[caption caption="Aksi teror secara terbuka juga pernah dilakukan saat pembajakan pesawat garuda DC-09 pada 1981 (Indocropcircles.wordpress.com)"]
Namun mereka memilih untuk menyerang polisi dan warga sipil lainnya. Yang pada akhirnya jelas bisa ditebak, mereka akan dilibas oleh satuan elite Densus 88 Antiteror Polri. Mereka pun seolah memang telah bersiap untuk mati di tempat. Entah karena doktrin yang telah ditanamkan atau maksud lain
Sekilas, aksi yang mereka lakukan mirip dengan aksi teror yang terjadi di Paris, Prancis, pada 14 November 2015 lalu. Di mana terjadi tujuh serangan mematikan, berupa penembakan dan ledakan bom bunuh diri di enam lokasi di Paris; Stadium State de France, Gedung Konser Bataclan, Rue Bichat, Av. de la Republique, Bd. Voltaire, Rue Charonne, dan Bld Beaumarchais.
[caption caption="Aksi teror Jakarta diduga terinspirasi teror Paris. (Reuters) "]
Yang membedakan, tentu saja tingkat profesional pelaku teror Jakarta dan Paris. Di antaranya, walaupun pelaku teror Jakarta melakukan serangannya secara mendadak, namun tidak menimbulkan dampak korban yang banyak. Berbeda dengan aksi teror Paris yang mengakibatkan 153 orang tewas.
Dari cara pelaku memegang senjata api pun dapat terlihat bahwa dia memang bukan profesional. Setidaknya, dia tidak memahami benar teknis pengoperasian senjata yang digunakannya. Seperti diungkapkan seorang netizen Denny Ajd, cara Afif mengokang senjata dengan tangan kanan, seolah slide-nya sulit ditarik.
Lalu apa target dari aksi yang dilakukan dari teror Jakarta? Tidak mudah menjawabnya. Yang jelas, Polri memastikan bahwa Bahrun Naim, seorang pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, merupakan otak di balik aksi teror Jakarta. Dia disebut Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian ingin mendirikan Khatiban Nusantara dan menjadi pemimpin kelompok ekstrem ISIS di Asia Tenggara.
Naim sempat ditangkap pada 2010 dan 2014 karena kasus senjata api dan kepemilikan peluru. Namun karena kurangnya bukti, dia dilepaskan dan terlepas atas jeratan kasus terorisme. Bahrun hanya diganjar hukuman sekitar 2,5 tahun penjara oleh hakim. Namun kemudian dikabarkan melarikan diri ke Raqqa, Suriah untuk bergabung bersama ISIS.
Dalam salah satu tulisan bertajuk ‘Pelajaran dari Serangan Paris’ di blog yang diduga miliknya—yang kini sudah tidak dapat diakses lagi—Bahrun menyerukan untuk meniru serangan di Paris. Dia memuji serangan itu sebagai ‘menakjubkan’, yang dilakukan pemuda terbaik berusia 15 hingga 18 dalam waktu singkat dengan jumlah korban besar dan disebutnya inspiratif.
“Pertama, dari sisi korban jiwa yang cukup besar. Kedua, dari sisi perencanaan yang matang baik dari sisi target, timing, hingga akhir misi (end of action) yang berani,” tulisnya. Dia juga menyebutnya sebagai “perhitungan efek yang menjadi bola salju” dengan banyaknya pemerintah yang merespons serangan itu sebagai ancaman di wilayahnya.
Memang terlalu dini jika menilik peristiwa teror Jakarta dan kemiripannya dengan teror Paris, lalu disimpulkan bahwa aksi mereka dilakukan tanpa perhitungan yang matang. Yang terlihat, teror Jakarta terkesan begitu terinspirasi dari serangan di Paris. Sehingga, tidak menutup kemungkinan bahwa yang dilakukan di Jakarta pada 14 Januari lalu hanya sebuah uji coba, dengan target operator lapangan memang diplot untuk mati.