Mohon tunggu...
Demianus Nahaklay
Demianus Nahaklay Mohon Tunggu... Dosen - Announcer

Menjadi penyiar di radio adalah tugas mulia yang memungkinkan untuk mengedukasi, membangun persahabatan dan memberi solusi atas masalah sosial di masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Cinta yang Tak Dapat Dipendam: Kisah Pernikahan Joo dan Essy di Ambon

23 Desember 2023   22:09 Diperbarui: 24 Desember 2023   05:51 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta yang Tak Dapat Dipendam: Kisah Pernikahan Pak Joo dan  Essy di Ambon"

Pada Jumat, 22 Desember 2023, sebuah cerita cinta yang tak terduga dan mengharukan terungkap di sebuah gereja di Passo yakni GBI FOC. Di sana, dipersatukanlah dua jiwa yang telah merasakan pahitnya kehidupan— Joo Woriwun, seorang duda dengan status cerai mati, dan Essy Wetamsair, seorang janda yang juga telah merasakan kehilangan pasangan hidupnya dan berstatus cerai mati. Meski membawa beban masa lalu, mereka berdua berhasil menemukan cahaya baru dalam cinta satu sama lain.

Pak Joo dan  Essy menjalani masa berpacaran singkat selama tiga bulan sebelum memutuskan untuk mengikat janji suci pernikahan di hadapan Tuhan dan capil. 

Kedua belah pihak keluarga, termasuk anak-anak dan cucu, memberikan restu mereka untuk pernikahan ini, sebuah hal yang tidak selalu mudah di tengah pandangan masyarakat yang terkadang masih memandang sebelah mata pernikahan bagi mereka yang telah kehilangan pasangan hidup.

Proses pernikahan mereka tidak hanya dilalui secara ritual dan tradisional, tetapi juga melalui konseling pranikah. Konseling ini bertujuan untuk mempersiapkan mereka menghadapi kehidupan baru sebagai suami dan istri, meski keduanya telah memiliki pengalaman dalam berumah tangga sebelumnya.

Pada hari yang bersejarah itu, kedua mempelai memutuskan untuk mengenakan pakaian khas Ambon, menciptakan nuansa yang khas dan penuh makna.

Berbusana Pakaian Ambon (Sumber: Dokumen Pribadi)
Berbusana Pakaian Ambon (Sumber: Dokumen Pribadi)
Langkah mereka menuju ruang ibadah penuh dengan kekhidmatan, pemimpin worship Leader yang memandu dengan kidung pujian, menciptakan suasana yang begitu sakral. Dengan penuh penghormatan semua peserta dimohon berdiri menyambut kedua mempelai memasuki ruangan ibadah.

Pendeta Hendra Joostenz, berbadan tinggi, tegap dan tampan dalam refleksi firman Tuhan,  dengan tegas dan penuh kasih, menyampaikan pentingnya sebuah rumah tangga yang kokoh.

Ia menekankan perbedaan antara masa pacaran dan masa berumah tangga, memberikan pandangan yang realistis namun optimis tentang perjalanan pernikahan.

Ucapan janji nikah menjadi puncak dari upacara pernikahan mereka. "Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia, (Matius 19:6). Ikrar janji nikah  mereka dengan penuh keyakinan. Dalam momen ini, sepasang mempelai dinyatakan sah sebagai suami istri, menyatukan mereka dalam ikatan yang tak dapat dipisahkan.

 Cincin pada jari manis kedua mempelai juga turut memperkuat ikatan pernikahan ini. Cincin yang tidak berujung dan berpangkal menujukkan kasih yang tidak akan berhenti dan tidak akan luntur. Demikianlah cinta anatara Joo dan Essy, tidak akan berkarat dan tidk akan luntur.   Upacara sakramen Perjamuan kudus diberikan kedpada kedua mempelai untuk mengingatkan Kembali batapa besar pengorbanan Tuhan Yesus dalam kehidupan mereka.

Freepik.com
Freepik.com

Setelah upacara pernikahan di gereja, acara berlanjut ke pencatatan sipil. Meski datang terlambat, kehangatan tetap menyelimuti momen tersebut. 

Ada momen foto Bersama, yang banyak kali terlihat kedua mempelai merasa canggung, merasa malu bergandengan satu sama lain. Maklum panganten baru.

Sumber: Rairutukaha Hulda Lewnaknyari
Sumber: Rairutukaha Hulda Lewnaknyari

 Di tengah kebahagiaan dan kemeriahan, terasa lapar mulai menyergap peserta ibadah. Pencatatan sipil pun dilakukan dengan penuh sukacita, diakhiri dengan ramah tamah makan bersama. 

Dan mengakhiri  momen ini dengan Kembali ke rumah keluarga mempelai laki-laki. Didalam kesederhanaan, terasa keakraban dan kekeluaragaan yang dirasa sulit dipisahkan oleh situasi apapun.

Ketika ditanya mengapa mereka memutuskan untuk menikah, Pak Joo dan Ibu Essy mengungkapkan bahwa untuk melayani pekerjaan Tuhan, mereka membutuhkan kekompakan suami istri yang kuat. Melalui pernikahan beban dan tanggung jawab sebagai hamba Tuhan bisa dapat berjalan dengan lancar saat melayani anggota jemaat yang dipercayaan.

 Mereka siap saling menopang satu sama lain dalam menghadapi beban dan tugas pelayanan yang mungkin terasa berat.

Dengan begitu, pada tanggal 22 Desember 2023, sebuah pernikahan tidak hanya menjadi akhir dari kisah cinta mereka, tetapi juga awal dari perjalanan baru yang penuh harapan dan komitmen

 Kisah ini membuktikan bahwa cinta yang tak dapat dipendam mampu mengatasi segala rintangan dan membawa sinar kebahagiaan dalam kehidupan yang telah mereka pilih untuk dijalani bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun