Kegiatan mengantar atau menjemput anak-anak ke sekolah tentunya sangat seru dan menyenangkan. Bagi ibu rumah tangga seperti saya yang rutinitasnya hanya di rumah, kegiatan tersebut semacam healing untuk menghilangkan kepenatan.
Meskipun tak jarang di jalan pun merasa penat karena kerap terjebak macet, setidaknya para ibu perlu nuansa baru untuk membunuh kebosanan dengan menikmati suasana luar.
Apalagi, selain ibu rumah tangga, saya juga seorang penulis yangperlu inspirasi dalam menyelesaikan naskah. Oleh karena itu, mengamati suasana atau berbagai macam karakter orang-orang di jalan adalah sesuatu yang perlu dijadikan aktivitas rutin.
Ya, penulis adalah pengamat. Mereka dituntut peka dan empati terhadap sekitar demi melatih intuisinya menciptakan suasana yang hidup dalam tulisannya. Kegiatan mengantar-jemput anak, secara tidak langsung membuat kita belajar mengamati karakter. Bukan hanya karakter orang lain, melainkan mengenali karakter diri sendiri.
Nah, selama kegiatan mengantar atau menjemput anak di sekolah, sekalipun niatnya dari rumah hanya mengantar, pastinya ada saja acara interaksi meskipun sekadar menyapa. Misalnya, saat menunggu jam kepulangan atau ada keperluan bersama-sama menjenguk wali murid yang sakit, atau apa saja.
Selama berinteraksi, kita sedikit mengamati karakter orang-orang yang kita temui, ya, kan? Berikut ini ada dua belas tipe ibu-ibu ketika berpapasan dengan sesamanya menurut versi saya sebagai Macan Ternak (mama cantik anter anak).
Pertama, Tipe Pendiam
Tipe yang ini biasanya jika bertemu orang lain, hanya memberi salam sedikit, lalu menyunggingkan senyum ramah atau isyarat anggukan kepala (jika memakai cadar atau masker), kemudian lalu kembali sibuk dengan pikiran masing-masing. Mungkin sibuk berpikir, tadi di rumah sudah matikan kompor belum, ya?”
Kedua, Tipe Perenyah Suasana
Jika lawan bicara hanya diam, sedangkan dia dihinggapi kebosanan, tipe seperti ini tidak akan segan mengawali pembicaraan. Misalnya, sekadar bicara, “Panas banget, ya, hari ini.”
Sekalipun lawan bicara hanya menanggapi dengan berdehem atau senyum, dia akan terus mencairkan suasana agar tidak terlalu kaku.
Ketiga, Tipe Wartawan
Biasanya tipe seperti ini memiliki sikap yang sumeh demi mengakrabkan diri. Agak mirip dengan tipe perenyah suasana, tipe seperti ini agak banyak pertanyaannya. Misalnya, berbasa basi dengan pertanyaan, “Dengan ibu siapa?”
“Dari rumah jam berapa?”
Pokoknya tanya apa saja yang penting tetap terlibat obrolan dan tidak sepi.
Keempat, Tukang Curcol
Tipe seperti ini berbasa basi dengan sebuah curhat colongan. Misalnya, “Masyaallah, panas banget ya, hari ini. Mana di rumah belum masak. Sebenarnya males banget anter-jemput begini, tuh. Enakan tidur.”
Kelima, Tukang Sensus
Hampir sama dengan tipe wartawan, tetapi tipe yang ini sering tanpa ragu menanyakan hal privasi seperti sedang melakukan sensus penduduk.
“Berapa anaknya? Usia berapa?”
“Si fulan anak ke berapa?”
“Rumahnya di mana?”
“Suaminya kerja apa? Emang nikah usia berapa? Ngontrak atau rumah sendiri? Gaji suaminya berapa?”
Keenam, Tipe Bijak
Jika ada yang curcol, selalu menjawab dengan kalimat, “Nikmati saja. Dalam beberapa tahun lagi kita enggak akan kayak gini. Anak-anak sibuk dengan kegiatannya masing-masing.”
Ketujuh, Tipe Orang Kaya
Berjalan elegan, keluar dari dalam mobil dengan mengenakan masker yang talinya terbuat dari rantai emas, kemudian bercerita tentang anaknya yang jajan seharinya bisa mencapai 100 ribu atau dia yang baru saja belanja senilai jutaan rupiah.
Kedelapan, Tipe Host Entertainment
Dia yang berbasa basi dengan membicarakan hal yang viral terjadi di media sosial. Misalnya, “Kasian ya, si artis AB sampe babak belur gitu. Lagian dulu bucin banget, kan, sama CD. Udah diingetin sama mantannya CD, tapi enggak didenger.”
Tak jarang, dia juga membicarakan orang lain.
Kesembilan, Tipe Kepo-an
Kalau yang ini senangnya memperhatikan orang lain yang ditemuinya dari ujung kaki sampai ujung kepala, kemudian berseru, “Ih! Gamisnya bagus banget. Beli di mana?”
“Cadarnya keren, deh! Mereknya apa?”
“Pakai french hijab enak enggak, sih?”
Kesepuluh, Tipe Hakim
Tipe yang ini enggak sungkan menghakimi kehidupan orang lain. Kadang dia melakukannya secara enggak sadar. Maksudnya hanya ingin men-support, nyatanya kalimatnya kerap menyinggung orang lain, seperti dengan pertanyaan, “Emang anaknya berapa? Cowo semua? Kurang dong, coba lagi biar dapat cewe!”
“Yang adiknya baru nikah kemarin, ya? Udah isi belum? Wah kurang rajin, nih.”
“Bayinya kok dibawa, sih? Kasian, tau. Kenapa enggak ditinggal aja.”
Parahnya, tipe yang ini tak jarang melakukan body shaming juga. "Kurus banget, sih? Jadi keliatan peyot. Enggak dikasih makan sama suaminya, ya?"
Kesebelas, Tipe Fashion Show
Datang ke sekolah dengan pakaian/gamis rapi model masa kini, tas branded tampak mahal. Kacamata hitam yang hampir menutupi seluruh muka, sepatu klimis, hiasan bros cantik mengilat di jilbab. Taklupa eyeshadow tipis di mata dan alis yang tergambar rapi kekinian.
Kedua belas, Tipe Cuek
Kebalikan tipe fashion, kalau tipe ini kerap mengenakan gamis seadanya. Pakai daster panjang pun enggak masalah karena ditutup jilbab. Malah kadang pakai kaus kaki beda sebelah.
Nah, itulah tipe-tipe yang kerap saya temui ketika melakukan kegiatan sebagai Macan Ternak. Semoga bermanfaat sebagai inspirasi klasifikasi karakter tokoh-tokoh yang Anda ciptakan di dalam karya fiksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H