Berita hoaks bagaikan makanan enak. Tetapi hati-hati mengonsumsinya, jangan cepat ditelan, karena rasanya yang manis tidak selalu menjamin kesehatan
Masyarakat Indonesia sudah sering dijejali dengan istilah “fake news” atau hoax beberapa tahun tahun terakhir terutama menjelang pemilu 2024.
Hoax merupakan informasi, kabar, berita yang palsu atau bohong. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hoax diartikan sebagai berita yang bohong. Hoax yaitu informasi yang dibuat-buat atau direkayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya. https://diskominfo.badungkab.go.id/artikel/42985-pengertian-hoax-dan-cara-menangkalnya.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi pada era sekarang, kita dapat mengikuti berbagai perkembangan setiap harinya melalui berbagai media online dan elektronik.
Istilah hoaks semakin populer, baik dalam praktiknya maupun dalam penggunaan istilah yang merajalela. Meskipun istilah yang digunakan berkembang pesat, intinya tetap sama, yaitu menyebarkan berita bohong.
Tujuan dari penyebaran berita hoaks adalah menciptakan kekacauan, kegelisahan, rasa benci, dan bahkan ketakutan di kalangan pembaca.
Dalam artikel yang berjudul "Asal Mula Kata Hoax Mulai Terkenal di Media" oleh Ramdhan di Asumsi.co, disajikan dua tokoh yang membahas asal-usul kata "hoax." Johannes Guntenberg, pencipta mesin cetak pada tahun 1439, mengungkapkan bahwa hoaks pada masanya jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan era digital dan internet saat ini.
Tokoh peneliti kedua, Lynda Wals, dalam tulisannya yang berjudul "Sins Against Science," menyatakan bahwa istilah hoaks mulai dikenal sejak era industri sekitar tahun 1808.
Namun, praktek hoaks sebenarnya sudah terjadi ribuan tahun sebelumnya. Bahkan dalam Alkitab, terdapat fakta tentang bagaimana praktek hoaks sudah ada dan berdampak buruk bagi manusia.
Kitab Kejadian 2:16-17 mencatat bahwa :TUHAN Allah memberikan perintah kepada manusia, "Engkau boleh makan dari segala pohon yang ada di taman ini, tetapi jangan makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, karena jika engkau melakukannya, pasti engkau akan mati." Perintah ini ditujukan kepada Adam, manusia pertama.
Esensi dari perintah ini adalah bahwa jika Adam dan hawa melanggar perintah TUHAN dan mengonsumsi buah dari pohon terlarang, maka kematian akan menjadi konsekuensinya.
Dalam dialog antara ular, yang merupakan makhluk yang paling licik, dan Hawa, ular bertanya kepada Hawa apakah benar Allah melarang mereka untuk mengonsumsi buah-buah dari pohon di tengah taman.
Melalui percakapan ini, Hawa diyakinkan bahwa memakan buah tersebut tidak akan menyebabkan kematian, malah akan membuat mereka menjadi seperti Allah.
Sayangnya, tanpa memeriksa kebenaran, Hawa mengikuti saran ular dan memakan buah terlarang, bahkan membagikannya kepada suaminya. Akibatnya, keduanya harus menanggung konsekuensinya.
Dampak dari berita hoaks ini merusak hubungan manusia dengan Allah. Berita palsu tersebut menjadi penyebab terbentuknya jurang pemisah, menggantikan damai sejahtera dengan rasa cemas dan ketakutan yang berkepanjangan.
Konsekuensi dari terpengaruh oleh berita hoaks adalah Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Pernyataan ini ditegaskan oleh rasul Paulus, yang menyatakan bahwa "Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah"(Roma 3:23)
Selain itu, manusia juga harus menghadapi tantangan hidup yang berat sepanjang masa. Adam, sebagai suami, harus bekerja keras untuk mencari nafkah, sedangkan Hawa, sebagai perempuan, mengalami kesulitan saat melahirkan.
Tidak mengherankan jika pada zaman sekarang, berita hoaks merajalela di mana-mana.
Dari kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa berita hoaks tidak membawa dampak positif bagi kita. Di balik penyebaran berita hoaks terdapat tujuan tersembunyi dari pihak penyebar, yaitu untuk menghancurkan hubungan sosial antara manusia.
Melihat kegagalan Adam dan Hawa di Taman Eden, kita perlu waspada menghadapi tahun 2024 sebagai tahun politik.
Menurut laman https://web.kominfo.go.id/, terdapat rekapitulasi isu hoaks periode Januari-27 Oktober 2023 dengan total 101 hoaks. Jumlah yang cukup besar. Jika satu hoaks saja dapat menghancurkan Taman Eden dengan segala kesenangannya, bagaimana sikap kita menghadapi 101 hoaks di tahun pemilu?
Dalam mengantisipasi jebakan berita hoaks, Kominfo memberikan beberapa cara untuk menangkalnya, seperti memeriksa situsnya dengan cermat, tidak hanya membaca judulnya, memeriksa fakta, memeriksa keaslian foto, dan mengikuti grup diskusi.
Pesan saya: Hoaks sangat berbahaya! Akibatnya sangat fatal jika kita tidak waspada dan teliti dalam menyikapinya. Penyesalan menanti di depan sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H