Dari laman kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/Peran-Radio-dari-Masa-ke-Masa, prediksi tersebut belakangan terbukti. Data terbaru temuan Nielsen Advertising Intelligence (Ad Intel), yang dirilis Nielsen Media Indonesia pada 2019 menunjukkan, total belanja iklan radio mencapai Rp1,7 Triliun.
Malah selama pandemi ini, pendengar radio konvensional justru meningkat tajam sebanyak 4 juta pendengar. Bagi Viliny Lesmana, Vice Director untuk KG Radio Network, peningkatan ini terjadi karena adanya perubahan perilaku manusia selama pandemi.
"Berdasarkan data dari Nielsen memang menunjukkan adanya peningkatan pendengar radio konvensional dari 13 juta menjadi 17 juta orang di wilayah Jakarta Raya.Â
Mungkin ini karena kondisi yang di rumah saja, jadi bosan di rumah dan mereka bosan yang sudah ada, seperti TV dan YouTube. Terjadi perubahan pola konsumsi radio saat ini," kata Viliny Lesmana yang akrab disapa Vivi.
Dalam survei ini disimpulkan jika radio masih menjadi media pilihan pemerintah dan partai politik untuk beriklan. Kemampuan beradaptasi dengan teknologi menjadi kunci utama industri kreatif radio bertahan hingga era internet saat ini.
Menyediakan Konten Pendidikan yang Beragam
Radio tidak hanya menyuarakan pembelajaran formal, tetapi juga menyediakan konten pendidikan yang beragam dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
 Mulai dari pelajaran akademis hingga informasi praktis seputar kesehatan, pertanian, dan kehidupan sehari-hari, radio menjadi sumber pengetahuan yang berharga bagi pendengarnya. Radio selalu memberikan informasi dan santapan Rohani kepada setiap pendengar
Merangsang Imajinasi dan Kreativitas
Dibandingkan dengan media visual seperti televisi atau internet, radio mendorong pendengarnya untuk menggunakan imajinasi dan kreativitas mereka.Â
Dengan hanya bergantung pada suara, pendengar dihadapkan pada tantangan untuk membayangkan situasi dan konsep yang disampaikan melalui suara saja. Hal ini dapat merangsang perkembangan intelektual dan kreatifitas mereka.