Terbukti dari tahun ketahun banyak lulusan sarjana  menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan setelah wisuda.  Hal ini menggambarkan bahwa gelar bukan jaminan kesuksesan.Â
Oleh karena itu, seberapa layak seseorang merayakan kesuksesan akademis jika kesulitan hidup sehari-hari masih sulit diatasi?
Bagaimana seharusnya sikap seorang wisudawan?
Sikap seorang wisudawan setelah upacara seharusnya melampaui kegembiraan dan perayaan semata. Bersyukur kepada Tuhan menjadi hal utama dan  menjadi sikap yang lebih bermakna daripada merayakannya dengan berlebihan.Â
Intinya adalah melalui bersyukur kepada Tuhan yang telah menganugerahkan gelar akademis. Sebagai orang percaya, lebih dari itu kembali memohon tuntunan Tuhan agar bersiap menghadapi tantangan kehidupan berikutnya.
 Sebagai alternatif untuk merenung dan bersyukur, wisudawan seharusnya mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia nyata dengan sikap rendah hati dan tekad untuk terus berkembang.Â
Mengejar kesuksesan bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar.
Merayakan acara wisuda di malam Minggu, seharusnya tidak  dijadikan waktu untuk bersenang-senang, seharusnya adalah malam persiapan untuk beribadah kepada Tuhan mempersembahkan kurban Syukur atas karunia yang telah diterima.Â
Sebagai generasi yang baru menyelesaikan perjalanan akademis, kesadaran akan tanggung jawab moral dan spiritual seharusnya lebih kuat daripada keinginan untuk bersenang-senang secara berlebihan.Â
 Wisuda seharusnya menjadi waktu untuk merenung, bersyukur, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan berikutnya dengan sikap rendah hati.
 Kesenangan sesaat seperti mabuk-mabukan, berhura-hura sepanjang malam tidak menjamin kebahagiaan.  Euforia berlebihan hanya menjadi batu sadungan bagi Masyarakat sekeliling di jam istirahat malam. Â