Stanza 1
Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Stanza 2
Indonesia tanah yang mulia, tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berdiri, untuk selama-lamanya
Indonesia tanah pusaka, pusaka kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia
Suburlah tanahnya, suburlah jiwanya
Bangsanya, rakyatnya, semuanya
Sadarlah hatinya, sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka merdeka
tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Stanza 3
Indonesia tanah yang suci, tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri, menjaga ibu sejati
Indonesia tanah berseri, tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji, Indonesia abadi
Slamatkan rakyatnya, slamatkan puteranya
Pulaunya, lautnya, semuanya
Majulah negerinya, majulah pandunya untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Tanahku, negeriku, yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Namun hingga tahun 2016, hanya dinyanyikan 1 stanza. Alasan tidak dinyanyikan stanza 2 dan stanza 3 , hingga kini masih dipertanyakan dan diperdebatkan. Padahal lirik stanza 2 dan stanza 3 berisi doa dan syukur bagi bangsa Indonesia.
PERSS RELEASEÂ FILM WAGE
Dalam acara perss release 1 Film Wage di Grand Paragon 28 September 2017, para tamu undangan dengan diiringi oleh biola , juga diajak menyanyikan Stanza 2 dan stanza 3 Â , meskipun belum terbiasa namun semua bersemangat untuk menyanyikan. Berikut cuplikan videonyaÂ
PENJELASAN PRODUSER & SUTRADARA JOHN DE RANTAU
Dalam acara ini, sineas John De Rantau menyampaikan kesadaran akan eksistensi Pahlawan Wage Rudolf Supratman di Indonesia, sangat tidak disadari oleh generasi milenial saat ini. Latar belakang, pemikiran, semangat dan kondisi saat itu, seolah terkubur dan informasi yang didapat dari google pun tidak akurat. Sayangnya buku literatur mengenai riwayat hidup Pahlawan Wage Rudolf Supratman pun, amatlah sedikit.Â
Syuting film Wage dimulai secara diam-diam selama tiga bulan di lokasi kota tua Semarang, Jogyakarta, Magelang dan Solo.
Film Wage merupakan film bergenre noir , dengan hitam putih dari kaca mata penjajah Belanda pada masa itu. Bahwa pahlawan Wage Rudolf Supratman adalah seorang kriminal, lagu-lagu ciptaannya sangatlah berbahaya bagi kelangsungan pemerintah Hindia Belanda.
Pahlawan Wage Rudolf Supratman memang juga menciptakan lagu-lagu yang bermakna sangat dalam, seperti "Dari Barat sampai ke Timur" , "Indonesia Wahai Ibuku" , "Di Timur Matahari" dan "R.A.Kartini" sebagai simbol generasi baru yang melakukan revolusi intelektual (diplomasi) dan pada masa itu, mulailah bangkitnya syarikat-syarikat seperti Muhammadiyah, NU, Indische Partij dllÂ