Alhamdullillah, KPU selesaikan tugasnya lakukan rekapitulasi suara nasional untuk pilpres. Hasil akhirnya Jokowi-Kalla 53,15%, Prabowo-Hatta 46,85%. Hasil ini nyaris sama dengan hasil hitung cepat delapan lembaga survey terpercaya yang diumumkan pada hari pencoblosan 9 Juli 2014. Pastilah sangat berbeda dengan hasil empat lembaga survey yang memenangkan Prabowo-Hatta.
Hasil rekap KPU ini semakin menegaskan pada rakyat Indonesia, ada apa dan mengapa harus ada hasil berbeda dari lembaga survey yang sejak kampanye juga selalu mengunggulkan Prabowo-Hatta. Kejadian itu tidak dapat dipisahkan dari pernyataan Prabowo yang tiba-tiba menarik diri saat hasil rekapitulasi nyaris selesai. Juga tak dapat dilepaskan dari tuduhan kubu Prabowo-Hatta bahwa pemilu telah berlangsung dengan curang.
Persoalannya sangat sederhana sebenarnya, bila memiliki bukti kecurangan bawa saja ke MK. Jangan cuma ngomong ke publik. Karena jika hanya ngomong ke publik dan tidak dibawa ke MK itu namanya "kentut politik".
Rakyat memang harus bersyukur karena dibandingkan dua pilpres langsung 2004 dan 2009, pilpres kali ini sangat ketat, panas dan sangat berpotensi memecah belah bangsa. Sebab pilpres kali ini sangat disampahi oleh kampanye hitam dan fitnah yang sangat keterlaluan. Apalagi kampanye hitam dan fitnah itu dengan sengaja mengedepankan isu-isu SARA, menyangkut agama dan kesukuan.
Bukan hanya di media sosial,media massa dan media cetak, saling maki, serang dan hujat juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di antara anak bangsa. Di mana-mana, di pemukiman, di kantor, di sekolah, di warung-warung, pasar, kendaraan umum, di mana saja orang berdebat bahkan saling maki membela masing-masing pilihannya.
Namun, segala Puji bagi Allah, rakyat Indonesia terbukti sangat dewasa dan matang. Sampai dengan KPU mengumumkan hasil rekapitulasi, semuanya lancar, aman, dan tetap damai. Meskipun ada macam-macam isu kerusuhan, namun sama sekali tidak terbukti.
Rakyat adem tentrem, menonton pengumuman rekapitulasi dari televisi bergerombol di banyak tempat seperti nonton final piala dunia. Hanya segelintir elit saja yang bersikap kayak cacing kepanasan.
Inilah kemenangan nurani dan akal budi. Rakyat yang menentukan telah secara konsisten menggunakan nurani dan akal budi saat memilih dan menyikapi hasil pilpres.
Meski ditsunami oleh kampanye hitam dan fitnah yang keji, tetaplah rakyat menggunakan nurani dan akal budi saat menentukan pilihan. Sungguh ini pelajaran sangat berharga. Kemenangan nurani dan akal budi ini memberi isyarat yang sangat jelas dan keras pada semua penjahat politik di jagat raya ini bahwa kampanye hitam dan fitnah boleh jadi bisa mendongkrak perolehan suaramu. Tetapi tidak dapat membuatmu menjadi pemenang. Kampanye dan fitnah hanya bisa membuatmu tak lebih menjadi pecundang yang menjijikkan.
Nurani dan akal budi pula yang telah mendorong KPU membuat terobisan yaitu mempublikasikan formulir C1 kepada publik. Dengan demikian sejak awal publik dapat melihat dan mengawasi hasil perolehan suara sejak dari TPS. Agaknya, inilah pilpres langsung yang paling bagus keterbukaannya. Jika ada yang mengatakan pemilu ini penuh kecurangan. Monggo, silahkan bawa bukti Anda ke MK. Jangan hanya omong besar di depan publik.
Inilah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Sekarang saatnya semua harus kembali menjadi bagian dari Indonesia Raya. Bersatu untuk kepentingan rakyat Indonesia yang damai, sejahtera, dan makmur.
KEMENANGAN NURANI DAN AKAL BUDI ADALAH KEMENANGAN SELURUH RAKYAT INDONESIA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H