Mohon tunggu...
Demianus Nahaklay
Demianus Nahaklay Mohon Tunggu... Dosen - Announcer

Menjadi penyiar di radio adalah tugas mulia yang memungkinkan untuk mengedukasi, membangun persahabatan dan memberi solusi atas masalah sosial di masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Inspiratif: Janda Pemberani yang Mengais Rezeki di Tempat Sampah untuk Membiayai Anak hingga Bergelar Sarjana

9 November 2023   18:51 Diperbarui: 9 November 2023   18:53 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Dokpri, Kamis, 9 Nov '23 Jln. dr. Kayadoe Kudamati -Ambon

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan agar dapat memainkan peran di masa yang akan datang. Ini adalah definisi yang baik yang seharusnya dipahami oleh setiap orang mengenai betapa pentingnya pendidikan.

Isi dari Pasal 31 setelah amandemen adalah: Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Tujuan mendapatkan pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, melihat manusia sebagai suatu keseluruhan dalam eksistensinya. Pentingnya pendidikan menjadikan pendidikan dasar bukan hanya hak warga negara, tetapi juga kewajiban negara. Pendidikan menjadi harapan setiap keluarga, namun sayangnya, masih banyak orang yang putus sekolah.

Faktor penyebab siswa putus sekolah meliputi keadaan ekonomi dan latar belakang orang tua yang rendah, kurangnya perhatian orang tua, kurangnya minat siswa terhadap sekolah, motivasi belajar siswa, dan lingkungan pertemanan yang buruk (journal.student.uny.ac.id). Faktor ekonomi, yang penulis soroti dalam tulisan ini, menjadi penyebab tingginya angka putus sekolah karena banyak keluarga di Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan atau hanya sedikit di atasnya dengan penghasilan minim.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2023 mencapai 25,90 juta orang. Meskipun terjadi penurunan dibandingkan dengan September 2022 dan Maret 2022, fakta ini tetap mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia.

Di balik fakta-fakta tersebut, penulis ingin berbagi satu kisah yang dapat menginspirasi agar setiap keluarga terus berjuang demi masa depan anak-anak, jangan hanya karena masalah kemiskinan menyebabkan masa depan anak terhambat.

Ada kisah ibu janda (Mama Wely), seorang ibu janda yang ditinggalkan suaminya dengan status cerai mati. Ia harus mengambil beban dan tanggung jawab untuk membesarkan serta menyekolahkan keempat anaknya. Sungguh miris melihat penderitaan yang penuh perjuangan. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum setiap hari saja merupakan perjuangan berat. Namun, ada hal baik yang perlu diteladani. Ia memiliki semangat pantang menyerah. Setiap hari, dari pagi hingga siang atau sore, baik panas maupun hujan, ia mengelilingi tempat-tempat sampah atau mengumpulkan setiap barang bekas seperti plastik, gelas bekas, dan botol-botol plastik di sepanjang jalan di kota Ambon untuk diuangkan demi biaya pendidikan anak-anaknya.

Pada akhirnya, jerih lelahnya tidak sia-sia. Keluarganya berhasil secara ekonomi, dengan senyum lebar menyaksikan momen penting saat anaknya dibacakan dan diresmikan dengan menyandang gelar akademik. Sang ibu janda (Mama Weli) mengalami perjuangan dan air matanya berubah menjadi sukacita saat menyaksikan momen penting anak-anaknya menerima gelar akademik sebagai sarjana. Melalui perjuangan tanpa pamrih, ia membuktikan bahwa ia adalah seorang janda pemberani. Hasilnya, putrinya menyelesaikan studi diploma Tiga (D3) di Politeknik Negeri Ambon, putrinya yang kedua menyandang gelar sarjana hukum (SH) di Fakultas Hukum Unpatti Ambon, dan seorang putranya berhasil menyandang gelar sarjana Teologi di UKRIM Yogyakarta.

Kisah janda ini mengingatkan kita akan kekuatan cinta seorang ibu janda dan tekadnya untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anaknya, meskipun dalam keadaan sulit. Ini adalah contoh inspiratif bagaimana pendidikan anak dianggap sebagai investasi berharga bagi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun