Strategi Ampuh Mencegah Kekerasan  di Sekolah Sejak Usia  Dini
Dari  laman ANTARA  Jakarta  oleh Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGIP) meminta pemerintahan baru untuk melanjutkan program pencegahan dan penanganan kekerasan di satuan pendidikan.Â
FSGIP menyoroti kekerasan yang terjadi selama Januari --September 2024 totao ada 36 kasus kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikis dan kebijakan yang mengandung kekerasan.Â
Hal ini diungkapkan oleh sekretaris jenderal (Sekjen) FSGI Heru Purnomo pada Jumat, 4 Oktober di Jakarta. Berdasarkan catatan melalui laman ANTARA dari 36 kasus korban ank mencapai 144 peserta didik.
 Kekerasan di sekolah merupakan masalah serius yang bisa berdampak negatif pada perkembangan fisik, mental, dan emosional anak-anak. Kekerasan ini tidak hanya mencakup kekerasan fisik, tetapi juga bullying, kekerasan verbal, dan emosional.Â
Untuk mengatasinya, perlu pendekatan yang komprehensif sejak dini. Berikut ini beberapa strategi  untuk menghilangkan kekerasan di sekolah sejak dini.
 Meningkatkan Pendidikan Moral dan Karakter
Pendidikan moral sejak dini adalah kunci pencegahan kekerasan di sekolah. Nilai-nilai seperti empati, penghormatan terhadap orang lain, dan pentingnya bekerja sama harus ditanamkan di rumah maupun di sekolah.
 Guru dan orang tua dapat membantu anak-anak memahami dampak buruk dari tindakan kekerasan, serta mendorong mereka untuk bertindak dengan kasih sayang dan kepedulian.
 Melibatkan Orang Tua Secara Aktif
Orang tua memiliki peran penting dalam pencegahan kekerasan di sekolah. Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak sangat penting.
 Orang tua harus memantau aktivitas anak di rumah maupun di sekolah, mengetahui masalah yang dihadapi anak, dan memberikan dukungan moral yang positif. Selain itu, orang tua bisa berkolaborasi dengan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
Penerapan Aturan Sekolah yang Ketat
Sekolah harus memiliki aturan yang tegas tentang kekerasan. Kebijakan "zero tolerance" terhadap kekerasan dapat menjadi dasar untuk mengurangi kejadian kekerasan di lingkungan sekolah.Â
Aturan ini harus ditegakkan secara konsisten, sehingga siswa memahami konsekuensi dari tindakan negatif. Selain itu, perlu ada mekanisme untuk melaporkan kekerasan secara aman, sehingga siswa merasa terlindungi.
Membangun Keterampilan Sosial dan Resolusi Konflik
Anak-anak harus diajari cara menghadapi konflik dengan cara yang sehat. Sekolah dapat menyelenggarakan program pengembangan keterampilan sosial dan emosional yang mengajarkan cara berkomunikasi dengan baik, mengatasi emosi, serta menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.Â
Keterampilan ini membantu anak-anak untuk lebih memahami perasaan mereka dan perasaan orang lain, sehingga kekerasan dapat dihindari.
 Mempromosikan Budaya Sekolah yang Positif
Sekolah harus menciptakan budaya yang mendukung, inklusif, dan ramah. Guru dan staf sekolah harus memberikan contoh perilaku yang baik kepada siswa.Â
Budaya yang menghargai perbedaan, menghormati sesama, dan mendukung kerjasama antara siswa dapat mengurangi risiko terjadinya kekerasan.Â
Selain itu, program-program ekstrakurikuler yang mengajarkan kepemimpinan, empati, dan kerjasama tim juga dapat menjadi wadah bagi siswa untuk belajar berinteraksi tanpa kekerasan.
Membuka Dialog Tentang Kekerasan
Dialog yang terbuka tentang kekerasan penting untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai dampak negatif kekerasan. Guru dan konselor bisa mengadakan diskusi kelompok, seminar, atau lokakarya yang melibatkan siswa untuk berbicara tentang pengalaman dan pandangan mereka mengenai kekerasan.Â
Melibatkan siswa dalam mencari solusi membuat mereka lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.
Menangani Masalah Emosional Siswa Sejak Dini
Anak-anak yang mengalami masalah emosional sering kali menjadi pelaku atau korban kekerasan. Sekolah perlu menyediakan layanan konseling untuk siswa yang mengalami masalah mental atau emosional.
 Dengan penanganan yang tepat, anak-anak bisa dibantu untuk mengatasi masalah pribadi yang mungkin memicu tindakan kekerasan. Mengatasi akar permasalahan ini adalah langkah preventif yang sangat efektif.
 Mendorong Kerjasama antara Siswa
Membangun semangat kerjasama dan kebersamaan di antara siswa dapat membantu mengurangi kekerasan. Program-program yang mengedepankan kerja tim, kolaborasi, dan saling mendukung sesama siswa, seperti proyek kelompok atau permainan yang menuntut kerjasama, dapat mengajarkan anak-anak pentingnya bekerja sama dibandingkan berkonflik.
 Menggunakan Media Positif
Media sosial dan media lainnya seringkali menjadi lahan subur bagi kekerasan, termasuk cyberbullying. Untuk mengatasi hal ini, sekolah perlu mengajarkan literasi digital kepada siswa.Â
Mereka harus diajari cara menggunakan media sosial dengan bijak dan dampak negatif dari kekerasan secara online. Penggunaan media untuk menyebarkan pesan positif dan persahabatan juga harus dipromosikan.
 Pengawasan yang Ketat dan Peduli
Pengawasan dari guru dan staf sekolah juga penting untuk mencegah kekerasan. Pemantauan secara teratur di area-area yang sering terjadi konflik, seperti lorong, kantin, dan lapangan, dapat mencegah kejadian kekerasan.Â
Kehadiran guru yang proaktif dan peduli terhadap kondisi siswa juga membuat siswa merasa aman dan lebih mudah untuk melaporkan tindakan kekerasan.
Menghilangkan kekerasan di sekolah sejak dini membutuhkan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan komunitas. Dengan pendidikan moral yang baik, aturan yang tegas, serta perhatian terhadap kebutuhan emosional siswa, kekerasan di sekolah dapat dicegah dan diatasi.
 Penting bagi semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung bagi tumbuh kembang anak, agar mereka dapat belajar dan berkembang dengan optimal tanpa rasa takut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H