Melintasi Barisan Kebahagiaan: Cerita Fotografer Terkenal di Wisuda Bethel Ambon
Tanggal 14 Desember 2023, menjadi saksi kebahagiaan luar biasa bagi para wisudawan dan orang tua di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Bethel Ambon.Â
Acara wisuda, momen yang dinantikan oleh banyak orang, menjadi suatu puncak keberhasilan dan dedikasi yang telah dipersembahkan selama masa studi.Â
Keseriusan dan keindahan momen ini dapat dilihat melalui persiapan yang sangat matang, dari panitia pelaksana hingga para wisudawan.
Tatanan ruangan wisuda terlihat begitu rapi, mencerminkan kerja keras panitia dan komitmen untuk menjadikan hari tersebut istimewa. Begitu semua undangan hadir, acara wisuda pun dimulai dengan penuh semangat.Â
Seorang MC profesional memandu satu demi satu jalannya acara wisuda. Seusai prosesi akademika, dilanjutkan dengan  acara pembukaan Sidang  Senat terbuka oleh ketua STT Bethel Ambon  dengan penuh khidmat.
Sebelum memasuki agenda utama, seluruh hadirin diminta untuk berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, yang dipandu oleh seorang dirigen. Â
Suasana begitu khidmat, dan tak seorang pun berani keluar masuk ruangan. Susana ini menandakan bagaimana rasa penuh hormat menyaksian acara widusa yang sedang berlangsung. Â
Ditambah pula kursi-kursi depan telah diisi oleh para tamu undangan Istimewa seperti  termasuk Walikota Ambon, Dirjen Bimas Kristen, pengurus Yayasan Bethel Maluku, dan undangan lainnya.
Namun, di tengah Susana  penuh khidmat tersebut, satu sosok menarik perhatian. Seorang fotografer terkenal di kota Ambon dengan lincahnya melintasi barisan tamu undangan.
Ia sangat lincah bergerak dengan leluasa dalam mengabadikan momen-momen berharga dalam acara wisuda ini. Dengan kemampuannya ia berhasil meliput seluruh acara wisuda dengan kecangihannya kamera yang digenggamnya.
Seusai  acara,  saya berkesempatan untuk menggali informasi dengan fotografer tersebut. Beliau mengisahkan  bahwa menjadi seorang fotografer banyak suka dan duka.
Rasa sukanya  adalah dapat berkenalan dengan banyak orang dan merasakan momen-momen penting. Serta bebas merekam momen-momen berharga  disetiap acara.
Namun, tantangannya adalah seringkali merasa tidak dihargai, dianggap hanya sebagai pelayan yang sudah dibayar. Dan mau melakukan apa saja menurut kemauan kliennya. Ini sebuah dilema yang selalu terjadi dilapangan yang banyak dialaminya.
Jemmy mengungkap bahwa minatnya terhadap fotografi bermula sejak SMP, dan melalui belajar otodidak. Ia memahami seluk-beluk dunia fotografi.Â
Ketika kondisi ayahnya sakit termakan usia, kondisi kehidupan ekonomi keluarga memaksa Jemmy untuk memilih profesi ini sebagai upaya membantu keluarganya.
Sebagai anak sulung, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah dan mendukung adik-adiknya yang masih lanjut studi.
Seiring berjalannya waktu, Jemmy menyadari bahwa menjadi seorang fotografer bukan sekadar mencari nafkah, tetapi juga menjadi pelayan bagi sesama.
Profesionalisme dan dedikasinya pada bidang ini membuatnya menjadi sosok yang dicari dan diakui. Setiap hari, Jemmy mendapatkan pekerjaan fotografi, dan keberhasilannya tidak lepas dari persiapan dan komitmen yang dilakukannya. Â
Tuturnya bahwa dengan kepada tan waktu teristimewa hari-hari besar, kadang jadwalnya sangat padat. Jada sangat beruntung bagi mereka yang telah meminta  jasanya jauh hari sebelum acara.Â
Jika waktu mendesak seringkali tidak dilayani karena bertabrakan dengan antrean Panjang. Sebagai seorang profesional, prinsip menanamkan rasa percaya klien itu yang lebih utama.
Kisah hidup si fotogrfer mengajarkan kita bahwa persiapan dan usaha sedini mungkin merupakan kunci kesuksesan. Apa yang tidak kita pahami hari ini, akan menjadi indah pada waktunya.Â
Seorang fotografer seperti Jemmy turut memperindah dan mengabadikan momen bahagia dalam setiap perjalanan hidup para wisudawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H