ketika manusia berlomba untuk menyemai beragam kebaikan untuk menambah pahala. Pada bulan ini karena delapan pintu surga dibuka yang artinya Allah menerima amalan orang-orang yang ikhlas dan sabar dalam menjalani puasa.
Bagi ibu rumah tangga seperti saya, Ramadan memiliki makna tersendiri yang penting setiap tahunnya. Bulan Ramadan menjadi salah satu momen untuk merekam sejarah yang akan dikenang anak-anak. Saya ingin kelak ketika anak-anak dewasa, mereka selalu rindu pulang ke rumah pada bulan Ramadan. Bahkan jika saya tiada, mereka akan mengingat sesuatu yang khas pada bulan Ramadan dan mengingat bagaimana masa kecil mereka.
Saya membayangkan kelak mereka dewasa akan berseru, "Biasanya sore gini suka jalan-jalan sama Ayah cari takjil!"
Saya juga membayangkan ungkapan rindu mereka dengan wanginya masakan Bunda. Karena saya juga memiliki kenangan khas masa kecil pada bulan Ramadan, saya pun ingin anak-anak mengalami hal yang sama, bahkan lebih seru dan bahagia.
Setiap Ramadan tiba, saya berusaha menanamkan kebiasaan tersendiri yang akan terekam dalam ingatan anak-anak. Baik dalam hal sajian makanan, kegiatan selama Ramadan, atau suasana di keluarga yang akan membuat anak-anak selalu rindu pulang meskipun telah berkeluarga.
Berikut adalah contoh dari beberapa kegiatan yang saya rekam untuk diingat anak-anak.
Sajian Makanan.Â
Setiap Ramadan tiba, saya tidak ingin yang biasa saja. Jika sekarang zamannya beli makanan tinggal pesan lewat aplikasi, saya ingin memberikan sajian khas yang saya olah dengan tangan saya sendiri sekalipun itu hanya sajian tempe dan tahu. Sajian yang umum disajikan di setiap keluarga, tetapi tetap terasa berbeda sensasinya bagi anak-anak.
Jika makanan yang disajikan adalah siap saji, mungkin berkesan. Namun, aroma dan sensasi masakan itu berbeda jika tangan yang membuatnya tidak sama. Jika sang ibu yang membuatnya sendiri, kelak ketika mereka dewasa dan bertemu makanan serupa, mereka akan berkata, "Wah! Ini seperti masakan yang biasa Bunda masak di bulan Ramadan."
Terbukti meskipun saya hanya menggoreng tempe, anak-anak akan selalu berkata, "Tempe buatan Bunda paling enak!"
To do List
Ada daftar yang harus dilakukan anak-anak selama bulan Ramadan. Saya menulisnya sendiri di atas secarik kertas sebesar kertas origami berukuran besar. Dibuat sebanyak empat lembar sesuai jumlah anak, kemudian saya tempel di meja belajar atau di lemari yang bisa mereka jangkau. Isinya berbeda-beda sesuai usia. Ada rutinitas tilawah, berbakti kepada orang tua, belajar, sampai jadwal bermain dan menonton tv, semua tercatat di situ. Akan ada punishment dan reward bagi yang melakukan sesuai aturan atau melanggarnya. Mereka pun akan bekerja sama saling menutupi kesalahan satu sama lain, bahkan saling membantu ketika ada yang kesulitan.Â
Setelah Ramadan usai, catatan itu akan selalu tertempel di tempatnya dan baru diperbaharui pada Ramadan berikutnya. Kelak ketika saya tiada, catatan itu akan menjadi saksi bahwa masa kecil mereka penuh dengan cerita. Mereka akan melihat tulisan saya yang membuat rindu akan pulang dan tetap mengikat tali silaturahim antara kakak beradik.
Berbagi
Setiap hari-hari tertentu pada waktu menjelang buka puasa, saya dan suami membawa anak-anak ikut serta berbagi takjil untuk pejalan kaki yang melintas. Saya harap, kelak anak-anak akan meniru kebiasaan ini sampai dewasa.
Bekerja Sama Membuat Kue
Satu kegiatan yang sangat disukai anak-anak ketika bulan Ramadan tiba, yakni membuat kue kering untuk lebaran. Sebenarnya pesan di tetangga lebih simpel ketimbang membuatnya yang sangat memakan waktu. Namun, membuat kue kering dengan tangan sendiri adalah salah satu momen paling bersejarah karena saya tidak bekerja sendiri.
Ada anak-anak yang kebagian menguleni, memanggang, menghitung sambil memasukkannya ke toples, bahkan mencicipi. Kekacauan di dapur tak lagi jadi masalah karena dalam satu ruangan dapur itu terdapat keceriaan dan tawa. Tentu saja ada keributan dan tangisan, serta lengkingan ibunya yang berusaha menjadi wasit bagi mereka.
Kepuasan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata ketika mereka berkata, "Kue buatan Bunda bikin kangen!"
Olahraga Jalan Kaki Setelah Subuh
Satu lagi hal terseru bagi anak-anak adalah jalan pagi keliling komplek setelah subuh. Kegiatan itu kami lakukan setiap akhir pekan selama 30 menit saja. Anak-anak sangat menantikan momen ini. Selama di perjalanan mereka bercengkerama dan sesekali bertengkar. Pulangnya saya mampir ke pasar untuk membeli bahan makanan. Sampai di rumah, mereka mandi, kemudian tidur sampai zuhur. Hal itu akan membuat rasa lapar mereka tidak begitu terasa.
Makna Ramadan adalah ketika kita bisa lebih dekat dengan keluarga di tengah zaman serba digital ini. Jika setiap hari sibuk dengan gadget masing-masing, bulan Ramadan adalah kesempatan untuk saling membangun kedekatan antara anggota keluarga dengan beribadah bersama mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.
Banyak hal yang bisa dilakukan setiap keluarga untuk merekam jejak Ramadan setiap tahunnya yang membuat kegiatan puasa lebih bermakna. Kelak ketika anak-anak dewasa, mereka akan mengingat satu per satu yang kerap menjadi kebiasaan dan penuh makna sehingga Ramadan begitu berharga bagi mereka. Mereka akan merindukan masa kecil dan selalu punya cerita.
Bagaimana dengan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H