Mohon tunggu...
Nusantara Mulkan
Nusantara Mulkan Mohon Tunggu... Lainnya - Orang Biasa Aja

Sebagian tulisan saya yang ada di sini pernah dimuat di sejumlah media. Walaupun sedikit saya modifikasi kembali.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Minions yang Sangat Tidak Direkomendasikan untuk Anak-anak

6 Juli 2015   12:54 Diperbarui: 4 Februari 2016   14:44 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan figur yang lucu dan menggemaskan, karakter Minions memang begitu digemari kebanyakan anak-anak. Nyatanya film besutan putra novelis senior NH Dini itu begitu mengerikan untuk ditonton anak-anak.

TAWA seisi ruangan salah satu teater yang ada di bisokop berlabel XXI itu telah membahana sejak awal film berjudul Minions diputar. Mulai sejak pertemuan makhluk mungil berwarna kuning yang disebut bangsa Minion dengan Tyranosaurus Rex, yang berakhir dengan tergulingnya dinosaurus itu ke jurang, karena seekor (?) minion tidak sengaja menggelindingkan batu saat menemukan setandan pisang.

Atau ketika makhluk-makhluk itu membangun piramida bersama Firaun, yang awalnya direncanakan berbentuk segitiga terbalik. Juga saat tanpa sengaja meriam yang hendak mereka tembakkan saat perang justru mengarah ke komandan mereka yang figurnya sangat mirip dengan Napoleon Bonaparte. Hingga saat mereka hendak memberi kejutan pesta ulang tahun ke-357 bagi Dracula, yang berakhir dengan kematian sang vampir akibat para Minion membuka tirai yang mengakibatkan matahari membakar tubuh majikan mereka itu.

Semua memang dikemas dengan adegan yang jenaka, ditambah karena tampilan para minion memang begitu menggemaskan. Hanya saja sejak awal film saya terheran-heran, karena makhluk-makhluk lucu itu diceritakan sebagai bangsa yang menghamba kepada kejahatan. Setelah selalu gagal melayani kepentingan majikan mereka yang disebut sebagai tokoh-tokoh jahat, para Minion mengasingkan diri ke Antartika.

Hingga akhirnya karena hidup mereka begitu membosankan dan dilanda depresi, salah satu di antara Minion yang bernama Kevin tampil sebagai pemimpin. Dia mengajak dua Minion lain, Stuart dan Bob untuk mencari tokoh jahat yang akan dijadikan sebagai majikan baru. Mereka pun tiba di New York dan menonton di salah satu saluran televisi gelap, yang menayangkan iklan bahwa seorang perempuan tokoh kriminal kelas tinggi bernama Scarlet Overkill hendak merekrut anggota baru.

Karena tertarik, ketiganya bertekad menuju ke Orlando, Florida, tempat markas Scarlet Overkill berada. Mereka mencegat sebuah mobil untuk menumpang ke sana, yang ternyata berisi keluarga penjahat. Di tengah perjalanan keluarga itu merampok bank hingga dikejar polisi. Kevin, Stuart, dan Bob secara tidak sengaja membuat para polisi yang mengejar mereka tertembak dan berhenti mengejar mobil yang mereka tumpangi.

Setelah sampai di markas Scarlet Overkill, mereka awalnya diremehkan. Hingga akhirnya sang ratu kejahatan membuat sayembara: barang siapa yang bisa merebut batu rubi merah yang ada di tangannya akan diangkat sebagai anak buahnya. Dari ratusan orang yang mencoba merebutnya, ternyata justru Bob yang secara tidak sengaja menelan rubi merah tersebut.

Ketiga Minion itu akhirnya menjadi anak buah Scarlet Overkill. Dan tugas pertama mereka adalah mencuri mahkota Ratu Inggris Elizabeth. Hanya disebut Elizabeth, tanpa I atau II. Namun, melihat wajahnya memang sangat mirip dengan figur Elizabeth II. Singkat cerita, mereka dikejar-kejar pengawal Ratu Inggris saat mencoba mencuri mahkota. Hingga akhirnya Bob merasa terdesak dan mencabut sebuah pedang yang tertancap di batu. Dan ternyata mitos setempat meyakini barang siapa yang berhasil mencabut pedang itu dari batu berhak menjadi Raja Inggris. Walhasil, Sang Ratu akhirnya menyerahkan mahkotanya kepada Bob.

