Semangat dan kegigihan hidup itu sudah tertanam sejak dulu. Ia adalah seorang perantau yang mengadu nasib keluar pulau sejak ia meninggalkan kampung halamannya Jailolo- Halmahera.
Bapak Radja mengadu Nasib ke berbagai daerah dengan membawa sebuah cita-cita di dada, bahwa ia harus sukses. Sekian lama mengarungi lautan dan bercokol di berbagai daerah, dan pada tahun 1980-an, ia menginjakan kaki di Kota Ambon.
Nasib baik menghampiri para petarung hidup yang tak kenal lelah menggapai kesuksesan.  Ia  diterima menjadi seorang PNS dan bekerja di  Dinas Depdikbud  Propinsi Maluku. Meski dengan golongan paling rendah tetapi bapak Radja dapat menekuni tugas dan pekerjaannya  hingga mencapai masa pensiun.
Saya telah lama berkenalan dengan bapak Radja sekeluarga.  Awal perkenalan kami melalui kegiatan ibadah di gereja dan akhirnya terus berlanjut melalui berbagai kegiatan sosial Masyarakat lainnya seperti TAGANA untuk membantu penanggunlangan bencana yang melanda  kota Ambon. Kami sering Bersama-sama dalam kegiatan sosial kemanusiaan lainnya.
Dalam mengisi waktu pasca pensiun sejak delapan tahun lalu, ia melakoni profesi baru sebagai pedagang Nasi Pulut Bambu.
 Setiap pagi , bapak Radja berjalan kaki dari rumahnya di daerah  Kayu tiga Desa Soya, ke pasar tradisional Mardika Ambon kurang lebih 35-40 menit untuk berbelanja bahan baku yang dibutuhkan seperti beras pulut, kacang merah jenis kecil, kelapa  dan daun pisang.  Sedangkan  kayu bakar dan batang bambu muda tersedia di hutan belakang  rumahnya.
Bahan-bahan ini kemudian diolah melalui proses panjang. Â Proses yang membutuhkan waktu dan tenaga. Beruntungnya, ia tidak mengerjakan itu sendirian. Keluarganya cukup andil dalam membantu.
Proses pembuatan Nasi Pulut Bambu sendiri kadang tak menentu. Ada kalanya di mulai malam hari atau pagi hari tergantung pesanan para pelanggan. Namun Bapak Raja mengerjakan dengan penuh semangat dan sukacita.
Awalnya bambu  yang dipotong  kemudian dibersihkan. setelah itu daun pisang muda yang telah digulung, dimasukan kedalam bambu sementara beras pulut  direndam sekitar 15 menit. Kemudian dicampur dengan santan kelapa sesuai perkiraan, lalu garam dan gula pasir secukupnya. Semua bahan itu dimasukan kedalam bambu sambil diketuk-ketuk hingga padat dan setelah itu dibakar.
 Nasi pulut bambu yang siap dipasarkan sekitar 25 hingga 30 buah bambu dengan beras pulut antara 17-18  kg. Kadang dijual perpotong kadang juga per ruas bambu. Dan keuntungan yang diperoleh cukup tinggi yakni 600 -700 ribu rupiah.Â