Mohon tunggu...
Demianus Nahaklay
Demianus Nahaklay Mohon Tunggu... Dosen - Announcer

Menjadi penyiar di radio adalah tugas mulia yang memungkinkan untuk mengedukasi, membangun persahabatan dan memberi solusi atas masalah sosial di masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bahtera Nuh: Petualangan Alat Tranportasi Laut Menuju Pulau Ambon

7 November 2023   17:50 Diperbarui: 7 November 2023   19:01 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak heran, jika kini manusia telah hidup dalam era yang canggih, di mana alat transportasi darat, laut, dan udara bersaing dengan efisien. Alat transportasi udara telah menjadikan jarak yang jauh menjadi dekat, memungkinkan seseorang menempuh perjalanan jarak jauh dalam hitungan jam tanpa hambatan yang signifikan.

Namun, jika dibandingkan dengan alat  transportasi laut zaman dulu di daerah Maluku Tenggara yang sekarang diubah menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), terdapat kapal perintis Pelni bernama KM Nukori. 

Kapal ini mengelilingi daerah dari Pelabuhan Pulau Ambon hingga Maluku Tenggara jauh selama satu minggu dengan satu putaran hanya terjadi sekali sebulan. Bayangkan betapa sulitnya masyarakat pada waktu itu yang ingin berkunjung atau menyelesaikan urusan keluarga di kota Ambon, ibu kota Provinsi Maluku yang terisolasi. 

Alat transporasi ke daerah MBD kini mengalami kemajuan secara signifikan, tersedia alat transpotasi udara, kapal cepat, kapal pelniberkat kerja keras pemerintah daerah setempat.

Saya masih ingat dengan jelas saat remaja, pada bulan Oktober 1984, saya meninggalkan kampung halaman di dusun Poliwu, Pulau Moa, untuk menuju ke kota Ambon dan melanjutkan studi di tingkat SMU. Untuk menghemat waktu, saya memutuskan untuk berlayar dengan menggunakan perahu layar, sebuah alat transportasi laut yang bergerak dengan tenaga angin.

Perahu layar awalnya bergerak selaras dengan angin, hanya dapat bergerak jika ada angin, dan hanya bergerak searah dengan angin. Namun, pertanyaannya adalah apa saja yang dimuat di dalam perahu layar tersebut selain manusia?

Kisahnya adalah sebagai berikut: Pulau Moa terkenal sebagai daerah peternakan yang jauh di Provinsi Maluku. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, binatang ternak, seperti kerbau dan kuda, biasanya dijual ke daerah-daerah terdekat atau pulau-pulau jauh seperti Timor Leste, Surabaya, atau Pulau Ambon ketika ada transportasi laut tersedia.

Sebelum penumpang naik ke perahu, berbagai jenis binatang dimuat ke dalam bodi perahu di dek bagian dalam. Binatang seperti kerbau dan kuda menjadi prioritas dimuat dengan persediaan makanan yang memadai. Jenis binatang lain, seperti kambing dan ayam, diikat di sekeliling perahu. 

Pertanyaannya adalah, di mana tempat tidur para penumpang? Kami tidur di atas perahu yang berbentuk rumah tanpa tenda. Pada malam hari, kami dapat menikmati keindahan bintang-bintang sepanjang malam di atas laut Banda yang luas dan dalam. Di siang hari, panas terik membakar kulit tubuh tanpa perlindungan. Perjalanan berlayar dengan perahu layar selama 6 hari penuh penderitaan.

Menikmati suasana perjalanan dan pelayaran yang penuh penderitaan, saya teringat kisah bahtera Nuh yang dibangun untuk menyelamatkan keluarga dan berbagai jenis binatang terpilih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun