Mohon tunggu...
Nus Feka
Nus Feka Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Embun Senja

16 Agustus 2022   10:36 Diperbarui: 24 Agustus 2022   21:51 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Suatu sore yang sunyi, tampak diluar rumah, langit mendung dan muncul gerimis perlahan. Didalam rumah Sarah kakaknya Beni bertanya penuh rasa ingin tahu).

Sarah : "Dik, kenapa kamu gelisah. Apa yang kamu pikirkan." Sarah merasa ingin tahu.

Beni : "Tidak kak. Bukan apa-apa." Beni memasang muka masam.

Sarah : "Katanya kamu putus ya? sama pacarmu."

Beni : "Kakak kepo, mau tau aja urusanku." Sahutnya dengan nada emosi.

Sehari berlalu. Terlihat Sarah hendak berangkat ke luar kota, ia menitipkan pesan buat adiknya.

Sarah : "Ben, kamu baik-baik saja yach... di rumah. Jangan terlalu pikirkan tentang pacarmu, masih banyak cewek yang baik di luar sana." ucapnya lalu pergi.

Beni lalu melihat lewat jendela, kakaknya pergi dan mobil angkutan yang ditumpanginya berlalu dengan cepat.

Satu jam setelah kepergian Sarah. Tiba-tiba terdengar bunyi deringan telepon berbunyi pada Handphone Beni. kring.... Kring.... 

Beni : "Hallo, ini siapa?." Tanya Beni.

Misya : "Ben, aku kangen."

Beni : Apa? kangen. Kamu dimana selama ini. Tak ada kabar, aku  memikirkan kamu terus, semenjak kamu pergi kuliah  di Amsterdam, tidak pernah sekalipun menghubungiku." sahut Beni dengan tegas.

Beni : "Atau kamu sudah punya cowok lain." Bentaknya dengan suara keras.

Misya : Dengan nada tenang ia berbicara, "Bukan begitu Ben, aku itu sibuk belajar. Tugasku berat dan terlalu banyak. Kamu harus ngerti dong, sama aku."

Beni : "Sudahlah, jangan banyak alasan. Aku capek sekali. Mungkin ini terakhir kali kita bicara. Lanjutkan saja kuliahmu. Aku nggak ganggu kamu lagi."

Misya : "Dengar dulu Ben. Ben...." Tutt...tutt..tut... Handphone dimatikan oleh Beni. 

Semenjak itu, handphone beni tak bisa dihubungi lagi, karena sudah beralih nomor ke operator lain. Misyapun terus belajar dan melanjutkan kuliah. Hingga saat wisuda Magister tiba.

Misya kembali ke Indonesia, membawa setumpuk ijazah, dan sekelumit kisah masa lalu yang masih membekas.

Kini ia, bekerja sebagai manajer komunikasi di salah satu perusahaan besar.

Entah bagaimana kabar Beni sekarang, Misya tak lagi menghiraukannya, sebab ada seorang pria setia yang akan melamarnya sekarang.

Nasib seseorang tidak ada yang tahu. Semuanya sudah di atur oleh sang pencipta.

Oleh : Yulianus S. Feka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun