Pembuka
"Aku pamit. mau camping"Â
Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut saya, saat meminta ijin untuk mengikuti acara CLICKompasiana yang diadakan di Taman Mini Indonesia Indah.
Setelah ijin didapat, maka tiba waktunya memberitahukan ketidakhadiran saya dalam beberapa acara, yang kebetulan waktunya bersamaan. Pengumuman melalui media sosial selalu menjadi pilihan pertama, karena jangkauannya dan lebih cepat mencapai sasaran.
Singkat kata, akhirnya setelah melalui perjalanan menyenangkan, tiba di Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah, tempat lokasi acara berlangsung.
Hari pertama, peserta langsung diberikan tantangan menulis dengan cepat pengalaman mengikuti acara dan kesan serta pesan tempat Grha Wisata Taman Mini Indonesia Indah.Â
Para peserta pun langsung terdiam dan menulis. Saya sendiri menceritakan melalui artikel berikut ini
Pesona Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah
Intisari yang didapat dari pelatihan ini adalah:
 Ide dan gagasan , dapat diperoleh dari mana saja.
Penulisan kategori tertentu, riset mendalam amatlah diperlukan, agar tulisan yang telah jadi berkualitas serta berbobot tinggi karena dapat dipertanggungjawabkan.Â
Pembaca pun mendapatkan banyak manfaat dari tulisan yang telah dibuat tersebut
Keesokan harinya, peserta diajak melihat realita yang ada di sekeliling kita. Realita ini sering terlupakan , mungkin karena kesibukan sehari-hari, tak mendapat perhatian yang semestinya atau mungkin juga karena "virus" ketidakpedulian ala Kota Jakarta telah merasuk pada masyarakatnya.
Realita yang diperlihatkan ini, diharapkan dapat dituangkan kedalam tulisan informatif, berbobot sehingga dapat dipertanggungjawabkan . Beberapa kali diingatkan untuk mengikuti ilmu yang diperoleh dari pelatihan yang telah diperoleh kemarin.
Peserta diajak mengunjungi Pulau Maju atau disebut juga sebagai Pantai Maju. Beberapa saling berpandangan, diskusi pun mulai bergulir mempertanyakan polemik penamaan pulau atau pantai ini.
 Kilas Balik
Sekitar bulan Mei 2019, saya pernah diajak untuk berolah raga pagi di lokasi yang bernama Golf Island Pantai Indah Kapuk . Lokasi ini berada di ujung Pantai Indah Kapuk , dan pada hari minggu menjadi tempat favorit untuk berlari, berjalan kaki dan bersepeda.Â
Menariknya untuk datang ke tempat lokasi ini, harus melewati jembatan yang dibangun secara kembar (jembatan kembar), dan menjadi ikon penanda telah memasuki lokasi ini.
Kondisi di lokasi ini amat cepat berubah menjadi panas, karena hanya ada bangunan-bangunan saja, tidak terdapat pepohonan. Hal ini disebabkan, karena lokasi ini adalah tanah hasil reklamasi di area teluk Jakarta.Â
Reklamasi di area Teluk Jakarta telah memiliki peraturan perundang-undangan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Rekalmasi Pantai Utara Jakarta.
Keputusan Presiden biasa dijabarkan lebih detil lagi dalam peraturan pelaksana, dan ini termuat pada Peraturan Daerah DKI Nomor 8 Tahun 1995, tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta
Namun dalam proses pelaksanaannya terjadi banyak polemik , terkait tender , AMDAL Â dan berujung pada sengketa yang melibatkan Instansi Pengadilan. Melalui proses panjang dari awal pengajuan gugatan tahun 2003 hingga tahun 2011, maka proses pelaksanaan reklamasi dapat dilegalkan dan "dapat dilaksanakan".
Untuk mendukung proses pelaksanaan , lebih lanjut dikeluarkan Peraturan Presiden No. 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil hingga akhirnya banyak rangkaian keputusan gubernur guna pengaturan detil dan penyesuaian kondisi zaman.
Inilah sebabnya kewenangan utama pengaturan jatuh pada Gubernur DKI Jakarta , termasuk pada penamaan lokasi.Â
Pulau Maju atau Pantai Maju ?
Saat akhirnya rombongan peserta sampai di lokasi, sayapun merasakan lagi suasana familiar khas lokasi ini.Â
Panas terik menyengat, walaupun masih di bawah jam 09.00 WIB pagi.
Tidak terlalu banyak orang yang berolahraga disini, mungkin karena waktu sudah menunjukkan jam 07.17 WIB.Â
Biasanya sekitar jam 06.00 WIB, padat orang - orang lalu lalang.
Biasanya pula, Â kalau sudah di atas jam 07.30 WIB, secara teratur pasar di Pasar Indah Kapuk dekat jembatan kembar, sudah mulai ramai dikunjungi orang-orang untuk makan sarapan pagi.
Mobil-mobil yang tadinya diparkir di lokasi inipun bergeser ke area parkiran sepanjang pasar. Walaupun ada pula yang memilih untuk berjalan kaki ke arah pasar, dan menikmati pemandangan teluk di sepanjang jembatan penyeberangan.
Namun tentunya lebih menyenangkan seperti ini, seluruh lokasi menjadi milik para peserta yang mulai sibuk mengeluarkan kamera , telepon genggam. Jepretan kamera pun mulai terlihat  hingga ada yang mulai melakukan live video untuk disiarkan melalui akun sosial media masing-masing.Â
Beberapa peserta masih merasa kepanasan dan memilih untuk berteduh, sembari menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Sejauh mata memandang beton dan bangunan memang mendominasi. Terdapat beberapa pohon yang berjuang untuk tetap tumbuh , ditanam untuk mengurangi efek panas memantul menusuk mata.
Sesekali angkot dan bus Trans Jakarta terlihat melewati para peserta dan membawa beberapa penumpang.Â
Hari ini hari libur, maka karyawan maupun pengunjung ke lokasi ini sedikit .
Kembali pada polemik nama. Ternyata kewenangan Gubernur DKI Jakarta merubah dan memberikan nama ini, memiliki banyak makna tersendiri.
Beberapa sumber media elektronik menyampaikan bahwa dalam konferensi pers, Anies Baswedan menyiratkan pergantian nama ini adalah untuk menggambarkan semangat masyarakat Jakarta untuk terus maju bersama membangun kota DKI Jakarta.  Kemudian agar dapat disebarkan ke masyarakat luas , diperkenalkanlah nama pulau reklamasi C, D dan G menjadi Kawasan Pantai Kita, Kawasan Pantai Maju, dan Kawasan Pantai Bersama.
Berarti sudah pas secara hukum dan telah legal , namanya adalah Pantai Maju. Dengan dasar hukum , Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1744 Tahun 2018 tentang Penamaan Kawasan Pantai Kita, Kawasan Pantai Maju, Kawasan Pantai Bersama.
![dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/08/11/pantai-maju-nuty-laraswaty-5d4fb3ae0d823067e86594b5.jpg?t=o&v=770)
Jarang-jarang bisa melihatnya, karena untuk kesana harus melewati beberapa puing bangunan hingga proses pembangunan yang sedang berlangsung. Biasanya penuh debu dan menyesakan nafas.
Saat menuju ke ujung pantai. Terlihat beberapa pojok abstrak arsitektur telah selesai dibuat dengan seni yang menarik, tentunya untuk keperluan postingan pada sosial media.Â
Beberapa pekerja nampak sedang menggali dan menanam pohon-pohon tanggung yang diharapkan mampu tumbuh dan menyejukan pantai ini.Â
Sebagian pekerja nampak sedang menyapu tumpukan bahan bangunan, yang menimbulkan angin debu memutar di sekitar mereka.Â
"Luar biasa !" . Mereka bisa tahan sehari-hari berada disini.
Kondisi pantai terlihat gersang , namun tidak menyilaukan mata. Beberapa perahu nampak terlihat beraktifitas di tengah lautan , menjadikan sebagai salah satu obyek jepretan kamera para peserta.
Apabila tempat ini sudah rapih dan teduh. Tak akan bisa dipungkiri, akan dapat menjadi tujuan wisata yang menarik hati.
Saya sempat pula berpose disini dan terlihat cukup manis untuk dipajang dalam sosial media instagram.
![dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/08/11/pulau-tunda-nuty-laraswaty-5d4fb838097f367ee319e0c6.jpg?t=o&v=770)
Terkait penggunaan pantai maju , dari beberapa data yang saya peroleh secara online , ke depannya  adalah untuk ruko, perumahan , perkantoran hingga salah satu tujuan destinasi wisata.
 Perihal pengembangan perumahan , perkantoran saat ini ijinnya dipegang oleh PT Muara Wisesa Samudra (Agung Podomoro Land), PT Kapuk Niaga Indah (Agung Sedayu Group) dan PT Kapuk Niaga Indah (Agung Sedayu Group).
Proses jual beli hingga sewa menyewa telah banyak dilakukan baik melalui kantor marketing resmi , hingga melalui website iklan hingga website jual beli properti pada umumnya.
Saya sendiri tak sabar menunggu destinasi wisatannya selesai dipersiapkan, sehingga masyarakat dapat menikmati pantai reklamasi ini bersama-sama.
Pantai Maju sebagai Destinasi Wisata
Salah satu alasan untuk mendukung Pantai Maju , menjadi distinasi wisata adalah pada pemikiran bahwa Jakarta sangat membutuhkan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Jakarta saat ini telah kehilangan banyak sekali RTH. Tercatat hingga saat ini yang masih berfungsi adalah  kawasan hutan bakau (mangrove) di Muara Angke dan Pantai Indah Kapuk (PIK) di Jakarta Utara.  Tidak ada lagi RTH yang memadai di tempat lain. Apabila mau melihat jauh ke kawasan kepulauan, hanya ada satu RTH yang ada di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.Â
 RTH di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu inipun selalu menjadi rebutan pengunjung , walaupun akses untuk kesana hanya dapat melalui jalur laut dengan kapal .Â
Sudah menjadi rahasia umum pula, rumah-rumah yang disewakan disana, saat musim liburan umumnya terisi penuh, dengan para wisatawan yang berasal dari Jakarta, luar Jakarta hingga Luar Negeri.Â
RTH di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, membuktikan banyak manfaat pula yang diberikan kepada masyarakat setempat, dari banyaknya kunjungan wistawan ini. Perbaikan hingga peningkatan perekonomian hingga akses berita dan ilmu pengetahuan , dapat mengikuti kota jakarta dan memberikan pula banyak peluang pekerjaan.
Hal-hal menarik secara ekonomi ini tentunya akan pula memberikan manfaat pertambahan ekonomi bagi pendapatan daerah.Â
Namun banyak kalangan dari aktivis lingkungan hidup juga yang tak pernah kenal lelah, Â mengingatkan kepada masyarakat dan wisatawan yang berkunjung, akan bahayanya sampah yang tidak dikelola dengan baik.
Dampak pengrusakan terhadap lingkungannya sudah terlihat sekarang dan dari tahun ke tahunnya semakin memburuk, sehingga membutuhkan perhatian ekstra spesial dari instasi terkait serta masyarakat. Banyak biota lautan hingga air di pinggiran pantai kota Jakarta menjadi tercemar oleh polusi.
Peringatan ini sudah disebarkan secara berkala, namun sayangnya belum ada dampak pencegahan pembenahan yang terarah dan dapat menjadi solusi percontohan bagi wilayah lainnya.
Tentunya tak janggal jika menaruh harapan agar jika tiba saatnya  nanti , saat Pulau Maju telah resmi beroperasi dan diresmikan salah satu sudut ujung pantainya menjadi destinasi wisata. Dapat menjadi percontohan yang baik, untuk pengelolaan limbah sampahnya. Baik yang dihasilkan dari para pengujumg wisatawan hingga para penduduk yang tinggal disana.Â
Mungkinkah? Semua mungkin, asalkan manusianya yang mau berubah dan mengupayakan terjadi.
Untuk catatan penutup . Kawasan Pantai Kita, Kawasan Pantai Maju, dan Kawasan Pantai Bersama, saat ini pengelolaannya ada pada tangan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) , sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 120 Tahun 2018. Jangka waktu pengelolaan adalah selama 10 (sepuluh) tahun.
Pengelolaan lahan dijabarkan lebih lanjut meliputi  perencanaan, pembangunan, dan pengembangan prasarana. Tujuannya masih tetap  untuk kepentingan publik atau fasilitas umum/fasilitas sosial, berupa antara lain pasar tematik ikan ,  rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah, restoran ikan, tempat ibadah, kantor pemerintah, dan dermaga. Hal ini dikarenakan adanya rencana untuk menempatkan nelayan pada pulau ini , sehingga tentunya memerlukan pula tempat tinggal yang layak bagi mereka (rumah susun).
Rencana ambisius ini tentunya hanya dapat terlaksana dengan sumber pendanaan yang memadai yang diatur secara sah menurut perundang-undangan.Â
Wah, tak sabar rasanya menunggu perkembangan selanjutnya. Harapan yang diberikan untuk ClicKompasiana tentunya, semoga nanti bisa bersama-sama lagi berkunjung ke lokasi ini, setelah menjelma menjadi destinasi wisata dan sudah teduh, tak lagi panas terik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI