Dengan adanya atap rumah yang berlubang besar, saya harus bertindak menyelamatkan rumah dari banjir.
Saya sigap mempersiapkan ember dan loyang untuk menampung air hujan yang masuk melalui lubang besar di atap rumah. Keadaan ini sangat merepotkan di sore hari itu.
Ada hal yang menarik sore itu. Meskipun rumah saya terkena dampak serius, tetangga pemilik rumah terlihat santai seakan-akan tidak menyadari apa yang telah terjadi.
Pertanyaan pun muncul, apakah seharusnya saya marah atas tindakan kurang bijak tersebut? Dengan adanya atap rumah tetangga yang melayang, bukankah ada upaya membersihkan puing-puingnya atau minta maaf.
Tidak sama sekali terjadi. Meskipun begitu, saya memilih untuk tetap sabar dan tidak memberikan banyak komentar. Saya teringat apa yang dikatakan raja Salomo :
:"Orang yang sabar, besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan" (Amsal.14:29)
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang mengusai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” (Amsal 16:32)
Tetap menunggu tidak ada respon. Maka dengan penuh kesabaran, saya mengganti atap rumah yang rusak dengan yang baru setelah badai angin dan hujan mereda. Dengan tindakan itu rumah tetap aman walupun diguyur hujan lebat.
Ironisnya, hati saya tetap damai dan tetap memilih untuk bersikap ramah dengan tetangga yang mungkin tidak menyadari dampak dari dari peristiwa yang saya alami.
Pengalaman ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga ketenangan hati dan kesabaran di tengah tantangan. Bahkan ketika dihadapkan pada situasi yang mungkin membuat frustasi. menjadi pemenang tetap menjadi pilihan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H