Teriakan semangat, menggema di seluruh aula Sanggar Senam Humairah dari sosok wanita yang ada di depan. Suaranya lantang dan tegas. Sambil menghitung durasi setiap gerakan, dia bergerak lincah memeragakan setiap tahapan kepada para member di belakangnya. Wanita itu adalah instruktur senamnya.
“Ayo, Punzel! Dua set lagi!” Wanita berusia 40-an tahun itu memberi semangat kepada salah satu member yang tampak lemas.
“Laper, Cikgu!” jawab member itu.
Di sesi istirahat, sang instruktur mengeluarkan satu wadah sambal kentang balado yang tampak enak.
“Aku punya ini, nih. Enak, deh! Makan aja dulu.” Sang instruktur membuka wadah dan memberikannya kepada sang member.
“Masa aku suruh nyamilin ini, Cikgu. Pake nasi, dong!” protes sang member.
Tak lama, sang instruktur yang dipanggil ‘cikgu’ itu mengambil wadah panci dan mengisinya dengan beras, kemudian memasaknya. Geraknya begitu cekatan.
“Di mana lagi ada instruktur senam yang mau masakin nasi buat membernya?” celetuk salah satu member yang disambut dengan riuh tawa member lainnya. Tak lama sang instruktur memberi aba-aba untuk memeragakan gerakan senam selanjutnya. Setelah senam berakhir, member yang dipanggil Rapunzel itu langsung makan dengan lahap.
Begitulah gambaran kemesraan para member Sanggar Senam Humairah bersama instrukturnya. Mereka kerap saling bergantung satu sama lain. Bukan hanya mendapat olah tubuh yang sehat, melainkan juga mendapat olah sahabat yang kuat tali persaudaraannya.
Sanggar Senam Humairah adalah sebuah sanggar khusus muslimah milik Mbak Arie, seorang ibu beranak lima yang juga berperan sebagai instruktur senam. Mereka yang ingin berolahraga dengan bebas tanpa harus bercampur baur dengan laki-laki, di Sanggar Senam Humairah khusus muslimah pasti cocok.