Siapa yang tak mengenal Andrea Bocelli, seorang legendaris penyanyi, penulis lagu hingga menjadi seorang produser opera di Italia.
Kali ini bagi yang ingin mengetahui kehidupan masa kecil Andrea Bocelli , dapat menonton film The Music of Silence melalui Mola TV Movies, yaitu layanan multiplatform televisi kabel, IPTV, dan video on-demand-over-the-top di Indonesia.
Film The Music of Silence , diadaptasi dari memoar berjudul La musica del silenzio , dalam bahasa Inggris The Music of Silence , ditulis langsung oleh Andrea Bocelli. Memoar yang terbit pada tahun 1999 ini memang menggambarkan suka duka dan pengalaman pahit , saat Andrea Bocelli yang lahir
di sebuah desa kecil di Tuscany, didiagnosa menderita penyakit glaukoma ocular dengan gangguan penglihatan pada usia 5 bulan hingga akhirnya kehilangan penglihatannya pada usia 12 tahun, karena kecelakaan saat berolah raga sepak bola.
Walaupun sedari kecil harus bersekolah di sebuah
institut khusus tuna netra, tak disangka ada kemampuan lain dalam seni musik opera, membuka dunia bagi Andrea Bocelli , walaupun banyak sekali rintangan yang harus dilalui.
Karakter utama di film ini digambarkan dengan alter ego bernama Amos Bardi , diperankan oleh Toby Sebastian sebagai Amos dewasa serta Matteo Pittiruti sebagai Amos semasa kecil.
Selain itu ada beberapa bintang besar juga yang terlibat seperti antara lain Antonio Banderas, Jordi Molla, Toby Sebastian, Luisa Ranieri, Alessandro Sperduti.
Film biografi dan musik ini disutradarai oleh Michael Radford, saat diminta oleh penggemarnya Roberto Cesta seorang produser asal Italia. Walaupun saat awal Michael Radford menolak ide ini, karena merasa agak janggal mengerjakan film biografi di saat Andrea Bocelli masih hidup, namun lama kelamaan setelah terlibat lebih jauh , merasa yakin dan akhirnya mau menyutradarai film ini.
Dalam film tentunya kehidupan Andrea Bocelli harus digambarkan melalui sudut pengambilan film sehingga tidak dapat menggambarkan secara keseluruhan kehidupan Andrea Bocelli, hanya diambil hal-hal yang penting dan esensial saja.
Sehingga saat kita menonton film ini dan membandingkan dengan kehidupan nyata Andrea Bocelli, tentunya akan terlihat banyak perbedaan seperti Amos digambarkan hanya memiliki satu teman dekat saja, sedangkan dalam kenyataannya Andrea Bocelli memiliki banyak teman karena sangat senang jika banyak orang mau berteman dengan dirinya.
Selain itu, dalam film ini, kita oleh sinematografi Stefano Falivene disuguhi alam pedesaan dan juga perkotaan Italia berikut budayanya. Hal ini terlihat dari arsitektur bangunan khas Italia yang menarik, berpadu menyatu dengan alam pedesaan dengan rumput hijau membentang sepanjang mata memandang hingga jauh ke pebukitan di ujung horizon, saat Amos beraktifitas hingga bagian dalam sebuah gedung opera yang ternyata memiliki banyak ruang unik dan khasnya saat melakukan pengambilan gambar Amos bernyanyi untuk pertama kali di hadapan banyak orang.
Saat Amos berlatih bersama Sang Maestro pun (diperankan oleh Antonio Banderas), pemandangan bangunan di luar jendela , amatlah menggoda dan seolah memanggil untuk dikunjungi.
Menariknya dalam sesi latihan bersama Sang Maestro, kita seolah diajak pula untuk belajar cara menyanyi yang benar, yaitu antara lain menjaga makan dan minum, mengatur pernafasan dan terakhir salah satu kunci terpenting untuk menghasilkan suara yang dalam dan bagus untuk standar ukuran sebuah opera, ternyata benar-benar merupakan pengorbanan yang luar biasa bagi seluruh manusia. Pada adegan ini, sayapun merasa sangat terharu dan benar-benar mengacungkan jempol untuk Andrea Bocelli.
Tanpa pengorbanannya ini, tak akan pernah dunia akan membeku saat mendengar alunan suaranya dan mungkin generasi masa sekarang semakin tidak berminat lagi akan opera. Namun saat mendengarkan suaranya, memang seolah kita dibawa ke alam dunia lain dan berhenti di waktu itu.
Alur cerita dalam film ini memang hanya menceritakan sepenggal kehidupan Andrea Bocelli terutama dari sudut perjuangannya yang diawali sedari kecil.
Kita diperlihatkan dan dibawa masuk dalam emosi saat perjuangan demi perjuangan untuk menggapai sebuah impian nampaknya sangat
sulit dan memakan waktu bertahun-tahun hingga mengkonsumsi rasa percaya diri hingga membawa dampak tersendiri bagi orang-orang disekitar.
Amos sebagai seorang laki-laki merasa sangat tak berdaya, jika harus bergantung secara ekonomi pada orang tuanya , terlebih jika harus meminta
mereka menanggung istrinya.
Istrinya pun terlihat memendam perasaan mendalam, saat harus membangkitkan rasa percaya diri Amos hingga memberikan semangat dan membangkitkan rasa percaya dirinya sendiri.
Walaupun penampilan aktris Nadir Caselli sebagai istri Amos tak terlalu banyak, namun aktingnya memberikan tempat tersendiri yang menggambarkan perjuangan perempuan dibalik kesuksesan seorang penyanyi opera. Benar-benar sangat inspiratif dan menggugah hati, bagi yang menontonnya.
Adegan dalam film yang paling mengesankan tentunya saat Andrea Bocelli muncul dalam film dan kemudian bernyanyi.
Lagu “Nessun dorma” seolah menjadi sebuah simbol akan kejayaan hingga masa depan keluarga Bocelli dalam opera dan juga kontribusinya dalam memperkenalkan budaya Italia kepada dunia, yang tak akan lekang dengan waktu dan dapat dipadu padankan dengan aneka genre musik, sehingga menghasilkan sebuah komposisi menarik dan menggetarkan hati pendengarnya.
Bagi yang ingin menonton film biografi keren ini, bisa segera menonton di Mola TV Movies, dan juga dapat berdonasi untuk membantu selama pandemic Corona ini, dengan cara berlangganan sesuai pilihan yang telah disediakan dalam aplikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H