Wisuda: Merayakan atau Merenung?"
Rasanya sangat memuaskan dan membanggakan bagi seorang wisudawan ketika ia merayakan acara wisudanya bersama keluarga dan orang-orang yang dicintainya.
Diambil dari laman radarjember.jawapos.com, Wisuda bukan sekadar acara seremonial yang menandakan kelulusan pendidikan sarjana.Â
Lebih dari itu, wisuda merupakan kesempatan bagi para lulusan untuk menyampaikan kepada pihak-pihak terkait bahwa mereka siap mengaplikasikan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki.Â
Setelah meraih gelar dalam upacara wisuda, tidak jarang terjadi kegembiraan berlebihan yang sebaiknya dipertanyakan. Sebaiknya, seorang wisudawan seharusnya tidak terlalu terbuai euforia, melainkan merenung dan merefleksikan perjalanan akademisnya.
 Dengan merenung, mereka dapat mengevaluasi pencapaian, menetapkan tujuan baru, dan mempersiapkan diri untuk tahapan selanjutnya dalam kehidupan.
Wisuda adalah Awal perjalanan Panjang
Wisuda seharusnya dianggap sebagai awal dari perjalanan panjang yang penuh perjuangan, bukan sebagai kemenangan akhir.
 Meskipun momen tersebut penting, apakah pantas merayakannya secara berlebihan mengingat tantangan yang masih menanti di dunia nyata? Mengapa demikian?Â
Sebab melalui upacara wisuda tidak otomatis seorang wisudawan telah mendapat pekerjaan yang tetap. Ia masih harus berpacu dengan waktu dan mengikuti seleksi demi seleksi untuk menguji kualifikasi dirinya pada bidang pekerjaan yang dibutuhkan.Â
Terbukti dari tahun ketahun banyak lulusan sarjana  menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan setelah wisuda.  Hal ini menggambarkan bahwa gelar bukan jaminan kesuksesan.Â
Oleh karena itu, seberapa layak seseorang merayakan kesuksesan akademis jika kesulitan hidup sehari-hari masih sulit diatasi?
Bagaimana seharusnya sikap seorang wisudawan?
Sikap seorang wisudawan setelah upacara seharusnya melampaui kegembiraan dan perayaan semata. Bersyukur kepada Tuhan menjadi hal utama dan  menjadi sikap yang lebih bermakna daripada merayakannya dengan berlebihan.Â
Intinya adalah melalui bersyukur kepada Tuhan yang telah menganugerahkan gelar akademis. Sebagai orang percaya, lebih dari itu kembali memohon tuntunan Tuhan agar bersiap menghadapi tantangan kehidupan berikutnya.
 Sebagai alternatif untuk merenung dan bersyukur, wisudawan seharusnya mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia nyata dengan sikap rendah hati dan tekad untuk terus berkembang.Â
Mengejar kesuksesan bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar.
Merayakan acara wisuda di malam Minggu, seharusnya tidak  dijadikan waktu untuk bersenang-senang, seharusnya adalah malam persiapan untuk beribadah kepada Tuhan mempersembahkan kurban Syukur atas karunia yang telah diterima.Â
Sebagai generasi yang baru menyelesaikan perjalanan akademis, kesadaran akan tanggung jawab moral dan spiritual seharusnya lebih kuat daripada keinginan untuk bersenang-senang secara berlebihan.Â
 Wisuda seharusnya menjadi waktu untuk merenung, bersyukur, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan berikutnya dengan sikap rendah hati.
 Kesenangan sesaat seperti mabuk-mabukan, berhura-hura sepanjang malam tidak menjamin kebahagiaan.  Euforia berlebihan hanya menjadi batu sadungan bagi Masyarakat sekeliling di jam istirahat malam. Â
 Namun jauh lebih bermakna jika persiapkan mental  dan spiritual untuk menghadapi realitas kehidupan yang sesungguhnya pada hari-hari yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H