Oke, sampai di sini saya sebenarnya sudah mulai bingung dengan maksud yang dituju film ini. Karena saya pun awalnya menonton film ini karena diajak anak saya untuk menemaninya menunggu waktu berbuka puasa. Saya setuju saja, karena film ini pun diperuntukan untuk golongan: Semua Umur. Yang menjadi kebingungan saya: pantaskah film yang ditujukan untuk penonton yang mayoritas anak-anak ini justru membawa pesan untuk menghamba pada kejahatan?

Persetan Teori Konspirasi
Sebenarnya saya telah mendengar penilaian sejumlah pihak tentang film prekuel Despicable Me ini, yang menyebut begitu berseliwerannya simbol-simbol Illuminati. Yang disebut-sebut sebagai sebuah kelompok persaudaraan rahasia, yang diyakini sebagian pihak telah mendalangi berbagai peristiwa di dunia untuk mendirikan Tatanan Dunia Baru.

Mulai figur Stuart yang digambarkan bermata satu, yang kerap dihubungkan dengan simbol The All-seeing Eye atau The Eye of Providence, yang oleh sebagian pihak juga kerap diterjemahkan sebagai Dajjal. Karena lambang mata satu memang kerap disandingkan dengan kelompok ini, selain juga piramida terpancung atau logo jangka dan mistar.

Hingga yang dinilai paling mudah menjadi dugaan adalah nama rumah produksi pembuat film itu yang bernama Illumination Entertainment. Sehingga, lengkap sudah jika kemudian muncul dugaan bahwa film yang dibesut oleh Pierre Coffin, yang merupakan putra novelis senior Indonesia NH Dini itu memang memiliki misi mencuci otak anak-anak untuk tujuan tertentu.

Baiklah, saya sendiri mencoba untuk tidak larut dalam dugaan-dugaan yang beraroma teori konspirasi bahwa Illuminati ada di balik film ini. Hanya saja saya memang sangat menyayangkan film dengan kategori penonton ‘Semua Umur’, namun moral yang terkandung dalam jalan cerita dari film yang begitu digemari anak-anak ini begitu mencengangkan. Bagaimana tidak, jika hingga akhir film, saya tidak mengerti maksud dari para makhluk yang diceritakan telah hidup jutaan tahun itu—karena sudah ada sejak masih adanya dinosaurus—untuk selalu mengabdi pada kejahatan.

Padahal, awalnya saya berharap bahwa cerita film ini akan berlanjut dengan munculnya kesadaran bahwa yang mereka lakukan dengan mencari majikan jahat adalah sebuah kekeliruan. Nyatanya, akhir film itu justru menyuguhkan adegan saat para Minion akhirnya bertemu dengan Gru, majikan mereka yang ada di Despicable Me 1 dan 2.

Digambarkan bahwa Gru yang kelak menjadi penjahat besar, saat itu masih remaja dan merampas mahkota Ratu Inggris dari tangan Scarlet Overkill yang baru saja merebutnya dari tangan Ratu Elizabeth. Film ditutup dengan para Minion yang mengejar Gru yang kabur dengan motor gede, lengkap dengan teriakan mereka yang ingin menghamba kepadanya.

Mungkin saja anak-anak lebih menangkap unsur jenaka yang selalu membungkus nyaris setiap adegan di film ini. Namun, penggambaran bahwa mencari majikan superkeji adalah hal yang begitu diinginkan bagi makhluk-makhluk dengan karakter lucu itu jelas tidak dapat diterima. Belum lagi, saat Bob akhirnya diangkat menjadi Raja Inggris. Dia digambarkan dapat berbuat seenaknya sendiri dan bisa mengubah konstitusi hanya dalam hitungan menit, saat ingin menyerahkan mahkota yang direbutnya dari Ratu Elizabeth kepada Scarlet Overkill. Bisa saja anak-anak akan berpikir bahwa saat menjadi penguasa kelak mereka juga dapat melakukan hal tersebut.

Jadi, lepas apakah memiliki agenda tertentu atau tidak, saya berkesimpulan bahwa film ini tidak layak sebagai tontonan anak-anak. Bahkan, saya mengategorikannya sebagai tontonan berbahaya bagi anak-anak. Karena membuat mereka berpikir bahwa perbuatan jahat itu adalah hal wajar, menyenangkan, bahkan lucu.

Selamat menunggu waktu berbuka puasa!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun