Mohon tunggu...
NUSANTARA KITA
NUSANTARA KITA Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar Ilmu Bermanfaat

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Permasalahan Sosial Anak Jalanan

3 Juli 2023   13:34 Diperbarui: 3 Juli 2023   13:39 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan,  karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi "masalah" bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu masif dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.

Tidak hanya di satu kota atau kabupaten namun anak jalanan seringkali berpindah-pindah tempat antar kota kabupaten bahkan antar provinsi dan antarpulau. Namun demikian besaran permasalahan sosial tidak hanya dapat diukur dari sisi kuantitasnya saja. Kedala dan permasalahan dan kompleksitas situasi kondisi anak jalanan juga berdampak serius jika tidak mendapatkan penanganan secara maksimal dari pemerintah yang berjejaring dengan berbagai pihak terkait serta dukungan masyarakat terutama keluarga. Anak jalanan dapat menimbulkan gangguan ketertiban dan bahkan mengarah pada tindakan kriminal yang akan membawa persoalan baru bagi lingkungan masyarakat.

Pengertian Anak Jalanan

Kementerian Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah, berkeliaran dijalanan atau tempat-tempat umum lainnya. UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan yaitu anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalanraya (H.A Soedijar, 1988). Wikipedia mengelompokkan anak jalanan berdasarkan hubungan mereka dengan keluarga, yaitu children on the street dan children of the street.

Pada perkembangannya terdapat penambahan kategori anak jalanan, yaitu children in the street atau sering disebut juga childrenfrom families of the street. Children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi dijalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang kerumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan tetapi masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya. Children in the street atau children fromthe families of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya dijalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan. Sedangkan menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (1999) anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

1.    Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya (children ofthe street). Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh factor sosial psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali kerumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesame temannya telah menjadi ikatan mereka.

2.    Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan (children on the street). Mereka seringkali diindentikan sebagai pekerja migrant kota yang pulang tidak teratur kepada orangtuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi hingga sore hariseperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman teman senasibnya

3.    Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan koran.

4.    Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulusSD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa (orang tua ataupun saudaranya) kekota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan (kulipanggul), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung

Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan merupakan anak yang beraktifitas di jalanan atau menghabiskan sebaian besar waktunya di jalanan. Beberapa karakteristik anak jalanan selain factor ekonomi, pendidikan, situasi keluarga maupun lingkungan sekitar termasuk perkembangan media sosial yang saat ini begitu massif memberikan pengaruh kepada perilaku anak.  

Faktor Penyebab Permasalahan Anak Jalanan

Terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah anak jalanan. Secara umum  terdapat tiga factor utama yang menyebabkan anak turun ke jalanan (Kalida, 2005), yaitu:

Tingkat Makro (Immadiate Cause)

       Yaitu, faktor yang berhubungan dengan keluarga. Pada tingkat ini, diidentifikasikan lari dari keluarga, kurang kasih sayang orang tua (broken home), disuruh bekerja -- baik masih sekolah ataupun sudah putus sekolah (eksploitasi)- dan lain sebagainya.

Tingkat Mezzo

Yaitu faktor lingkungan (masyarakat) sekitar.

3.    Tingkat Mikro

Yaitu berhubungan dengan faktor informal misalnya ekonomi. Sektor ini menja di pertimbangan mereka yang tidak terlalu membutuhkan modal atau keterampilan yang besar. Mereka mempunyai latar belakang yang berbeda sebelum terjun dan bekerja di jalanan, sehingga sering mendapat julukan anak seribu masalah.

Beragam factor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak jalanan adalah factor kondisi sosial ekonomi di samping karena adanya factor broken home serta berbagai factor lainnya. Kekerasan dalam keluarga, dorongan keluarga, ingin bebas, ingin memiliki uang sendiri, dan pengaruh teman. Seiring dengan berkembangnya waktu, fenomena anak jalanan atau pekerja anak banyak terkait dengan alasan ekonomi keluarga (kemiskinan) dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Pendapatan orangtua yang sangat sedikit tidak mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga memaksa mereka untuk ikut bekerja.

Menurut Surya Mulandar (1996), penyebab dari fenomena anak bekerja antara lain :

1.    Tekanan ekonomi keluarga

2.    Dipaksa orang tua

3.    Diculik dan terpaksa bekerja oleh orang yang lebih dewasa

4.    Asumsi bahwa dengan bekerja bisa digunakan sebagai sarana bermain

5.    Pembenaran dari budaya bahwa sejak kecil anak harus bekerja

Orangtua yang tidak bisa memenuhi kebutuhan anak maka mereka telah melanggar terhadap hak-hak anak mereka, hal ini jika kita mengacu pada UU No. 4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak, disebutkan bahwa kesejahteraan anak yang dapat menjamin kehidupan dan penghidupan, yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara jasmani, rohani maupun sosial adalah tanggungjawab orang tua.

Namun jika kita lihat dari sisi ketidakberdayaan orang tua mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga, maka tentunya merupakan suatu pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bagi anak untuk membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga dengan cara bekerja dan merelakan diri untuk kehilangan masa kanak-kanak yang seharusnya diisi dengan bermain dan bersenang-senang, bukan bekerja membanting tulang.

Dampak Permasalahan Sosial Anak Jalanan

Permasalahan sosial anak jalanan perlu mendapat perhatian serius, bagaimanapun anak adalah generasi penerus yang diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik di masa depan. Permasalahan anak jalanan dapat berdampak pada permasalahan sosial lainnya. Tidak adanya perlindungan orang dewasa ataupun perlindungan hokum terhadap anak-anak ini, menjadikan anak-anak tersebut rentan terhadap kekerasan yang berasal dari sesama anak-anak itu sendiri, atau dari orang-orang yang lebih dewasa yang menyalahgunakan mereka ,ataupun dari aparat.

Bentuk kekerasan bermacam-macam mulai dari dikompas (dimintai uang), dipukuli, diperkosa, ataupun dirazia dan dijebloskan ke penjara. Namun, anak-anak itu sendiri juga berpotensi menjadi pelaku kekerasan atau tindak criminal seperti mengompas teman-teman lain yang lebih lemah, pencurian kecil-kecilan, dan perdagangan obat-obat terlarang. Beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari permasalahan sosial anak jalanan ialah:

1.    Membuat lingkungan menjadi kumuh

2.    Menjadi masalah sosial yang lebih kompleks

3.    Masa depan anak jalanan semakin suram

4.    Bertambahnya angka anak putus sekolah

5.    Kriminalitas meningkat

D.   Upaya Penanganan Masalah Sosial Anak Jalanan

Penanganan masalah anak jalanan tidak hanya menjadi tanggung jawab salah satu pihak saja, melainkan menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), akademisi dan masyarakat secara keseluruhan. Yang menjadi permasalahannya adalah dalam penangan anak jalanan masih dilakukan secara represif dan kurang integrative, ditunjang dengan karakter anak jalanan yang tidak efektif menjadikan penanganan menjadi tidak maksimal. Beberapa upaya penanganan anak jalanan yang dilakukan, yakni :

  • Salah satu bentuk penanganan anak jalanan adalah melalui pembentukan rumah singgah. Menurut Kementerian Sosial RI rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternative untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Namun kebanyakan dari anak jalanan enggan untuk menempati rumah singgah karena merubah kebiasaan dan perilaku anak jalanan membutuhkan proses yang panjang. Anak jalanan cenderung merasa lebih nyaman hidup dijalanan apalagi jika mendapatkan penghasilan dari mengamen, meinta-minta atau berdagang asongan di jalanan. Dengan kata lain anakjalanan harus menyesuaikan kehidupan di Rumah Singgah dengan kebiasaan yang mereka merasakan tidak bebas seperti halnya di jalanan..
  • Perlindungan dan Jaminan Sosial bagi Anak Jalanan
  • Disamping melalui Rumah Singgah, penanganan anak jalanan dapat dilakukan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan dasar permakanan, pendidikan, administrasi kependudukan dll. Bentuk penanganan ini didasarkan pada hasil assessment jika anak jalanan memang berasal dari keluarga tidak mampu atau ditelantarkan oleh keluarganya. Layanan ini menjadikan keluarga sebagai sasaran program. Optimalisasi bantuan sosial melalui pendataan DTKS, akses KIS, PKH dan bentuk kegiatan bantuan sosial lainnya diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dasar sekaligus membangun fondasi pengentasan anak jalanan dari tempat yang tidak kondusif  bagi perkembangannya. Program akses bantuan biaya Pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar juga menjadi salah satu solusi memutus mata rantai rendahnya tingkat Pendidikan anak jalanan yang dapat memberikan kesempatan anak jalanan melanjutkan Pendidikan. Dari sisikesehatan adanya Kartu Indonesia Sehat yang dibiayai pemerintah juga meringankan beban keluarga untuk mendapatkan layanan kesehatan yang layak dari pemerintah. 
  • Rehabilitasi Sosial Anak Jalanan
  • Layanan rehabilitasi sosial bagi anak jalanan dapat dilakukan melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak atau Panti baik milik pemerintah maupun masyarakat. PantiSosial Bina Remaja menjadi salah satu alternative jika anak jalanan putus sekolah ingin mendapatkan pelatihan ketrampilan. Disamping itu klien juga mendapatkan bimbingan sosial dan beragam bentuk program kegiatan yang mampu merubah perilaku anak jalanan dan memiliki orientasi yang baik terhadap masa depannya. Selain PSBR juga terdapat LKSA yang dapat menampung dan membina anak jalanan atau anak terlantar untuk mendapatkan layanan rehabilitasi sosial.
  • Pendampingan Sosial Anak Jalanan
  • Pendampingan sosial bagi anak jalanan dilakukan secara berkelanjutan oleh Pekerja Sosial, Penyuluh Sosial maupun Relawan Sosial. Pendampingan sosial akan lebih efektif dilakukan Bersama keluarga anak jalanan. Karena proses perubahan perilaku anak jalanan tentu perlu dukungan kuat dari orang-orang yang mencintainya. Support keluarga sangat dibutuhkan untuk menciptakan pola asuh yang kondusif bagi anak jalanan untuk kembali pulang dan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah daripada di jalanan. Kegiatan pendampingan sosial dapat dilakukan bagi anak jalanan yang dirangkai dengan kegiatan outbond, bimbingan sosial dan pembinaan. Seringkali justru banyak ditemukan fakta-fakta baru dalam pendampingan sosial dan solusi yang dihadirkan juga lebih efektif karena anak jalanan merasa pendamping sosial sebagai bagian dari kehidupannya. Kepercayaan anak jalanan kepada seorang pendamping sosial menjadi modal pentingdalam proses perubahan perilaku anak jalanan.
  • Penyuluhan Sosial kepada Masyarakat
  • Dalam pelaksanaan berbagai kebijakan maupun program penanganan anak jalanan, hal yang penting untuk selalu disampaikan adalah penyuluhan mengenai hak-hak anak dan upaya mengembalikan anak kembali kerumahnya agar mereka dapat hidup dan tumbuh kembang secara wajar. Partisipasi masyarakat luas dalam pelaksanaan berbagai program sangat dibutuhkan karena tanpa dukungan masyarakat maka program-program tersebut tidak akan memberikan hasil. Bentuk partisipasi masyarakat yang diharapkan antara lain:

a).   Tidak memberikan sedekah kepada pengemis anak atau membeli barang/jasa dari anak jalanan.

b).   Menyalurkan bantuan melalui lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang kompeten, transparan dan dapat mempertanggungjawabkan anggaran yang dikelolanya.

c).   Memberikan dukungan dengan pola anak asuh.

d).   Masyarakat lebih peduli terhadap anak jalanan dan member dukungan positif.

e).   Memfasilitasi anak jalanan dalam hal-hal yang positif yang mereka lakukan.

f).   Perlu ditanamkan dasar agama kepada anak jalanan

Permasalahan sosial anak jalanan menjadi fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Berbagai faktor menjadi penyebab munculnya permasalahan anak jalanan mulai dari permasalahan keluarga, pola asuh dan penelantaran anak, perekonomian, rendahnya tingkat Pendidikan, pengaruh pergaulan, dampak negative media sosial hingga situasi kondisi lingkungan masyarakat. Sedangkan penanganan permasalahan anak jalanan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Namun juga menjadi PR bersama seluruh instansi, pihak terkait dan masyarakat. Program kegiatan dilakukan secara komprehensif, efektif dan berkelanjutan diharapkan dapat mengeliminir masalah anak jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun