Refleksi Diri dan Evaluasi
Saat menanti HP diservis, saya duduk merenung secara perlahan. Bahwa HP yang murah/lama dan HP baru dengan harga mahal fungsinya sama adalah untuk berkomunikasi.Â
Jika saya beli HP baru dengan harga mahal, apakah meningkatkan status sosial saya? Apakah mendapatkan pengakuan, atau kepuasan pribadi?
Melalui perenungan yang panjang saya memutuskan untuk berpadanan dengan apa yang ada, yaitu tetap memfungsikan HP lama yang diservis adalah langkah bijaksana daripada memaksakan diri memiliki barang mewah yang melampaui kemampuan keuangan.
Kurangi Paparan Terhadap Kemewahan
Memiliki barang mewah juga perlu teliti sebelum membeli. Pengalaman sementara ditempat servis yang sama, muncullah sepasang suami istri yang ingin mengganti HP yang lama yang pemakaian baru beberapa bulan namun sudah tidak berfungsi secara maksimal.Â
Dalam percakapan pemilik HP bersama tukang servis bahwa awalnya ia membeli HP tersebut diatas 10 juta, namun oleh karena mengalami Gangguan, maka dijual dibawa 4 juta.
Investasi pada Pengalaman, Bukan Barang
Menurut pandangan saya adalah bahwa membelanjakan uang untuk barang mewah itu baik. Tetapi seandainya menginvestasikan uang tersebut pada pengalaman atau belajar hal-hal baru, seperti perjalanan, atau kegiatan sosial dapat memberikan kebahagiaan yang lebih tahan lama dan mendalam dibandingkan dengan kepemilikan barang mewah.
HP yang diservis sekalipun telah ketinggalan, namun lebih berguna dipakai untuk mengakses artikel Kompasiana serta membangun hubungan antar sesame daripada barang mahal yang tidak berfungsi secara maksimal.
Dengan demikian, menahan diri di tengah kemewahan adalah sebuah tantangan yang memerlukan kesadaran, pengendalian diri, dan strategi yang tepat.Â