Negara di sekitar Jerman juga memiliki organisasi politik pendukung gerakan neo-Nazi. Di Austria ada Partai Kemerdekaan Austria. Sementara kelompok Vlaams Blok dianggap menandai munculnya neo-Nazi di Belgia. Sementara Inggris memiliki sedikitnya 10 partai politik yang disebut-sebut mengembangkan paham neo-Nazi. Di antaranya British Nazi Party—yang dikenal dengan sebutan Masyarakat 9 November, National Front, dan White National Party.
Kawasan Skandinavia juga ada sedikitnya sembilan organisasi yang ditengarai sebagai neo-Nazi. Di Denmark ada Danish People’s Party, di Norwegia ada Pergerakan Nasional Sosialistik Norwegia, dan di Swedia terdapat kelompok Penolakan Kaum Aria Putih. Ilya Ehrenburg, penulis buku Europe After Fascism, menggambarkan bentuk masa kini dari rasisme yang masih bertahan di Eropa. Dia menyebut fasisme yang diartikan sebagai kebencian nasional yang menjadi lawan dari kebanggaan nasional. “Mereka yang terjangkiti fasisme tidak memiliki konsep kebanggaan terhadap budaya orang lain. Mereka hanya bisa bangga dengan akar mereka sendiri,” paparnya.
Peristiwa-peristiwa itu menunjukkan bahwa fasisme dan rasisme memang masih menjadi ancaman serius di banyak negara, utamanya di Eropa. Di sisi lain, dominasi Yahudi secara politik yang kerap melokalisasi setiap kritik yang diarahkan kepada mereka selalu dianggap sebagai sikap antisemitisme hingga fasisme. Martin Walser, salah satu penulis paling dihormati di Jerman, mengeluhkan terlalu mudahnya holocaust (pembunuhan massal Yahudi) dipakai sebagai pagar moral dalam sebuah perdebatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H