Mohon tunggu...
NUSANTARA KITA
NUSANTARA KITA Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar Ilmu Bermanfaat

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bangsa dan Penduduk Tua

31 Mei 2024   10:34 Diperbarui: 31 Mei 2024   10:40 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

LANSIA TERAWAT BANGSA INDONESIA BERMARTABAT

Setiap tanggal 29 Mei diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Peringatan ini diselenggarakan sebagai sebuah upaya negara untuk mengapresiasi atas jasa para lanjut usia. Peran penting para lansia dengan segala semangat dan pengorbanannya turut berkontribusi besar dalam mempertahankan kemerdekaan dan memajukan bangsa. Peringatan HLUN pertama kali secara resmi dicanangkan di Semarang tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI saat itu. Sejarah mencatat tanggal 29 Mei 1945 sidang BPUPKI dipimpin oleh KRT Radjiman Widyodiningrat sebagai salah satu anggota tertua. Sebagai tokoh yang berusia lanjut dengan pengalaman, kearifan dan kebijaksanaannya telah mencetuskan gagasan perlunya landasan filosofis Negara Indonesia. Inilah yang menjadi tonggak pondasi dasar berdirinya negara Indonesia yang kita cintai.

UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia memberikan batasan seseorang dikatakan lansia jika sudah berusia 60 tahun ke atas. Lansia memiliki hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal peningkatan kesejahteraan sosial, lansia memiliki hak dalam berbagai pelayanan. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, kesehatan, kesempatan kerja, pendidikan pelatihan, aksesibilitas fasilitas, sarana prasarana publik, kemudahan layanan & bantuan hukum serta bantuan sosial.

Lebih lanjut dalam UU tersebut terdapat  dua kategori lansia. Pertama Lansia Potensial, yakni yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Pada kategori ini lansia potensial masih mampu melakukan berbagai aktifitas sosial ekonomi secara mandiri. Kedua Lansia Tidak Potensial, yakni lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Pada situasi ini lansia tidak potensial perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari berbagai pihak. Keluarga sebagai salah satu lingkungan utama berperan penting dalam kehidupan lansia sehari hari. Lingkungan masyarakat yang memiliki kepedulian sosial juga turut mendukung bagi kesejahteraan sosial lansia terutama dalam kategori yang tidak potensial dan membutuhkan bantuan orang lain. Negara hadir melalui berbagai kebijakan publik guna mendorong, memfasilitasi serta menjamin pemenuhan kebutuhan dasar para lansia tidak potensial, atau terlantar.

Secara umum lansia menghadapi beberapa persoalan, yakni : Pertama, secara fisik terjadi penurunan kemampuan beberapa organ tubuh. Kekurangan asupan nutrisi yang diakibatkan melemahnya nafsu makan, hingga gangguan pencernaan menjadikan lansia sangat rentan. Seiring bertambahnya usia kemampuan kognitif mengalami penurunan bahkan tidak sedikit lansia yang mengalami dimensia. Selain itu lansia juga menghadapi adanya kemungkinan penyakit penyerta, yaitu penyakit metabolic karena penurunan fungsi tubuh seperti hipertensi dan diabetes mellitus atau sebagai komplikasi dari penyakit lain yang diderita serta kerentanan osteoporosis.

Pemahaman lansia tentang adanya perubahan fisik sangat penting guna menjaga kondisi kesehatan serta penanganan adanya gangguan pada kesehatan. Disamping itu pemahaman akan pentingnya asupan nutrisi, pemeriksaan kesehatan rutin serta aktifitas gerak tubuh sesuai kapasitasnya dapat dilakukan untuk membantu lansia agar tetap dalam kondisi sehat secara fisik.    

Kedua,  secara psikis dapat saja muncul gangguan seperti : depresi, gangguan kecemasan, gangguan tidur, dementia, alzheimer dan sindroma diagnosis. Gangguan psikologis pada lansia ini dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Realitas di masyarakat kita sebagian besar kurang menyadari munculnya gejala gangguan psikologis yang dialami para lansia. Pemahaman prakondisi dengan melihat gejala-gejala dan situasi kondisi lansia setidaknya dapat menjadi langkah awal pencegahan munculnya gangguan psikologis lansia.

Ketiga, masalah sosial lansia sebagai akibat kehilangan pasangan hidup, teman dan berkurangnya intensitas komunikasi interaksi sosial di masyarakat atau mengalami kondisi kesepian. Perlakuan anggota keluarga yang membatasi ruang gerak lansia untuk melakukan aktifitas kegiatan sosial lokal bahkan pada beberapa kasus dianggap merepotkan hingga diterlantarkan juga berkontribusi besar pada kondisi psikososial lansia.

Dari sisi internal yang menjadi salah satu faktor adalah kepribadian seorang lansia atau lebih tepatnya kematangan emosional. Seperti yang diungkapkan Schneiders dalam Kurniawan, bahwa kematangan emosi berarti dapat menempatkan potensi yang dikembangkan seseorang dalam suatu kondisi pertumbuhan, dimana tuntutan yang nyata dari kehidupan individu dewasa dapat diatasi dengan cara yang efektif dan sehat. Artinya, individu dengan kematangan emosi secara adaptif mampu menerima tanggung jawab akan perubahan-perubahan dalam hidupnya. Memandang situasi dan perubahan lebih sebagai tantangan dan bukan sebaliknya menganggapnya sebagai beban. Dengan kemampuan penerimaan diri serta rasa percaya diri yang positif terus berusaha mencari pemecahan masalahnya dengan cara-cara yang aman untuk diri dan lingkungannya, serta dapat diterima secara sosial

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah penduduk lansia meningkat dari 18 juta jiwa (7,6%) pada tahun 2010 menjadi 27 juta jiwa (10%) pada tahun 2020. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 40 juta jiwa (13,8%) pada tahun 2035 yang menandakan bahwa struktur penduduk tergolong penduduk tua.

Semakin tingginya prosentase penduduk lansia dari tahun ketahun menunjukkan adanya peningkatan usia harapan hidup masyarakat. Hal ini dapat diindikasikan adanya pelayanan di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial yang semakin membaik. Senyampang dengan peningkatan prosentase penduduk lansia tersebut tentu membawa tantangan khusus terutama pembangunan di berbagai sektor secara merata yang dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat termasuk para lansia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun